Namun apa ia terjadi. Agam menghilang, saat akan menyelamatnya Carra, apa ini semua salah Carra? Carra menggeleng, tidak mungkin kan! lalu salah siapa?.

Beberapa saat kemudian Justin datang dan mengatakan bahwa Carra besok baru boleh pulang, itupun dengan dokter keluarga yang akan selalu mengecek keadaanya.

**

Justin membuka pintu kamar Carra dengan pelan, si empu yang tengah memandangi halaman belakang pun mengalihkan perhatianya pada Justin.

"J, kesini." Ajak Carra, Justin mengikuti ajakan Carra dan berdiri disamping Carra. Mereka tengah dibalkon.

"Ada berita mengenai Agam.." Justin mengatakanya dengan pelan, wajah Carra mendadak berseri namun ia berusaha tetap santai, padahal hatinya sudah ingin segera melihat lelaki itu.

Carra beralih menatap kearah Justin, "Agam udah pulang?" tanya Carra sambil menahan senyumnya. Justin tahu Carra sangat bahagia sekarang, walaupun gadis ini berusaha bersikap biasa saja.

Justin mengangguk, Carra kembali mengalihkan wajahnya kedepan, Justin tahu Carra tersenyum sekarang, Justin tau Carra sangat bahagia sekarang.

"Mel, ayo kita kesana," ajak Justin, awalnya Carra menyernyit namun ia tetap mengangguk. Pikiranya langsung berpikir kalau Agam pasti sakit. Untuk itu Carra yang harus kesana.

Kenapa mobil ini rasanya lambat banget ya batin Carra, ia ingin sekali cepat sampai kerumah Agam, melihat Agam, dan hm, kalau bisa memeluk cowok itu.

Carra menyernyitkan keningnya saat sampai dirumah Agam. Bendera kuning, banyak orang yang memakai pakaian hitam, menangis. Apa ada yang meninggal, apa saudara Agam ada yang meninggal.

Carra dan Justin memasuki halaman rumah Agam, dari kejauhan Carra melihat Gama yang duduk dihadapan seseorang yang.... dibungkus kain kafan.

Carra mengedarkan pandanganya mencari sosok Agam, hm, kemana cowok itu. Ia kemudian mendekati Gama.

"Om," panggil Carra, Gama yang duduk mengadahkan wajahnya, kemudian melihat Carra yang ikut duduk.

"Agam kemana om, kata Justin udah pulang?" tanya Carra yang tidak enak melihat wajah Gama yang sembab, Gama seperti habis menangis. Jangan-jangan ini adalah mayat nenek Agam, karna waktu itu Agam bilang neneknya sakit.

"A-agam?.." tanya Gama, Carra tersenyum sebari mengangguk, namun ia kembali melihat mayat itu, posturnya seperti.. tidak mungkin.

"Ini.. Agam, Carramel, Agam udah gak ada," Gama mengucapkan itu sebari kembali menangis. Carra diam, ia tidak berreksi apa-apa.

"O-om, jangan boh-". Carra tidak menyelesaikan ucapanya, ia langsung dipeluk oleh Justin.

"Mel, Agam sudah meninggal, mereka menemukannya dirumah sakit.. mereka bil-.."

"Apasih J, lo bercanda, Agam meninggal? lo jangan bohongin gue." Suara Carra cukup tinggi, ia tidak suka mereka mengerjainya dengan ucapan Agam sudah meninggal. Ucapan itu doa, bagaimana kalau.

"Gak ada yang bohongin Carramel.. Ini Agam, dia udah ninggalin kita," Gama membuka penutup wajah mayat itu, mayat yang gosong, apa mereka bercanda.

"Dia, Om jangan becanda deh, gak lucu sumpah, AGAM lo dimana," teriak Carra memanggil Agam, berharap dia bertepuk tangan dari persembunyian nya, dan mengatakan kalau Carra barusan diprank.

Carra berharap seperti itu. Justin semakin mengeratkan pelukanya, ia menahan tubuh Carra yang berontak.

"Nggak, Agam.. nggak hiks," seketika tubuhnya ambruk dan ditahan oleh Justin, Carra tidak sadarkan diri. Bagaimana bisa ini terjadi.

Carra harap saat dirinya membuka mata, Agam sudah ada dihadapanya dan meminta maaf sudah membohonginya.

Carra berharap.

**

     Tetap stay di The Ice Girls
salam hangat dari Ninna Nattasha.

     Tetap stay di The Ice Girls salam hangat dari Ninna Nattasha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Reaksi Readers yang mendengar Agam meninggal.

The Ice Girls [END]Where stories live. Discover now