Bagian 1

23 3 0
                                    


Sebenarnya senin pagi ini Beina malas pergi ke sekolah entah karna mager sehabis libur atau akan kembali bertemu dengan Gara, yah. Mungkin alasan kedua yang lebih dominan. Tapi dia juga bosen jika seharian penuh berada sendiri di dalam rumah, sehabis pulang dari Bandung orang tua dan Romeo-Kakaknya langsung terbang ke Singapura untuk menjenguk adik Papinya yang sekarang sedang dirawat.

Kenapa Kakaknya diajak sementara dia tidak? yang pertama karna Romeo masih libur kuliah sementara dia sudah masuk sekolah. Aish menyebalkan bukan. Dan yang ke dua alasan yang benar-benar membuat Beina ingin tenggelam adalah karna Gara si cowok manja itu.

Entah apa yang dia ucapkan sehingga orang tua Beina begitu menyukai cowok keparat itu.  

Kan saking kesalnya Beina sampai tidak menyadari sudah berapa banyak nama panggilan yang dia buat untuk si cowok kampret itu.

Niatnya Beina ingin berangkat pagi karna dia mau menghindari Gara, tapi Hello! ini baru jam enam pagi kenapa sekarang cowok itu sudah berdiri tengil di samping mobil hitamnya. Kemudian tangan cowok itu melambai hingga dengan terpaksa Beina menghampiri Gara dengan wajah ditekuk berpuluh-puluh lipat.

"Abis liburan kok mukanya kusut gitu, Bei."

Beina membuka pintu mobil lalu masuk ke dalam tidak menghiraukan ucapan Gara. Menghela napas pelan Gara pun menyusul masuk ke dalam.

"Kamu kenapa sih, Bei?" Gara mengusap rambut Beina pelan dengan salah satu tangannya sedangkan tangan yang satunya lagi dia gunakan untuk menyeimbangkan kendali mobil. "Beina aku lagi nanya loh."

"Kamu fokus nyetir aja deh, Gar. Aku lagi nggak mood ngobrol." Beina memiringkan sedikit badannya menghadap jendela di sampingnya.

"Gimana aku bisa fokus nyetir kalo kamunya kaya gini, kalo ada masalah cerita sama aku."

Beina mendengus gimana dia mau cerita jika setiap masalahnya adalah cowok di sampingnya ini.

"Bei.."

Dengan kesal Beina membalikan posisinya menghadap Gara, "Gara please aku lagi nggak mood ngobrolin apa-apa sama kamu, kalo nggak aku turun aja deh."

Gara memiringkan mobilnya lalu berhenti, dia menatap Beina intens. Beina sedikit kaget Gara akan menurut menurunkannya, baru saja Beina ingin membuka pintu tarikan di lengannya membuat Beina otomatis menoleh.

"Aku nggak nyuruh kamu turun." Ucap Gara sedikit menggeram.

Beina diam sedikit takut jika Gara sudah mengeluarkan ekspresi datar seperti ini. Walau begitu mulutnya tetap tidak bisa ditutup, "Ya terus kenapa berhenti?" Tanyanya.

"Kita perlu bicara." Suara Gara kembali normal. "Kamu ada masalah apa? Cerita sama aku, jangan diem aja dan imbasnya kamu cuekin aku."

Beina mendengus pelan, "Gara nanti aja ya."

"Beina.."

"Gara please aku emang bener-bener lagi nggak pengen cerita apapun, Tolong ngertiin aku."

Gara membuang napas pasrah dia kembali menjalankan mobilnya setelah mengatakan ucapan yang di sertai sedikit ancaman.

"Nanti kamu harus cerita sama aku, kalo nggak kamu pasti tau apa yang bisa aku lakukan."

Beina merapatkan bibirnya menahan umpatan yang siap dia keluarkan untuk si cowok sialan yang ada di sampingnya ini, kenapa dia yang harus terjebak hubungan rumit dengan Gara, kenapa tidak perempuan lainnya.

Seribu alasan yang Beina buat untuk terlepas dari cowok itu hanya berakhir cuma-cuma, Gara punya satu juta cara untuk membuat Beina tetap terikat dengannya. Sedari dulu Beina sering bertanya-tanya sebenarnya apa yang Gara mau darinya, tidak mungkin cowok itu menyukainya jelas-jelas Beina tahu Gara sering berselingkuh dibelakangnya.

RabeinaWhere stories live. Discover now