12. Jodoh Jaringan

Start from the beginning
                                    

" Nah, kalau kalian mau tahu mendetail tekniknya bisa ikutan dengan rombongan yang ambil kelas kursus kultur jaringan dan aquaponik Minggu depan hari Sabtu minggu. Selama dua minggu. Untuk kalian gratis deh, " Tante Dina mengajak kami lagi. Kami saling pandang. Aku tahu mereka tertarik.

" Iya Tante kami mau ikut." Aku menerimanya. Yeay...akhirnya. Aku melihat mereka menghempaskan nafas lega. Toh acara asistensi proyek penelitian masih dimulai bulan depan. Jadi waktu libur sempit ini aku manfaatkan dengan baik untuk mengusir galau dan menambah ilmu.

Kultur jaringan itu pada prinsipnya adalah membudidayakan suatu bagian tertentu dari tanaman mengisolasi bagian-bagian tanaman (protoplas, sel, jaringan, dan organ) menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat sama persis seperti indukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kultur jaringan itu pada prinsipnya adalah membudidayakan suatu bagian tertentu dari tanaman mengisolasi bagian-bagian tanaman (protoplas, sel, jaringan, dan organ) menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat sama persis seperti indukannya.  Sebenarnya ini adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian-bagian tanaman seperti  daun, batang, akar, yang kemudian ditumbuhkan pada media buatan yang kaya akan nutrisi dan zat pengatur tumbuhan atau disebut hormon dalam wadah tertutup (biasanya botol kaca atau plastik yang transparan) yang steril dan disimpan pada suhu tertentu. Dengan demikian  bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.

" Nggak apa-apa nih Tante kami ikut program ini ? " Tanya mbak Yani.

" Nggak apa-apa lah. Kenapa sih? Tante senang lho kalian ada di sini. Kebetulan memang ada rombongan mau ikut kursus aquaponik dan kultur jaringan, karena mereka sibuk jadi mintanya hari Sabtu Minggu. Tante pikir cocok sama jadwal kalian kan ?"

" Rumah Tante nih ceria kalau ada kalian menguat aroma feminin-nya. Disini kebanyakan laki-laki, kalau ada kalian ada teman ngerumpi. Lagian anak-anak Tante jarang di rumah. Kebetulan aja ini pas lagi kumpul." Dia tertawa. Sahabat Tante Iin ini selalu aktif dan riang gembira. Senyum dan tawanya seperti menular, membuat siapapun orang yang sedih jadi ikut tersenyum dan bahagia.

" Eh ngomong-ngomong Yani sama Santi udah punya pacar belum ya." Tanya Tante Iin.

" Saya nggak mau pacaran Tante, kalau memang niat serius langsung khitbah saja ke ortu." Jawab mbak Yani mantap membuat Tante Dina manggut-manggut.

" Saya masih SMA belum boleh pacaran sama Mama, Tante. "

" Tuh Krisna, dengerin kalo udah serius sama anak gadis orang cepetan dilamar biar nggak kelamaan pacaran, takut bosen."

"Ah Mama, aku kan belum kerja, Ma. Masih koas, nanti anak orang mau dikasih makan apa?" Jawab Krisna dan disambut tawa semua orang yang ada di sana.

" Makanya cepetan selesaikan koasnya, kerja dan lamar pacar kamu." Om Hendro datang dan mengacak-acak rambut putranya.

"Orang nggak punya pacar juga, Pa. Siapa yang mau dilamar ? Kucing ?" Jawab Krisna lagi.

" Halah, sok nggak ngaku lagi lo, Kris. Cewek-cewek korban lo tuh bertebaran dimana-mana gitu." Sanggah mas Iyan yang ikut muncul.

" Sotoy lu Yan." Jawab Krisna diikuti kekehan mas Iyan.

" Gimana Di, mau lihat cara instalasi aquaponik? Saya lagi masang yang baru nih di belakang." Om Irawan berkata sambil menepuk pundak sahabatnya.

" Bolehlah, aku belajar sekarang buat bekal pensiun nanti, ya nggak Ma?" Jawab om Yadi.

" Kenapa nggak sekarang aja sih? Kami ini kerepotan lho mengatasi permintaan yang banyak. Kita bisa jadi mitra lho." Tante Iin berusaha menimpali.

" Bagaimana Ma ?" Tanya om Yadi pada Tante Iin.

" Ya terserah papa aja." Jawab Tante Iin.

" Boleh ikutan lihat ya Om ?" Tanyaku memberanikan diri.

" Kamu tertarik Nduk ?" Tanya om Irawan.

" Tertarik banget Om, Tante sama Om benar-benar memberi pencerahan. Icha pengen punya usaha seperti ini kelak." Aku menjawab mantap. Dua pasang suami istri itu saling tatap dan bertukar kode lalu tersenyum lebar. Aku heran nggak mengerti maksud mereka.

" Yuk kita kesana." Om Yadi merangkul bahuku dan membimbingku keluar dari lab. Toh sesi kultur jaringan akan dimulai Minggu depan, jadi nggak salah kan hari ini aku belajar yang lain dulu.

" Kalian nggak ikut Icha juga ?" Tante Iin bertanya pada mbak Yani dan Santi.

" Nggak Tante, kami di sini saja mau lihat kultur anggrek." Jawab Santi. Tante Iin tersenyum dan mengangguk.

" Kamu nggak ikut Icha dan papamu Yan, Anggit ?" Tanya Tante Iin lagi.

" Nggak Ma, di sini aja."

" Kalian nggak ikut papa ke belakang?" Tanya Tante Dina pada Krisna dan Tirto.

" Aku ikut !" Jawab Krisna lalu berbalik dan meninggalkan lab.

" Aku disini aja Ma." Jawab Tirto.

Dari jauh lamat-lamat percakapan Tirto dan Santi.

" Jadi kamu masih sekolah di SMF ?" Tanya Tirto.

" Iya Mas ," jawab Santi

" Kamu kos di Bandung, memangnya orangtua kamu dimana ?" Tanya Tirto lagi.

" Di Sulawesi Selatan, Mas." Jawab Santi lagi.

" Satu kos sama Tarissa ?"

" Iya"

" Boleh ya kalau suatu saat aku main ke kos kamu ?" Tanya Tirto

" Boleh saja." Jawab Santi.

Aku tersenyum dalam hati. Rupanya ada yang modus. He...he..he..

*****

Serius nih aku bingung mau dibuat bagaimana sesi bab ini. Please kasih komen dan saran dong.

Lelaki dari Lembah ManglayangWhere stories live. Discover now