11. Roseland

110 7 0
                                    

Tarissa pov

Matahari belum beranjak tinggi. Setelah subuh aku sudah tak bisa tidur lagi. Aku membaca sebentar buku yang direkomendasikan dosenku, Professor Haris. Mencoba memaknai materi yang disajikan dalam buku itu mampu mengalihkan duniaku. Membuat beberapa catatan penting di notebook membuatku tenggelam dalam kesibukan yang melenakan. Ketukan di pintu kamar menggugahku.

" Sudah bangun Cha ? Sudah sholat subuh?"

" Sudah Tante. Oh iya, Icha lupa mau goreng empek-empek. Sebentar ya." Tante Iin tersenyum dan mengusap kepalaku. Aku masih menyimpan empek-empek yang aku buat banyak seminggu yang lalu saat sebelum acara Tasyakuran mas Anggit.

" Tante pikir kamu belum bangun dan sholat. Empek-empeknya sudah Tante goreng, kuah cukonya juga sudah dihangatkan. Kamu beberes barang-barangmu saja dan segera mandi ya sayang."

" Siap Tante."

" Hari ini kita sudah janji ke.rumah om Irawan dan Tante Dina kan Cha?" Kamu sudah menyanggupinya juga kan?"
" Iya Tante"
" Sudah cepat mandi sana, trus Tante tunggu kita sarapan bersama ya. Suruh teman-temanmu mandi juga dan segera sarapan. Kita berangkat pagi biar nggak macet."
"Siap Tante."

Dua jam kemudian

Pelataran parkir yang luas, tatanan apik sayuran dan buah  serta deretan anggrek tanah juga rumpunan gladiol aneka warna dan anyelir yang memukau mata seolah menyambut kami begitu tiba di roseland. Sebuah gerbang dan pagar mawar aneka warna membatasi daerah ini sesuai dengan namanya, ladang mawar. Sebuah gerbang mawar cantik menyambut kami. Aku nggak menyangka roseland ini amat luas.

Sepertinya aku langsung jatuh cinta sama tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya aku langsung jatuh cinta sama tempat ini. Bersama mbak Yani dan Santi kami saling bertatapan dan tersenyum lebar. Sepertinya mereka memiliki pikiran yang sama denganku. Sang pemilik ladang adalah Om Irawan teman om Yadi mereka sama-sama berdinas di TNI AD. Sedangkan isterinya Tante Dina adalah sahabat Tante Iin mulai SMA dan sama - sama kuliah dengan jurusan yang sama di IPB. Tante Dina sudah mulai berbisnis bunga potong, rental tanaman sejak kuliah dahulu. Berbeda dengan tante Iin yang memilih menjalankan usaha desain baju muslimah serta konveksinya dan wedding organizer.

Bangunan bercat putih yang arsitekturnya ala mediteriania ini cukup menawan. Tidak terlalu besar karena ini seperti rumah peristirahatan keluarga om Irawan
namun cukup nyaman. Bangunan dua lantai itu hanya berisi tiga kamar tidur. Sementara tempat beristirahat bagi pekerja diletakkan di luar bangunan utama.

" Icha, apa kabar ? Hari ini nampaknya kamu lebih ceria dan cantik sekali pakai baju terusan seperti itu " Tante Dina menyapaku.

" Alhamdulillah baik. Tante suka sama mawar ya ?"

" Sama semua bunga sih Cha nggak khusus ke mawar saja.  Kamu suka juga ?"

" Iya Tante. Favorit saya mawar dan anggrek. Saya tergila-gila dengan mereka."

" Wah, kayaknya kita bakalan cocok deh." Aku kaget ketika dia tetiba menabrak dan memelukku, menggenggam wajahku mencium pipiku. Pipiku terasa panas. Aku merasa bakalan cocok ngobrol dengan Tante Dina.

Lelaki dari Lembah ManglayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang