Chapter 2

523 25 0
                                    






Chapter 2







“Lalu untuk apa kau kembali lagi? Hah..“ teriakku sambil mengacak semua pion yang ada diatas papan catur tanda aku menyerah. Dadaku naik turun, nafasku ngos-ngosan karena amarahku naik. Mulutku terbuka sedikit untuk menghirup udara segar. Aku marah, aku benci, dan aku juga sangat merindukan sosok kakak yang dengan tenangnya memandangku saat ini.

Kakak? Yaa.. dia Kakakku, anak pertama ayah, yang entah dengan siapa? Tanpa merasa berdosa ayah menitipkan Sasori pada ibuku untuk merawatnya. Awalnya mereka tidak mau tinggal bersama, lalu ibu mengalah karena saat itu ibu sedang mengandungku dan ibu tidak mau ditinggalkan ayah, lagi-lagi alasannya karena aku. Setelah aku lahir, Sasori menyayangiku dan bertekat untuk melindungiku dari ayah dan ibu tiriku.

Jadilah kami tinggal bersama, aku sangat menyayangi kakak walau kami berbeda ibu. Hingga pada suatu saat ayah marah pada kakak yang tak aku mengerti apa alasan ayah memarahi kakak. Saat itu, saat aku akan lulus academy, kakak meninggalkan kami dan saat itulah aku mengetahui semuanya kecuali fakta jika kakak pergi ke Tokyo.

Tiap hari aku menanyakan kakak ke ibu, ibu hanya tersenyum dan menjawab “Kakak akan kembali pada waktunya“. Lama kelamaan aku sudah tidak peduli lagi dengan kakak, aku kecewa karena pergi tanpa pamit dan tanpa kabar. Hingga adikku  lahir, aku benar-benar sudah melupakan sasori dan perhatianku sepenuhnya berpusat pada Rai.

Air mataku tiba-tiba mengalir, oh.. betapa cengengnya diriku? Aku terus menangis tanpa berniat menghentikan tangisanku. Hingga aku sesenggukkan, lalu Sasori menghampiriku, mendekapku hangat. Aku hanya diam sambil masih sesenggukkan, ah.. betapa aku merindukan pelukkan hangat ini? Aku menyandarkan kepalaku pada dada bidang kakak yang sedikit membungkuk untuk merengkuh kepalaku.

“Maafkan Saso-Nii Sakura! maafkan aku“ kata kakak dengan nada bergetar.

“Aku tidak bermaksud meninggalkanmu, mungkin takdir kita harus seperti ini“ kakak lebih erat mendekapku kemudian mengecup kepalaku lama.

“Sekarang kakak sudah sukses Sakura, kakak ingin menjemputmu serta Kaa-San dan adik. Kakak bisa menghidupi kalian tanpa harus bergantung lagi dengan Tou-San. Kakak ingin kalian bahagia“ Saso-Nii melepaskan dekapannya, menatapku dalam “Saku-Chan mau memaafkan Saso-Nii kan? Saso-Nii janji, Saso-Nii akan menebus semuanya“ yakin Saso-Nii.

“Janji?“ tanyaku masih dengan senggukkan. Saso-Nii mengangguk “Yaa.. janji“.

“Janji tidak akan meninggalkan kami lagi?“ Saso-Nii mendekapku lagi.

“Janji Saku-Chan, Saso-Nii tidak akan meninggalkanmu lagi. Jadi, Saku-Chan mau memafkan Saso-Nii?“ aku mengangguk dalam  dekapan Saso-Nii. Saso-Nii melepaskan dekapannya lagi, tersenyum lalu mengacak rambutku “Adik pintar“ kata Saso-Nii sambil tersenyum. Aku hanya mengerucutkan mulutku.

...

Hari berganti menjadi pagi, mentari pagi kini manampakkan diri masih dengan malu-malu. Aku mencoba membuka mataku sedikit untuk melihat jam weker yang duduk diatas meja belajarku. ‘uh.. masih jam setengah 5’ aku menggeliat sedikit lalu melanjutkan tidurku lagi. Aku biasa terbangun jam setengah 5 namun pukul setengah 6 aku baru akan benar-benar bangun dari kasurku. Belum lama aku melanjutkan tidurku pintu kamarku terbuka, aku tidak mempedulikannya. Mungkin ibu mau mengambil sesuatu dikamarku.

“Wooyy.. Saku-Chan bangun!“ aku terbangun kaget, pasalnya ada yang teriak tepat didepan telingaku dan menarik kakiku hingga jatuh dari kasur.

“Arrggh.. ini baru jm setengah 5 Sasori-Nii no baka“ teriakku balik  sambil menatap tajam Saso-Nii. Benar juga, jam segini ibu belum bangun. Biasanya ibu juga bangun jm 5 atau setengah 6. Aku membaringkan tubuhku lagi.

CR or Carrot RabbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang