Botol Minum, Cekalan, dan Seuntai Pesan

163 9 0
                                    

Di tengah acara, aku melihat Ko Brandon di beri minum oleh panitia. Ia meneguk air mineral itu. Saat ia di panggil untuk maju ke panggung, ia membawa minuman itu lalu menaruhnya di meja yang berada di depan panggung. Disitu terekam memori di kepalaku bahwa, wah, itu minumannya Ko Ndon. Di situ, muncullah jiwa kriminalku.

Beberapa jam kemudian, acara telah usai. Tiba waktunya para penonton bergantian foto bersama Brandon Salim. Aku dan temanku yang duduk di depan pun mendapat antrian pertama. Sesampainya di depan, Brandon yang melihatku pun tersenyum lagi. Ia menyapaku, "Haiii. Makasih yaa. Makasih gambarnya."

Ko Brandon mengulurkan tangannya. Mengajak ku bersalaman. Aku membalas uluran tangannya. Ia menggenggam tangan kananku menggunakan kedua tangannya. Tidak di lepaskan. Ia menatapku terus. Tetap dengan senyuman yang tersungging di wajahnya. Malu bukan main. Salting sampai sinting. Detik-detik akward. Aku pun membuat gesture yang mengartikan aku ingin segera foto bersama. Dia menaruh tangannya di pundakku. Merangkul leherku. Aku pun membalas sebuah rangkulan di pinggangnya.

Tiga jepretan sudah didapat. Ia mengajakku berbicara lagi. "Kita belum pernah foto bareng ya sebelumnya?" Disitu aku merasa sakit. Teganya dia lupa kita pernah foto bersama. Bahkan aku mempost foto kami dan ia memberikan komentar 'date' disana.

"Udah." Aku yang pemalu memang sungkan untuk berucap banyak kata. Hampir setiap aku berbicara dengannya, apa lagi saat berjarak dekat, aku tak pernah berani menatap matanya. Mataku selalu lari kemana-mana.

"Hah? Masa?" tanyanya yang ku jawab dengan mengiyakan.

Selesai foto bersama, aku keluar barisan. Beberapa menit kemudian, aku memberi tau temanku perihal minuman Brandon di meja depan. Orang-orang dan Brandon pun sibuk foto bersama. Disitu, aku dan temanku mendekati meja. Berdiam diri disana. Memikirkan beribu cara agar bisa mengambil botol minum bekas Brandon itu. Tidak mungkin kita berdua langsung mengambilnya dan memasukkannya ke tas. Disitu ramai. Pasti ada yang melihat.

Aku yang usil pun mendapat ide. Kita pura-pura membongkar tas. Mengeluarkan semua isi tas kita di meja tempat botol itu berada, lalu kita memasukkan barang-barang kita serta botol minum bekas ko Brandon. Mission Success.

Sesudahnya, aku dan temanku mendekati Brandon lagi. Berharap ia mau memberiku tanda tangan kedua kalinya di sela-sela ia foto bersama yang lain. Ku beri ponselku padanya untuk ditanda tangani bagian belakangnya. Ia melihat bekas tanda tangan dari Agatha Chelsea dan Maxime Bouttier yang hampir pudar dan hilang di balik ponselku.

"Ini tanda tangannya siapa?" tanya Ko Brandon.

"Maxime," jawabku.

Lalu Brandon melontarkan candaan kepadaku. Dia berkata bahwa tanda tangan Maxime Bouttier yang hampir hilang, akan ia tabrak dengan tanda tangannya. Dia menuliskan nama panjangnya di ponselku. "Yah, sayang," ujar dia yang ingin aku balas dengan, Iya, kenapa sayang? Sayang yang Ko Brandon maksud itu sayang tanda tangan Maxime hilang.

Tak lama, acara sudah bubar. Aku, temanku, dan keluargaku pun pergi, berniat pulang. Tetapi aku kembali lagi. Mungkin jiwa ini belum mau berpisah dengannya. Aku berniat untuk foto bersama Brandon dan lukisanku.

Aku melihat lukisanku berada di sebelah petugas yang menjaga di luar ruangan artis. Aku meminta lukisan itu dan aku berkata kepadanya bahwa aku ingin foto bersama Brandon dan lukisan itu. Si petugas tidak menolak. Ia membuka pintu ruangan. Mempoersilahkanku masuk.

Brandon yang melihatku pun menyapaku dan berkali-kali mengatakan terimakasih. Kita pun foto bersama dan menghasilkan tiga pose jepretan. Setiap foto bersama, kita selalu difotokan oleh orang lain. Tidak pernah selfie karena aku malu jika ia melihat wajahku di kamera.

Adegan foto bersama telah usai. Aku pun bersiap beranjak pergi. Sekali lagi Brandon mengatakan terimakasih. Aku menjawab iya dengan pelan. Tetapi dia tidak mendengarnya. Aku yang mulai jalan menuju pintu keluar pun di cegat. Pergelangan tangaku ia pegang dan di tahan oleh Brandon Salim. Ia menghentikan aku agar aku tidak pergi dulu. Aku lumayan kaget karena Brandon sampai memegang pergelangan tanganku dan menghentikanku yang mau keluar ruangan hanya karena ia mengira aku tidak mendengar atau menjawab terimakasih darinya. Ia berkata, "Makasih yaa." Lagi-lagi kata 'terima kasih' berkali-kali aku terima dari dia. Sekalian aja bilang makasih terus sampai ikut aku pulang. Bilang makasih terus sampe besok-besok. Makasih udah temani hari-hariku. Makasih ya udah mau jadi ibu dari anak-anakku. Makasih ya udah mau menemani hari-hari tuaku. #Ngarep.

Di perjalanan pulang, dimalam itu aku mengirimkan pesan ke Brandon Salim di Instagram yang berisi bahwa minuman bekas dia aku bawa pulang. Aku shock dan tidak menyangka karena dia membalas chat ku. "Hahahahahahahaha. Nanti Sakit." katanya. Aku pun menjawab bahwa jika yang menularkan sakitnya itu dia, aku rela.

Dia pun membalas. "HAHAHAHA JGN DUNG." Aku mengirim foto sebotol Cleo bekasnya sebagai bukti. Dan dia pun mengirimi ku foto selfie dia. Dia mengirimiku PAP nya. Ekspresi kaget lucu dengan mata melotot yang sukses ku screenshot.

Keesokannya, aku yang menandai dia di story Instagramku pun di balas emoticon love berwarna merah polos olehnya. Aku pun menanyakan padanya apakah lukisan yang waktu itu aku kirim ke manager nya sudah sampai di tangannya. Ia pun membalas, "Udah donggg. Yg matadewa." Yups, aku mengirim lukisan ia sedang memegang bola basket. Foto saat ia bermain film Mata Dewa. Lukisan yang dulu pernah di beri like oleh Ferry Salim.

Me, and Brandon Salim!Where stories live. Discover now