Oleh: Imam P. Ranggis
Berlari namun tidak berpindah, ternyata kakinya lumpuh.
Berhati namun tidak menyayangi, ternyata cintanya mati.
Terseok, menyapu tanah.
Tanahnya basah, lembab, kena tetesan air.
Pinggulnya kotor, berlumur lumpur.
Menangis, tapi tidak bisa.
Karena, hatinya mati.
Katanya musim kemarau, tapi awan begitu gelap.
Menjelajah ratusan kilometer, untuk satu alasan.
Tidak cuma kotor, sekarang pinggulnya telah berdarah.
Pipinya basah, terkena hujan.
Katanya musim kemarau, tapi udara sangat dingin.
Kedinginginan, gemetar menggigil.
Telinganya memerah, tanda hipotermia.
Dilihatnya orang yang lewat, berteriak.
Orang itu, tidak merespon.
Suaranya tidak terdengar, ia gagu.
Akhirnya, malam yang dingin menghabisi tubuhnya yang terluka.
Meringkuk, diatas trotoar yang basah.
Tangannya sudah tidak kuat, tubuhnya terlalu berat.
Alasan?
Sudah hilang, dibawa banjir.
STAI LEGGENDO
Tetesan Tinta Merah
PoesiaHanya dia yang ku damba, hanya dia yang ku pinta, hanya dia yang ku tuju. Sebuah kumpulan puisi didedikasikan untuknya, dengan kata-kata yang harapannya bisa menyayat hati bagi mereka yang membaca. Diangkat dari penyerapan informasi indra-indra sang...