Kemungkinan ia harus mengulang proses tersebut dari awal atau lebih buruknya Mark kembali meninggalkan dirinya.
Memikirkannya saja sudah membuat tubuhnya meremang, itu merupakan hal paling buruk yang pernah ia alami.
"Kita bicarakan itu lain kali. Aku sudah hampir terlambat, aku pergi dulu.." ucap Mark kemudian segera bangkit dari kursinya dan meninggalkan ruang makan. Sebelumnya ia menyempatkan mengecup singkat dahi Donghyuck kemudian segera melesat meninggalkan apartemen.
"Terlambat? Ini bahkan belum jam 8 Mark," gumam Donghyuck sambil melihat jam yang terpasang di dinding. Sejak kapan jam kerja yang biasanya mulai jam 8 menjadi jam 7. Kemudian pandangannya jatuh ke piring Mark yang masih penuh, berisi dua tangkup roti berisi daging bacon. Salah satunya masih tertinggal tiga perempatnya, sementara yang lainnya masih utuh.
Lihat Mark bahkan tidak menghabiskan sarapannya hari ini. Terlambat hanya alasan untuk menghindar dari pertanyaan-pertanyaan Donghyuck.
"Kalau kau tidak mau mengatakan padaku dimana kau menyembunyikan hormon-hormon itu. Aku yang akan menemukannya sendiri." gumam Donghyuck seraya melempar pisau roti ke atas meja hingga menimbulkan suara bising.
Donghyuck segera meninggalkan ruang makan, sedikit berlari menaiki anak tangga dan tiba di depan ruang kerja Mark yang berhadapan dengan kamar tidurnya. Dengan nafas yang masih terengah-engah, Donghyuck menekan beberapa digit angka pada layar sentuh kecil yang ada di samping pintu, mengisi pin ruangan tersebut dengan angka yang melekat pada hidupnya. Tanggal kelahirannya.
Donghyuck memasuki ruangan berwarna serba putih itu, dibukanya satu per satu laci-laci juga lemari yang ada disana. Tapi ia masih tidak menemukan koper besar berwarna perak tersebut, atau setidaknya botol-botol dan alat suntik yang biasa ia pakai.
"Tidak ada disini. Tidak mungkin dia membawanya ke S.I.O.H kan?" gumam Donghyuck.
Namja cantik itu segera keluar dan masuk ke dalam kamarnya, ia duduk di pinggir tempat tidur sambil mengamati seisi ruangan yang cukup besar itu.
"Tidak mungkin di dalam lemari, kan?" gumamnya sambil berjalan menuju pintu di sudut kamar. Pintu tersebut bergeser ketika Donghyuck menekan tombol di sebelahnya, Donghyuck segera melangkah masuk dan duduk di sofa yang ada di tengah ruangan yang ia sebut lemari tadi meskipun kenyataannya ruangan itu jauh lebih besar dari lemari. Hampir menyerupai walk-in-closet.
Ada empat lemari terbuka di dalamnya, masing-masing lemari disesuaikan untuk pakaian empat musim. Di sudut lain terdapat etalase kaca yang berdiri kokoh dengan berbagai koleksi jam tangan serta perfume miliknya dan Mark. Di sisi lainnya terdapat sebuah laci dengan bingkai kaca yang berisi bermacam-macam dasi yang disusun berdasarkan warnanya.
Sebuah lemari tertutup berwarna hitam menyita perhatian Donghyuck. Satu-satunya lemari yang menggunakan pintu penutup hanya lemari ini, lemari yang biasa digunakan Mark untuk menyimpan sprei dan selimut-selimut tebal milik mereka. Lemari yang paling jarang dibuka oleh Donghyuck karena biasanya Mark yang mengatur pergantian sprei tempat tidur mereka.
Donghyuck segera bangkit dari sofa empuk yang ia duduki, ia berjalan menuju lemari hitam tersebut yang diletakkan di pojok ruangan. Dengan perlahan Donghyuck menarik pintu lemari itu, menampilkan lipatan-lipatan sprei berbagai warna juga selimut-selimut tebal dan berbulu lembut.
❓❓
Mark memasuki apartemennya tepat pukul 8 malam, lebih cepat dari jam ia pulang beberapa waktu belakangan ini. Cukup terkejut ketika kegelapan yang menyambutnya ketika ia memasuki ruang tamu.
"Sayang! Hyuckie!" Teriak Mark seraya memasuki apartemennya. Ia segera berlari menuju lantai atas, lebih tepatnya menuju kamarnya. Takut terjadi sesuatu dengan Donghyuck.
Keadaan kamarnya pun tidak jauh berbeda dengan ruang tamu. Gelap gulita, hanya lampu teras yang menyala hingga sedikit menerangi kamar luas itu. Mark segera menekan saklar dan seketika itu lampu kamarnya langsung menyala. Membuat Mark sadar Donghyuck juga tidak ada di kamar ini.
Baru saja Mark ingin keluar mencari Donghyuck di ruangan lainnya, kedua matanya menangkap lampu kamar mandi dalam keadaan menyala. Dengan segera ia berjalan menuju kamar mandi yang pintunya tertutup rapat itu.
'Tok Tok Tok'
"Hyuck, kau di dalam? " tanya Mark setelah mengetuk pintu beberapa kali.
Hanya keheningan yang menjawabnya, namun samar-samar Mark dapat mendengar suara kucuran air dari dalam kamar mandi.
"Sedang mandi rupanya.. " gumam Mark kemudian berjalan menuju walk-in-closet . Ditekannya tombol di samping pintu hingga pintu itu bergeser, kemudian Mark segera masuk ke dalamnya.
Baru dua langkah Mark memasuki walk-in-closet itu, langkahnya terhenti karena ia terkejut melihat pemandangan di dalamnya. Pintu lemari di pojok ruangan terbuka dengan isi lemari yang berupa sprei dan selimut tumpah ruah, berantakan di atas lantai.
"Shit!" makinya begitu menyadari lemari itu telah kosong karena isinya sudah berantakan di lantai. Kecuali koper besar yang ia sembunyikan di dalam sana yang entah berada dimana.
Dengan cepat Mark segera keluar dari sana dan kembali ke depan kamar mandi. Diketuknya pintu kamar mandi dengan tidak sabar, berharap Donghyuck segera keluar dari sana dalam keadaan baik-baik saja. Tapi kenyataannya sampai tangannya terasa sakit dan mulai menimbulkan memar karena terlalu kencang mengetuk pintu, Donghyuck masih belum keluar dari kamar mandi.
"Hyuckie! Keluarrrr!" teriak Mark panik. Pintu ini pintu otomatis yang akan terkunci dari dalam begitu ada seseorang yang masuk ke dalamnya, tidak mungkin di dobrak karena kekuatan pintu beribu-ribu kali lipat dari kekuatan tubuhnya.
'Dark darkk darkk'
Mark kembali menggebrak pintu dengan kencang, berteriak-teriak meminta Donghyuck untuk segera keluar meskipun tidak ada sahutan dari dalam. Mark mengambil stik golf yang ia letakkan di belakang pintu, dengan stik panjang itu Mark menghancurkan kunci otomatis yang ada di samping pintu.
Membuat pintu terbuka secara paksa -rusak, dengan segera Mark memasuki kamar mandi dan menemukan Donghyuck dalam keadaan tidak sadar di dalam bathtub yang penuh terisi air. Keran air masih menyala membuat air dari dalam bathtub tersebut terus meluap.
Tubuh bagian atas Donghyuck terekspos karena pakaian yang dipakainya sudah berada di lantai dalam keadaan basah, sementara perut Donghyuck terlihat sedikit membuncit. Kulitnya pucat dan begitu dingin karena berendam di dalam air selama berjam-jam, Mark segera mengangkat tubuh Donghyuck dalam gendongannya. Membiarkan pakaian yang ia pakai ikut basah karena tubuh basah Donghyuck.
Ketika hendak membawa tubuh Donghyuck, kakinya tidak sengaja menendang sesuatu di bawah sana hingga menimbulkan suara berbenturan. Dilihatnya dua botol kaca bergelindingan karena tidak sengaja tertendang olehnya. Dua botol kosong tersebut berdampingan dengan koper perak besar yang baru ia sadari keberadaannya karena sedari tadi tertutup tirai bathtub.
"Shit! Kumohon bertahanlah, Hyuck. " ucap Mark panik begitu menyadari Donghyuck dengan gilanya menyuntik dua botol sekaligus.
Mark segera meninggalkan apartemennya, membawa tubuh Donghyuck di dalam gendongannya menuju basement apartemen. Membawa tubuh yang mendingin itu menuju rumah sakit secepat yang ia bisa.
Selama di perjalanan, Mark menggenggam tangan Donghyuck yang terasa semakin dingin, membuat darah di dalam tubuhnya seakan berhenti mengalir.
"Hyuckie, kumohon hikss kumohon"
•
•
Ada apa dengan Haechan 2?
To Be Continued...
With Our Love 💌
Aileenpark94
&
LetMeRest25213
YOU ARE READING
3 IN 1 : PREGXPERIMENT [Nomin + Wangjun + Markhyuck]
FanfictionNOMIN WANGJUN MARKHYUCK [ REMAKE. ORIGINAL STORY BY AILEENPARK94 ] mature content Pregxperiment Nomin Side Lee twins lahir! /short chapter ending! Pregxperiment Wangjun's Side "Sampai kapan kau mau memanggilnya begitu. Panggil dia dengan nama yang...
Markhyuck Side Part 4
Start from the beginning
![3 IN 1 : PREGXPERIMENT [Nomin + Wangjun + Markhyuck]](https://img.wattpad.com/cover/202304541-64-k134980.jpg)