Part 7b

1 1 0
                                        

Harusnya hari ini gue gak sekolah dulu, tapi karena ada ulangan gue gak mau lewatin karena bagaimana pun nilai tambahan itu sangat penting. Gue berjalan tertatih-tatih, seperti biasa gue selalu di gibahin tapi gue hanya bisa diam. Gue gak ingin menyalahkan mereka yang gak tau apa-apa.

Jam istirahat guru BK memanggil gue dan gue kaget dong karena gue gak pernah sama sekali di panggil. Pas gue masuk sudah ada Tita dan 4 orang temannya yang kemaren ngeroyok gue. "Ini pak orang yang kita lihat nonjok Tita." tunjuk salah satu temannya begitu gue sampai.

Apalagi ini? Kenapa gue selalu di fitnah gini sih. "Loh, bukannya kalian yang ngeroyok gue? Kenapa nyalahin gue?" tanya gue kesal banget.

"Bohong lo! Kita datang karena bantuin Tita yang jatuh lo tonjok." Kata salah satu temannya.

Sumpah ya mereka pinter banget bohongnya. "Sumpah pak, Lala nonjok Tita karena..."

"Jadi kamu beneran nonjok Tita?" ucapan gue terpotong dengan pertanyaan Uyoun, ya Uyoun tiba-tiba datang ke ruang BK.

"Lala nonjok Tita karena Tita yang nampar Lala duluan Pak." jelas gue ke guru BK dan mengabaikan Uyoun.

"Benar saya nampar Lala, Pak. Hanya menamparnya pelan karena dia panggil saya Anjing Pak. Tapi Lala langsung nonjok saya, Pak." jelas Tita dengan penuh kebohogan sampai menunjukkan bekas luka disudut bibirnya yang membiru.

Gue hanya tercengang, Tita sangat pandai membolak balikkan fakta yang ada. Tita sangat pintar mengambil simpati orang lain dan membuat mereka percaya pada Tita. Gue bergidik ngeri menemukan sisi jahat dari seseorang seperti ini.

"Lala, Bapak tidak menyangka kamu bisa melakukan hal seperti ini. Jika orang tua kamu tau bagaimana?" seketika air mata gue jatuh gitu saja. Benar-benar tidak ada yang percaya gue disini.

"Tidak usah Pak, saya sudah memaafkan Lala. Asal dia berjanji akan menjaga sikapnya seperti yang saya bilang kemaren kepada Lala langsung." kata Tita, seakan memberi isyarat dengan seringainya.

"Wah, Bapak salut sama kamu Ta. Lala kali ini kamu aman, lain kali jangan bertindak gegabah." ingin rasanya gue berteriak kalau disini bukan gue yang merasa aman tapi gue sedang di ancam.

Begitu gue mau keluar dari ruang BK, Uyoun narik tangan gue kencang banget dan bikin badan gue ngilu karena masih memar apalagi bagian paha belum bisa banget di bawa jalan cepat. Gue merintih tapi hanya di abaikan oleh Uyoun. Gue di bawa menjauhi ruang BK dan Uyoun terlihat marah banget sama gue.

"Kamu kenapa semakin gak bisa ngendaliin diri kamu sih? Harus banget ngomong kasar dan nonjok orang?" bentak Uyoun dan seketika murid-murid yang lain memperhatikan gue dan Uyoun.

"Kamu bisa gak ngebentak gak? Kamu menarik perhatian murid lain." jelas gue pelan agar Uyoun juga bisa ngertiin gimana keadaan gue di sekolah ini.

"Gak peduli! Sekarang kamu jawab aja. Kenapa kamu jadi seperti ini?" tanya Uyoun kembali dengan nada yang makin tinggi dan mengguncang tangan gue yang sedari tadi belum di lepas.

"Aku jelasin dengan jujur juga kamu gak pernah percaya! Untuk apa minta penjelasan jika akhirnya sia-sia." Jawab gue kesal.

"Aku fikir kamu akan jelasin dan aku berusaha untuk mendengarkan tapi yang aku dapat ini." kata Uyoun. "Kamu bukan Lala yang aku kenal." lanjut Uyoun sambil melepas tangan gue dan membuat gue semakin kesal.

"Lo benar! Lala yang lo kenal sudah mati, mati dibuat semua orang yang selalu menyalahkannya tanpa berfikir yang terjadi sebenarnya. Ya, salah satu orang yang membuat Lala tidak bisa lo kenal adalah lo sendiri!" Uyoun hanya kaget dengan apa yang keluar dari mulut gue. Gue pergi dari hadapan Uyoun dengan tertatih sambil memegang perut gue yang sakit dan itu membuat Uyoun heran dengan jalan gue.

Uyoun berlari ke arah gue dan langsung menggenggam tangan gue sambil bertanya "Kamu sakit? Kenapa jalannya seperti itu?"

Gue langsung melepaskan genggamannya "Jangan mendekat." kata gue yang mulai menangis.

"Kamu kenapa? Kenapa begini?" tanya Uyoun lagi dan ingin memapah gue berjalan.

Tapi gue menjauh dari Uyoun. "Gue mohon, jangan mendekat. Sudah cukup gue seperti ini, jangan membuat gue makin tersiksa." isak tangis gue pecah dan Uyoun hanya bisa terdiam. Gue langsung minta Hangyul menjemput gue di sekolah melalui pesan yang gue kirim.

Gue langsung menuju ke depan sekolah, gak berapa lama Hangyul sampai dan langsung memeluk gue. Tangis gue langsung pecah begitu Hangyul memberikan pelukannya seakan ikut merasakan apa yang gue rasakan. Hangyul langsung minta izin mengambil tas gue ke kelas.

"Hangyul!" panggil Uyoun ke Hangyul yang ternyata mengikuti gue ke depan.

"Gue gak ada waktu buat ladenin orang yang gak bisa jaga adek gue. Gue buru-buru kalau ada perlu lo bisa telpon gue." kata Hangyul yang bergegas ke kelas Lala mengambil tasnya.

Hangyul langsung bawa gue ke mobil, begitu gue masuk mobil Hangyul balik masuk ke gedung sekolah. Gue gak tau apa yang terjadi, gue gak punya tenaga untuk mengikuti Hangyul. Ada 45 menit gue nunggu di mobil, ketika gue mau turun tiba-tiba Hangyul datang.

"Abang kenapa lama?" Tanya gue ke Hangyul.

"Tadi ngurus surat pindah sekolah kamu dulu." Jawab Hangyul enteng.

"Tanggung banget 2 bulan lagi ujian kenaikan kelas Abang." kata gue kaget si Hangyul tiba-tiba main urus surat pindah aja.

"Gak apa-apa, dari pada kamu kenapa-kenapa ya Abang gak rela." Jelas Hangyul membuat Lala sedih. "Gak usah sedih lambat laun akan ketahuan kok siapa yang jahat, besok kamu ke sini buat ucapin perpisahan." lanjut Hangyul.

"Gak ah. Gak usah lah pakai ucapan perpisahan." kata gue.

"Besok Abang temani. Apa yang mau kamu sampaikan besok jangan tanggung-tanggung oke." yakinin Hangyul dan buat gue mengangguk menyetujui.

~~~

Keesokan harinya gue memakai baju biasa dan rapi, gue diantar Hangyul. Begitu sampai di sekolah Hangyul pegang tangan gue. Setelah upacara selesai, gue dipanggil ke depan untuk menyampaikan ucapan perpisahan.

"Selamat pagi Pak dan Ibu guru serta Adik-adik, teman-teman dan kakak-kakak semuanya. Saya Xaquila Bahira Volker yang hari ini tidak lagi bersekolah disini. Hari ini saya datang karena arahan Abang saya, saya ingin menyampaikan salam perpisahan untuk kalian semua. Mungkin saya salah satu siswi yang paling tidak di sukai, tapi saya mengerti kalian tidak suka karena kalian benar-benar tidak mengenal saya atau bahkan kalian hanya terpengaruh sama apa pendapat orang tentang saya. Semoga kalian bisa lebih mengenal sesorang sebelum menilai mereka atau bahkan mengejek mereka. Terima kasih untuk semua guru yang telah memberi banyak ilmu kepada saya. Selamat pagi." ucap gue menutup salam gue.

Tiba-tiba bapak BK menghampiri gue dan minta maaf begitu juga dengan para murid yang tiba-tiba minta maaf ke gue. Gue aja bingung banget. Setelah pindah sekolah gue kadang masih dapat teror dari Tita tapi hanya beberapa bulan terornya berhenti. Gue mulai menyembuhkan diri gue dan mulai melakukan pola hidup sehat lagi. Sejak pindah sekolah gue gak pernah sama sekali ketemu dengan Uyoun maupun Tita.

~~~

"La!" Panggil Yerin kencang membuat gue sadar dari lamunan gue.

"Ada apa Rin?" Tanya gue santai.

"Dari masuk sampai Dosen keluar pun lo gak tau." Jelas Yerin membuat gue meringis malu. "Ngelamunin apasih lo?" tanya Yerin.

"Tiba-tiba kefikiran ada Iblis yang mau ganggu kehidupan gue lagi." Jawab Lala membuat Yerin nyubit gemas pipi Lala.
________________________________

Part 7 is done!

Terima kasih untuk yang sudah membaca cerita ini.
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya! :)

Regards, Paw

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 23, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

It Can't Always be The SameWhere stories live. Discover now