"Tidak terlalu sakit, dari tadi aku terus mengusap dengan handuk hangat ini seperti katamu tadi pagi. Lalu kau sendiri, bukankah kubilang tidak perlu pulang kalau aku tidak meminta? Kenapa sekarang kau sudah pulang, hm?" tanya Donghyuck mengingat ini bahkan belum memasuki jam makan siang sedangkan kekasihnya - well - Mark sudah kembali menjadi kekasihnya - baru saja berangkat kerja sekitar 3 jam yang lalu.
"Jeno yang menyuruhku pulang, ia khawatir kau akan kesakitan saat aku tidak ada. Lagipula kalau kau hanya sendirian kau akan kesulitan. Kau pasti membutuhkan seseorang untuk membantumu. Tidak perlu merasa canggung padaku." ucap Mark seraya menatap lekat sepasang mata sayu milik Donghyuck.
"Tapi pekerjaanmu.."
"Tidak perlu mengkhawatirkan pekerjaanku, masih ada Karry dan Jeno yang bisa membantuku. Yang harus kau pikirkan hanyalah kesehatanmu. Lihat, tanganmu kecil sekali, hmm. Pipimu semakin tirus dan ada lingkar hitam yang mengelilingi matamu. Jelek sekali. " ucap Mark bergurau.
Namja itu sengaja mencairkan suasana kaku di antara mereka, sengaja ingin membuat sikap Donghyuck kembali seperti dulu. Dan hal itu cukup berhasil karena Donghyuck terlihat kesal dan tangannya mencubit pinggang Mark dengan kencang.
"Kalau aku jelek, kenapa kembali kesini? Pindah sana. " kesal Donghyuck setelah melepaskan tangannya dari pinggang Mark.
"Aauchh..hehehe..Sudahlah, kau belum makan siang kan? Kubuatkan makan siang untuk kita berdua, kau tunggu disini. " ucap Mark seraya bangkit berdiri dan beranjak menuju dapur apartemen.
Sepeninggal Mark, Donghyuck segera meletakkan mangkuk berisi air hangat yang mulai mendingin beserta handuk kecil di atas meja. Kemudian ia menumpukan kedua tangannya pada sofa dibelakangnya lalu mengangkat tubuhnya untuk duduk di sofa tersebut.
Sedikit kesulitan karena guncangan pada perutnya menyebabkan sedikit rasa sakit namun masih bisa ia tahan. Secara perlahan Donghyuck bangkit berdiri dan berjalan menyusul Mark yang sudah sibuk di dapur.
"Kau membuat apa, Markeu?" tanya Donghyuck begitu ia memasuki dapur dan melihat Mark sibuk memotong-motong wortel dan paprika menjadi berbentuk dadu.
"Aishh....kenapa kau kemari, hm? nakal sekali." dengus Mark kemudian melepaskan pisau yang ia pegang dan beralih meraih tangan Donghyuck.
"Hehehe.. aku ingin melihatmu memasak." ucap Donghyuck kemudian mengambil sebuah mangkuk kecil dan ia isi dengan wortel yang sudah selesai dipotong oleh Mark. Kemudian mengambil mangkuk lainnya dan ia letakkan di samping talenan tempat Mark memotong-motong paprika.
Kemudian Donghyuck membuka tutup panci yang sudah diletakkan Mark di atas kompor. Dilihatnya bubur buatan Mark sudah hampir selesai.
" Ck.. lagi-lagi bubur aku bosannnnnn..." keluh Donghyuck karena selama ini Mark terus membuatkan bubur untuknya.
"Lambungmu masih bermasalah, chagiya. Tadi pagi saja masih muntah, kan." ucap Mark sambil menuangkan paprika yang sudah ia potong ke dalam mangkuk yang telah disiapkan Donghyuck.
"Tapi aku bosan." keluh Donghyuck sekali lagi.
"Kalau begitu kau harus cepat sembuh supaya tidak memakan bubur buatanku lagi. Arra ?.."
"Arraseo..." ucap Donghyuck malas.
"Aigoo, baiklah baiklah hari ini buburnya tidak terlalu lembek. Lihat kutambah lagi nasinya.." ucap Mark seraya memasukkan beberapa sendok nasi ke dalam panci agar buburnya tidak terlalu lembek. Ia sangat tahu Donghyuck tidak menyukai makanan bertekstur lembek, karena itu Donghyuck tidak terlalu senang jika setiap hari harus memakan bubur.
Diam-diam Mark tersenyum senang karena Donghyuck tidak lagi menjaga jarak dengannya. Mungkin Donghyuck sudah mulai terbiasa kembali, meskipun sekarang ini hubungan mereka belum benar-benar kembali seperti semula. Donghyuck masih sedikit menjaga jarak, ia hanya berani berdiri dua langkah di samping Mark. Itu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan sebelumnya Donghyuck benar-benar ketakutan walau hanya untuk menyentuh Mark. Ia takut merepotkan Mark dan Mark kembali meninggalkannya seperti dulu. Dan Mark tidak ingin hal itu kembali terjadi, mereka sepakat saling mengintrospeksi diri masing-masing.
💞
Mark memandang miris pada keadaan Donghyuck yang sedang berbaring di tempat tidur dengan wajah yang menahan sakit serta keringat dingin yang sudah membasahi sekujur tubuhnya. Selesai makan siang tadi, Donghyuck mengeluh perutnya kembali sakit dan menjadi berlipat-lipat lebih sakit dari sebelumnya. Saat itu juga Mark segera menggendong tubuh lemas Donghyuck dan membawanya ke kamar mereka, lingkar perut Donghyuck sudah semakin membesar, ditambah dengan stretch mark yang mulai menghiasi perut buncitnya.
Kedua tangan Mark sibuk mengusap perut buncit Donghyuck dengan handuk hangat yang baru saja ia ambil. Berharap rasa hangat tersebut dapat meredakan sakit yang dialami Donghyuck seperti beberapa jam yang lalu, namun sepertinya hal itu tidak berhasil karena Donghyuck terus meringis kesakitan.
Bahkan Mark dapat merasakan dari balik tangannya perut Donghyuck semakin membuncit seperti dipompa dari dalam, begitu keras dan kencang.
"Enghh! sakith! hiks sakit sekaliii enghh.." tangis Donghyuck ketika ia tidak mampu lagi menahan kesakitannya. Dengan lemas tangan kanannya meremas perut buncitnya sendiri, berharap rasa sakit itu dapat hilang.
Mark segera menggenggam tangan Donghyuck agar tidak meremas perutnya sendiri, membiarkan tangan yang terasa dingin itu berganti meremas tangannya untuk melampiaskan rasa sakitnya.
"Melihatmu seperti ini membuatku merasa bersalah. Mianhae Hyuckie mianhae . Aku berjanji tidak akan ada rasa sakit lagi setelah ini." ucap Mark bersungguh-sungguh.
Entah Donghyuck mendengarnya atau tidak, karena namja cantik itu terus berteriak kesakitan. Sementara Mark segera mengangkat tubuh Donghyuck menjadi separuh duduk dan merengkuh tubuh kurus itu ke dalam pelukannya.
"Hiks Markeuu, sakitt hiks hiks...." adu Donghyuck.
"Nde...nanti sakitnya hilang. Tahan, ne." bisik Mark lembut seraya mengusap-usap lengan Donghyuck, memberikan kehangatan pada tubuh Donghyuck yang semakin terasa dingin dan mulai bergetar. Mark tidak berani memperlihatkan wajahnya pada Donghyuck, ia bisa merasakan air mata sudah berkumpul di pelupuk matanya. Mark tidak pernah menyangka sesakit ini yang ia rasakan ketika melihat Donghyuck kesakitan.
"Saranghae, saranghae... " bisik Mark berkali-kali di telinga Donghyuck, ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Donghyuck dengan tangan lainnya yang mengusap-usap perut Donghyuck.
•
•
TMI :
• Masalah Markhyuck disini agak lebih ribet ketimbang Nomin dan Wangjun
To Be Continued...
With Our Love 🌷
Aileenpark94
&
LetMeRest25213
YOU ARE READING
3 IN 1 : PREGXPERIMENT [Nomin + Wangjun + Markhyuck]
FanfictionNOMIN WANGJUN MARKHYUCK [ REMAKE. ORIGINAL STORY BY AILEENPARK94 ] mature content Pregxperiment Nomin Side Lee twins lahir! /short chapter ending! Pregxperiment Wangjun's Side "Sampai kapan kau mau memanggilnya begitu. Panggil dia dengan nama yang...
Markhyuck Side Part 3
Start from the beginning
![3 IN 1 : PREGXPERIMENT [Nomin + Wangjun + Markhyuck]](https://img.wattpad.com/cover/202304541-64-k134980.jpg)