Part 5

88.4K 5.2K 11
                                    

Hari ini, SMA Citra Buana sedang mengadakan sebuah event. Event CiBun kali ini, memang dibilang cukup meriah melebihi event-event sebelumnya.

Siswa-Siswi Citra Buana mendirikan stand-stand yang akan di kunjungi nantinya. Ada stand Macaroon, pudding, cake, pastry, minuman, atau kerajinan yang mereka buat sendiri. Dan puncak dari event ini yaitu pensi. Mereka mengundang salah satu band ternama ibu kota. Sheila On 7. Salah satu band favorite Prilly.

Makanya, dari pagi Prilly udah excited banget buat event ini. Apalagi, ini hari sekolah. Tepat di jadwal yang sangat-sangat membosankan baginya. Dia berterimakasih sekali pada OSIS yang telah membuat event ini.

"Semangat banget," cibir Ali saat melihat Prilly terus menyunggingkan senyumnya. Prilly menatap Ali, lalu tertawa kecil.

"Iya dong semangat. Kan ini event yang gue tunggu-tunggu, apalagi nanti ada Sheila On 7 juga kan. Ah gila, akhirnya gue bisa nge live mereka!" Seru Prilly bahagia. Di satu sisi, Ali ikut bahagia melihat Prilly terus tersenyum.

"Yaudah yuk," Ali menggandeng tangan Prilly dengan erat. Takut jika ia terpisah dengan Prilly. Gadis itu terlalu lincah. Di lepas sebentar, pasti akan hilang di kerumunan.

Event CiBun kali ini sangat ramai. Mereka juga mengundang orang luar sekolah untuk datang. Jadi, memang ramai.

"Aliiii mau buah yang ada cokelatnya ituuuuu," rengek Prilly manja sambil menarik-narik lengan Ali. Dan menunjuk sebuah stand chocolate milik anak kelas 12 yang tidak jauh dari posisi mereka sekarang.

Ali mengabulkan permintaan Prilly. Mereka berdua kemudian berjalan mendekati stand tersebut. Dengan sangat antusias, Prilly memilih apa saja yang akan ia beli; marshmellow, strawberry, kiwi, dan apel.

"Temenin gue beli minum, yuk?" Ajak Ali. Prilly mengangguk, sambil memakan marshmellownya.

"Lo mau minum apa, Prill?" Tanya Ali. Prilly yang selesai memakan makanannya, mengamati daftar minum yang di sediakan di stand tersebut.

"Mau Caramel Latte aja," jawab Prilly.

"Jadi Caramel Latte satu, sama Ice Mocha-nya satu ya, Des." Kata Ali. Desi, salah satu teman di klub Pecinta Alamnya, dengan cekatan membuatkan pesanannya.

"Nih, Li. Jadinya dua belas ribu." Kata Desi sambil menyerahkan pesanan Ali. Ali merogoh sakunya, mengeluarkan dompetnya dan mengambil satu lembar uang sepuluh ribuan dan dua ribuan.

"Thanks ya!" Kata Ali sambil tersenyum. Desi balas senyum dan mengangguk.

"Nih, Prill. Punya---" kata-kata Ali terhenti saat Ali menyadari bahwa Prilly tidak ada di belakangnya. Ali celingukan mencari Prilly. Siapa tahu, masih ada di batas jarak pandangnya. Tetapi nihil. Yang ia lihat hanyalah orang-orang yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Ali panik. Ia tidak menyangka, Prilly akan menghilang seperti ini.

***

Prilly menghembuskan napasnya, bosan menunggu minumannya. Ia menoleh kearah kanan dan kiri. Mencari sesuatu yang menarik. Ia putuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi stand-stand yang ada. Lupa pamit pada Ali yang masih menunggu minumannya.

Tanpa sadar, ia berjalan terlalu jauh dari Ali. Kemudian, sebuah stand pernak-pernik menarik perhatiannya. Ia segera menghampiri stand tersebut.

"Ih gila lucu banget ini," gumam Prilly sambil memegang sebuah gelang. Gelang yang berinisialkan A.

"Eh inisialnya A lagi. A stands for Ali. Hihihi," ia tertawa. Kemudian membelinya. Setelah membayar, Prilly keluar dari stand tersebut. Dan menyadari bahwa ia terpisah oleh Ali.

"Yah gue jalan ke arah mana ini," keluh Prilly.

Walaupun sudah tiga tahun ada di SMA Citra Buana, tapi baginya SMA ini terlalu luas. Ada tiga lantai gedung utama untuk kelas. Gedung-gedung kelas tersebut, dibagi dua gedung. Sayap Kiri, dan sayap kanan. Yang menjadi perantara kedua gedung ini adalah Lapangan Utama yang digunakan untuk upacara. Dan ini memang benar-benar luas. Terdapat satu buah lapangan basket indoor, dan outdoor. Lintasan lari, dan juga sebuah kolam renang.

Citra Buana merupakan salah satu sekolah elite yang ada di Jakarta. Yang masuk ke situ, kalo ga kaum anak-anak borjuis, ya otaknya encer. Genius. Sekolah ini juga terkenal dengan prestasi akademik, dan non-akademiknya.

"Ah, lo juga sih Prill. Ngapain coba misah sama Ali. Udah tau lo orangnya ceroboh sama gainget jalan," keluh Prilly. Gadis itu kemudian memutuskan untuk duduk di tribun lapangan basket outdoor-nya.

Prilly mengamati gelang yang baru saja ia beli. Kemudian, ia tersenyum saat melihat insial yang terpatri pada gelang itu. A.

"Kita ketemu lagi, ya?" Sahut seseorang dari arah belakang Prilly. Prilly terlonjak dari duduknya, dan refleks menoleh ke belakang.

Seorang anak laki-laki yang membantunya mengambil novel di toko buku beberapa waktu yang lalu. Anak itu duduk di sebelah Prilly.

"Bener kan tebakan gue, lo emang anak Citra Buana." Katanya saat melihat kaus Prilly.

"Lo sebenernya siapa sih? Lo ngikutin gue ya?" Tuduh Prilly. Tidak mampu menahan rasa ingin taunya.

Anak itu tertawa. "Hahahah nggak-nggak. Gue Nathan. Anak Tunas Bangsa. Yang waktu itu nggak sengaja numpahin minuman ke seragam lo,"

Prilly menatap Nathan aneh. Kemudian membalas uluran tangan Nathan, "Prilly."

"Prilly? Cuma Prilly?" Tanya Nathan.

Kemudian, terbersit ide jahil dalam benak Prilly.

"Prilly Syarief," dalam hati Prilly tertawa saat menyebutkan 'Syarief' sebagai nama belakangnya. Nathan mengangguk paham.

"Jonathan Antariksa. Nathan." Kata Nathan.

"Tumben sendiri? Nggak sama temen cowok lo itu?" Tanya Nathan, sedikit menyindir Prilly. Prilly menatapnya aneh.

"Ali maksud lo? Iya tadi gue lagi sama dia. Tapi gue misah sama Ali pas beli minum tadi. Gue bosen, terus jadinya misah." Cerita Prilly.

Nathan tertawa.

"Kok lo malah ketawa sih?!" Cibir Prilly. Nathan berusaha menstop tertawanya.

"Hahahah nggak-nggak, abisnya lo lucu sih kalo lagi kesel gitu." Puji Nathan. Prilly tersenyum kecil.

"Gue cariin dari tadi, eh taunya lo malah asik sama cowok lain. Tau gitu ga gue cariin tadi."

Degh. Prilly mengenali suara tersebut. Ali. Ia menoleh kearah belakangnya.

"Ali..." lirih Prilly. Muka Ali terlihat masam. Prilly segera berdiri, dan menghadap Ali.

"Nggak gitu.... tadi gue juga nyariin lo tapi ga ketemu. Terus gue ke lapangan basket, siapa tau lo ada disini abis beli minum tadi. Nyatanya nggak. Yaudah gue duduk disini, nungguin lo." Jelas Prilly. Ali masih tidak menatap Prilly.

Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya saat melihat Prilly dengan cowok lain. Perasaan tidak rela menyergapnya.

Nathan memandang Ali dengan wajah datar.

"Aliiii jangan marahhh," rengek Prilly, mulai menangis. Ia tidak mau Ali marah padanya. Prilly menarik-narik ujung kemeja Ali.

Ali menghela napasnya pelan, kemudian merengkuh Prilly. Menenggelamkan kepala gadis itu ke dadanya.

"Jangan kayak gitu lagi. Gue nggak mau hal-hal yang nggak gue mauin, terjadi sama lo." Bisik Ali

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang