12. Jodoh Jaringan

108 5 0
                                    

" Nah kan, aku bilang juga apa In, keponakanmu bakalan betah di rumahku."

" Tahu gitu aku bawa dia ke sini mulai dulu, Din."

" Doaku sepertinya terkabul ya In, Tarissa mulai akrab dengan salah satu anakku. Semoga jalan mulus terlaksana, Tarissa berjodoh dengan anakku, Ferdian atau Krisna."

" Aamiinn. Tapi terlalu dini menyimpulkan seperti itu, Dina. Aku tahu kepergian almarhum Aditya meninggalkan luka mendalam membekas di hati Tarissa, tidak semudah itu rasanya dia berpaling. Tapi aku senang dia mulai ceria kembali. "

" Jangan terlalu sering menekannya Dina, walaupun kita memang mempunyai niat menjodohkan mereka. Aku khawatir Tarissa kalau merasa terancam akan kabur. Malah susah lagi kita nantinya."

" Emang kelihatan banget gitu In, kalau aku ngebet banget pengen punya mantu dia ?"

" Nggak kelihatan lagi Din, kamu mah langsung tembak di tempat saking nafsunya." Celetuk Tante Iin yang disambut tawa keduanya.

" Dah atuh kumaha deui nya, ih dah kebelet, kepengen banget gitu. Aku ajah yang emak-emak bisa jatuh cinta sama Tarissa, apalagi yang cowok muda seperti anak-anakku ya."

" Din, anakmu Tirto sepertinya biasa aja tuh. Si Krisna kan emang supel dan udah biasa pacarnya banyak. Aku malah khawatir kalau Tarissa sama Krisna."

" Eh, si Krisna mah emang gitu gayanya. Terkadang cewek -cewek menyalahartikan kebaikan dan sikap baiknya, In. Di hatinya mah cuma satu dan itu selamanya. Aku ngajarin dan menanamkan pada mereka untuk nggak mempermainkan gadis-gadis karena itu sama saja mereka menyakiti aku, mamanya."

" In, makanya biarkan tiap Minggu Tarissa di sini saja yah, supaya sedihnya hilang. Ijinkan Tarissa menginap di sini ya. Biarkan aku yang menjemputnya. Boleh ya."

" Jangan tiap Minggu dong. Aku juga bakalan kangen dia. Dia seperti jelmaan anak perempuan impianku yang aku nggak punya. Favorit mas Yadi dan anak-anak. Sejak dia kecil kami selalu memperebutkannya. Dia sudah jadi bagian keluargaku, seperti anak kandungku sendiri."

" Trus gimana atuh biar deket sama Krisna ?"

" Jangan sama Krisna deh, Din. Jodohin sama Ferdian aja. Ferdi kan ngemong sama seperti Aditya alamarhum."

" Ehm cocok deh. Anakku itu usianya udah 28 tahun belum nikah-nikah."

" Tapi, siapa tahu Ferdi sudah punya pacar bule di sana."

" Kayaknya sih nggak deh, In. Apa aku suruh pulang aja ya dia biar ketemu sama Tarissa ?"

" Lagian aku juga udah kangen banget sama dia."

" Udah aku bilang kan Din, jangan terlalu menggebu-gebu. Ini masih awal sekali. Melihat mereka akrab belum tentu mereka saling tertarik kemudian memutuskan akan menikah. Aku nggak mau kamu nanti terluka jika ternyata nggak sesuai dengan ekspektasi mu."

" Kamu kok doain jelek sih In."

" Bukan mendoakan yang jelek Dina, cuma kita mesti banyak berdoa saja, jangan terlalu banyak berharap dan berimajinasi. Satu lagi, biarkan semua berlangsung alami nggak usah grasak grusuk buat mereka menyatu. Kalau memang Tarissa berjodoh dengan salah satu dari anak kamu nggak akan kemana kok "

*****
Tarissa pov

Hari sudah siang ketika aku memasuki lab kultur jaringan yang ada di Roseland. Sepertinya aku sudah kelewat materi kursus kultur jaringan cukup banyak. Pandangan mata mbak Yani dan Santi begitu menyelidik seolah bertanya " dari mana aja kamu ?" Kujawab dengan mengedikkan dua bahuku. Aku tahu pasti kedua sahabatku itu pasti betah berada di sini.

Lelaki dari Lembah ManglayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang