Part 44 - The Proposal [Last Chapter]

71.6K 3.4K 71
                                    

Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan ku sampaikan
Hasrat suci, kepadamu oh dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini
Aku ingin... mempersuntingmu
Tuk yang pertama, dan terakhir....

***

"Ada yang mau aku omongin."

Prilly mengernyitkan keningnya heran. Ali tidak pernah se serius ini ketika berbicara.

"Mau.... ngomong apa?" Tanya Prilly pelan.

Ali mengatur napasnya, rasa grogi menyelinap ke dalam tubuhnya. Demi apapun, mengutarakan niatnya kali ini sangat-sangat membuatnya takut. Tidak, bukan takut. Gugup.

"Kita... kenal udah berapa lama?" Ali menatap Prilly teduh.

"Hmm... hampir seumur hidup aku," Prilly menjawab dengan ragu. Ali tersenyum kecil, ia memegang kedua bahu Prilly dan mengarahkan cewek itu kehadapannya.

"Menurut kamu, hampir seumur hidup kita bareng-bareng udah cukup buat kenal sama aku belum?" Tanya Ali lagi.

Prilly menaikkan satu alisnya, bingung terhadap arah tujuan pembicaraan Ali kali ini. Bukan tipikal Ali. Prilly yakin, ada yang Ali sembunyikan darinya. Prilly menghela napas pelan.

"Sangat cukup. Buktinya, aku bisa tau buruk-buruknya kamu yang ga orang lain tau, dan diri kamu sendiri." Jawab Prilly yakin. Senyum Ali semakin mengembang.

Ia semakin memantapkan hatinya pada pilihannya. Ia hanya ingin moment ini terjadi satu kali dalam hidupnya, dan hanya Prilly wanita yang diinginkannya.

"Kamu pernah ada rasa nyesel nggak, kenal sama aku?" Prilly berdecak, haruskan pertanyaan ini di jawab? Jelas Ali pasti tahu jawabannya.

"Harus aku jawab ya?" Prilly mendesah.

"Jawab aja,"

"Denger ya, Ali Syarief-ku. Nggak ada pernah kata nyesel dalam hidup aku untuk kenal sama kamu. Aku malah bersyukur bisa kenal sama kamu. Cuma kamu, satu-satunya cowok yang memperlakukan aku seperti Papa aku memperlakukan aku," kata Prilly tegas tanpa ragu sedikit pun.

Dengan pelan, Ali menggenggam kedua tangan Prilly erat. Menatap tepat pada manik mata Prilly. Tatapan teduh yang senantiasa menenangkan hatinya. Pancaran matanya yang tak pernah redup sedikitpun.

"Termasuk kamu mau menerima kekurangan aku? Meskipun seandainya besok aku cacat?"

Prilly mengangguk tegas. "Karena aku jatuh cinta sama sifat dan pikiran kamu. Bukan dengan fisik kamu. Masih ada yang kamu raguin dari aku?" Prilly balik bertanya.

"Pril, aku punya janji sama diri aku sendiri bahwa aku hanya ingin melamar dan menikah satu kali dalam hidup aku. Dan hanya menjadikan satu wanita sebagai Ratu ku..." Prilly diam, bingung arah pembicaraan Ali kali ini.

Sir, I'm bit nervous
'Bout being here today
Still not real sure what I'm going to say
So bare with me please
If I take up too much of your time...

"Lima belas tahun yang lalu, aku kenal kamu. Anak kecil yang cengeng, manja, semaunya sendiri.." Prilly terkekeh pelan mengingat masa anak-anaknya.

"Suka duka, kita laluin bareng-bareng. Rasa ingin melindungi, dan menyayangi sepenuh hati muncul aja di diri aku. Meskipun aku cuma anak kecil yang cuma tau main robot-robotan, tapi disisi lain aku punya keinginan untuk ngejaga kamu sampai kapanpun," Ali menatap Prilly lembut. Diusapnya pelan pipi Prilly dengan ibu jarinya.

See in this box is a ring for your oldest
She's my everything and all that I know is
It would be such a relief if I knew that,
Were on the same side
Very soon I'm hoping that I....

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang