kelam

992 88 1
                                    

Buta yang melanda mataku, pikiranku, dan hatiku mampu menghempaskan aku ke lubang terdalam. Tidak mampu melihat apa yang terbentang di depanku bukanlah hal yang menyenangkan.

Aku telah buta, tidak dapat melihat seberapa bodoh diriku untuk mengejarmu. Aku telah bisu, tidak dapat mengungkapkan segala perasaanku dan aku hanyalah seorang pengecut yang hanya dapat menggoreskan perasaanku dengan pena.

Segalanya terasa kelam, mencekam.

Cahaya yang kini terbentang di depanku tidak dapat kulihat, seperti yang telah aku bilang, aku telah buta. Hatiku telah buta karena kenaifan, dan pikiranku telah buta karena kebodohan.

Harapanku bagaikan pasir di pantai, dan realita yang ada di depan mata bagaikan ombak, air yang menghapus segala harapan yang telah aku tuliskan. Realita membunuhku.

Tawa yang aku pasang selama hari-hariku berhasil menutupi keadaan yang sebenarnya, senyum yang terukir berhasil menyembunyikan sendu dan kelam dalam diriku, kalimat positif yang aku lontarkan hanya bisa aku berikan pada kamu. Tetapi nyatanya aku disini, membunuh perasaanku, menepis harapanku, dan membiarkan diriku terjebak dalam kekelaman yang semakin menjadi-jadi.

Aku tahu bahwa aku tak akan bisa menggapai hal yang aku impikan, satu satunya hal yang dapat aku lakukan adalah terus berjalan, menanjak, memburu harapan yang sebenarnya fana, dan mengejar.

Tugasku saat ini hanya untuk menghidupkan kembali cahaya yang akhir-akhir ini meredup, tugasku saat ini hanyalah untuk berusaha menjadi terang dalam gelap, tugasku saat ini hanyalah untuk menghangatkan hati yang beku.

Tetapi, bodohnya aku yang kehilangan cahaya hidup, berusaha untuk berkelana, mencari cara untuk menghidupkannya kembali. Bodohnya aku yang gelap, ingin menjadi terang. Dan bodohnya aku yang telah beku, berusaha untuk menghangatkan dan mencairkan hati beku.

Aku telah mati

dan aku ingin hidup kembali

Jakarta, 28 September 2019

nada dalam bisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang