Chapter 8

233 31 0
                                    
















Chapter 8






Pasca meninggalnya Ibu dan adik Sakura, Sakura menjadi pendiam dan tidak ingin melakukan apapun. Berbagai cara sudah dilakukan Sasori agar Sakura mau makan. Namun lagi-lagi hasilnya nihil. Infus terpaksa harus dipasang dipergelangan tangan Sakura untuk menyuplai nutrisi masuk ketubuhnya. 5 hari sudah Sasori berada di Suna selama itu pula Sakura menolak apapun yang diberikan kepadanya. Hana juga kewalahan atas perubahan sikap Sakura yang hanya diam dikamarnya.

Teman-teman Sakura pun sudah menjenguknya, tetapi sama saja tidak dihiraukan oleh Sakura. Reiko yang notabennya dekat dengannya pun juga tak dihiraukan Sakura. Gaara juga diperlakukan sama oleh Sakura, Gaara terus-menerus membujuk Sakura untuk makan. Hingga akhirnya

"Apakah berhasil?" Hanya gelengan kepala yang didapat Sasori dari Gaara. "Dia menghindariku dengan tidur"

"Tak apa" Sasori menepuk bahu Gaara. "Pulanglah! Terima kasih sudah menjaga Sakura" setelah mengangguk Gaara berpamitan lalu pulang.

Pagi hari Sasori mencoba membujuk lagi Sakura makan. Sasori benar-benar sudah tak tega lagi dengan keadaan Sakura. Lihatlah tubuhnya! paha yang biasanya berisi sekarang mengecil berlaku juga dengan tangan Sakura. Jika saja tidak ada infus mungkin hanya tulang berselimut kulit saja. Sakura yang begitu ceria sekarang menjadi mayat hidup dengan pandangan kosong dan diamnya.

"Aku tau kau yang paling tersakiti disini. Aku tau itu, Kakak sangat tau itu. Saat sosok Kakak yang paling kau rindukan telah kembali, disaat kebahagiaan telah kau raih. Kau seperti air yang dijatuhkan dari tebing yang sangat tinggi. Kakak tau Sakura! Kakak tau! kau sangat menyayangi Ibu dan Adik. Kakak sangat tau itu. Ini hidupmu Saku! hidup yang harus kau jalani walaupun pahit sekalipun tapi ini hidupmu yang telah diberikan Tuhan kepadamu. Saku, disuatu hari Ibu telah bercerita tentangmu tentang perjuangan yang pernah kau tempuh untuk membahagiakan Ibu."

Sasori menerawang langit-langit kamar Sakura. "Untuk pertama kalinya Kakak melihat Ibu menangis bahagia. Ibu yang selalu kukagumi karena ketegaran dan kesabaran juga ketabahaannya menghadapi hidup yang tak adil untuknya. Untuk pertama kalinya Sakura, Ibu menangis karenamu karena kau dapat meraih peringkat kelas dan menjadi ketua sebuah organisasi. Dia bangga kepadamu Saku kau adalah anak kebanggaannya. Apalagi saat kau dapat masuk ke Suna University dengan uangmu sendiri. Betapa bahagiannya Ibu mendapat suatu kebanggaan darimu. Apakah kau akan berhenti sampai disini Saku? Apakah kau akan berhenti untuk membahagiakan Ibu? Saku. Masih ingatkah janjimu kepada Onii-chan. Janji untuk membahagiakan Ibu dan Rai?" Sasori menghadap Sakura, dengan perlahan membingkai wajah Sakura.

"Onii-chan aku selalu melihat Tou-chan dan Kaa-chan bertengkar. Aku juga tak pernah melihat Kaa-chan tertawa bersama Tou-chan. Apakah Kaa-chan tidak bahagia?" Kata Sakura saat masih berumur 11 tahun.

"Nii-chan lihat, Kaa-chan selalu tertawa saat bersamamu"

"Berarti jika Kaa-chan bersama Saku, Kaa-chan bahagia?"

"Hm. Kau adalah kebahagiaan Kaa-chan"

"Baiklah jika Tou-chan tidak bisa membahagiakan Kaa-chan, Saku saja yang akan membahagiakan Kaa-chan"

"Apa kau mau berjanji kepada Nii-chan untuk selalu membahagiakan Kaa-chan dan Saku tidak boleh nakal agar Kaa-chan tidak sedih karena Saku nakal"

"Em" Sakura mengangguk mantap "Saku janji!"

Sakura memandang Sasori yang berada didepannya. Akhirnya Sasori mendapatkan perhatian Sakura. Lama mereka saling menatap.
"Tapi Kaa-san sudah tidak ada. Untuk apa Saku hidup?"

CR or Carrot RabbitWhere stories live. Discover now