Kali Kedua

219 8 0
                                    

Ko Brandon pun kembali memerankan sebuah film berjudul Mata Dewa. Lagi-lagi mengadakan meet and greet di Surabaya pada 3 Maret 2018. Kali ini, aku bener-bener ga mau kehabisan tiket. Aku membeli tiket sebanyak jumlah keluarga dan satu temanku yang selalu menemaniku setiap bertemu dengan Brandon Salim. Ia merupakan saksi dari setiap detail ceritaku dengan Brandon Salim. Selain keluargaku tentunya.

Aku memesan duduk di deretan ke dua dari yang paling depan. Kenapa tidak di nomor satu aja? Karena rasanya tidak enak dan malu jika benar-benar di paling depan apa lagi akan face to face dengan artis-artisnya. Malu juga jika nanti terekam kamera karena yang duduk di paling depan pasti terekam jelas. Dua dari depan more better.

Disitu aku membawa lukisan yang dulu telah aku lukis pertama kali dan dikomentari oleh Brandon dan papanya. Lukisan itu sudah ku bingkai rapi dan telah kutulisi username instagramku dibalik figura agar ko Brandon dapat mengetahui dan menstalk Instagramku nantinya.

Brandon Salim dan artis lainnya sudah datang di lokasi sejak sore. Aku melihatnya. Kali ini jarak dekat. Luar biasa parasnya.

Hari berganti malam dan sudah tiba saatnya acara nobar. Semua penonton sudah duduk rapi di seat nya masing-masing. Tak lama, para artis mulai masuk satu persatu dengan membawa bola basket berukuran kecil di tangan mereka masing-masing. Ku teliti satu persatu. Tidak ada sosok yang aku cari.

Waktu berlalu. Orang yang ku nanti pun telah terlihat. Ia masuk ke dalam gedung bioskop. Aku segera memegang lukisanku dan berharap ia melihatnya. Dan benar saja, dia yang sedang jalan, di tengah perjalanannya, matanya sudah tertuju pada lukisanku yang cukup besar. Dia memasang wajah berpikir, campur lola, campur kaget, campur aduk nasi uduk. Lalu sampailah ia di barisannya sembari tetap memasang pose wajah kaget yang sama. Malah semakin aneh dan lucu.

Dia sangat senang dan tidak percaya dengan lukisan wajah dia yang aku bawa. Ia menunjuk dirinya. Membuat gesture yang mengartikan dia bertanya bahwa apa lukisan itu untuknya. Aku mengangguk sembari tersenyum. Aku berdiri dan menyondongkan tubuhku kedepan. Ia pun mendekat padaku dan menerima lukisan itu. Ko Brandon menatapi lukisan itu terus menerus. Terlihat jelas diwajahnya bahwa ia sangat bahagia.

Aku pun meminta tanda tangan. Memintanya mengukir tanda tangan di selembar kertas yang telah aku siapkan. Tak hanya satu, aku bahkan meminta ia menandatangani tiga kali untuk ku simpan dan kubagikan pada temanku. Dan saat itu, hanya aku yang mendapat tanda tangannya. Yang lain tidak ia beri.

Brandon kembali ke barisannya di depan. Ia membalik lukisan ku. Membaca deretan huruf yang terbubuh dibalik figura. @elvinaamel1a. Tulisan yang terdapat disitu. Setelah ko Brandon membaca tulisan itu, ia menatapku. Mengarahkan jari telunjuknya ke arah tulisanku, ke matanya, lalu ke mataku secara bergantian. Menandakan nanti seusai acara, ia akan melihat-lihat akun Instagram milikku.

Tak lama, ketika Brandon melihatku lagi, aku berkata, "Kapan hari di kasih hadiah (jam tangan, dll), dititipkan crew, Faisal." Brandon Salim pun menjawab, "Iya, Senin aku ambil. Aku belum ke kantor soalnya. Faisal, kan", ujar dia memastikan dan aku mengiyakannya. Brandon pun melontarkan pertanyaan padaku, "Dari Mojokerto ya?". Aku pun membenarkan, "Kediri-Surabaya." Dia mengira aku berasal dari Mojokerto karena lokasi meet and greet tersebut ada du Mojokerto. Disitu, aku merasa, dunia serasa milik kami berdua. Ditengah keramaian puluhan atau bahkan ratusan orang, ia hanya berfokus kepadaku. Begitupun aku yang hanya fokus kepadanya.

Kurang lebih sekitar setengah menit, Ko Brandon memanggilku. Membuat aku awalnya yang sudah tak berfokus kepadanya pun kembali berpaling ke dia. "Elvina, ini buat kamu. Tangkap ya." Ia melempar bola basket kecil yang sedari awal ia bawa. Disitu aku kaget dan senang bukan main. Aku tangkap bola itu. Untung saja tidak meleset dan tepat sasaran. Iya. Tepat sasaran. Cinta yang dia berikan padaku tepat sasaran dan berhasil aku tangkap.

Setelah kejadian itu, beberapa artis lain merempar-lempar bola yang mereka bawa ke arah penonton. Semua berlomba-lomba menangkap dan memperebutkan bola-bola itu. Disitu aku sadar. Aku merasa spesial. Tidak perlu berebut bola, bahkan Brandon Salim idola ku memanggil namaku dan memberikan bola miliknya langsung kepadaku.

Aku shock. Berat. Sudah tidak bisa lagi memahami adegan demi adegan yang aku alami di hari gila ini. Dan lagi-lagi, Tuhan membuat ajalku semakin dekat. Brandon Salim menghampiriku lagi. Serangkai kata terlontar dari bibir merahnya. "Elvina, kamu aku foto ya. Kamu aku foto ya?", ujarnya. OH TUHAN! OH TUHAAANNN!!! TUUUHHHAAANNN!!! Aku tuh ga bisa di giniin. Apa ini hari kebalikan? Aku aja belum minta foto sama dia. Bisa-bisanya dia duluan yang ijin minta ngefoto aku. Malah artis yang minta foto ke fans nya.

Kaget setengah sekarat. Dia ingin aku foto bersama lukisan dariku. Ko Brandon memberikan lukisan itu kepadaku. Ia berkata, "Nanti aku masukin story." Ya amsyong, ya gusti, ya tolong lah ya. Aku punya batas kemampuan hidup. Dengan kondisi wajah yang sudah tak berbentuk. Dengan kondisi bedak sudah luntur dan lip balm yang sudah hilang. Rambut juga berkeringat dan lepek. Bayangkan bagaimana hancurnya wajahku yang akan dilihat jutaan followers Instagramnya nanti.

Aku bingung. Apa lagi aku bukanlah tipe spesies manusia pede yang suka difoto. Bahkan aku tidak pernah foto bersama teman-temanku. "Tapi fotonya berdua aja sama temenku ya, Ko.", ujarku. Hanya itu cara yang aku bisa lakukan untuk meminimalisir rasa maluku. Artis yang aku idolakan itu pun memotret aku dan temanku dengan Iphone 7+ berwarna hitam miliknya. Memakai flash karena kondisi biskop yang gelap.

Jepret!

Fiuh. Syukurlah, ya Tuhan. Segala cobaan yang kau beri telah usai. Tapi ternyata malaikat mautpun rupanya tidak mau melepaskanku. "Sekali lagi. Sekali lagi." Empat kata yang dilontarkan oleh Brandon itu sukses membuatku berada dekat dengan pintu neraka.

Ko, jangan minta foto-foto terus. Nanti yang ada koko loh yang ngefans, batinku.

Sempat terdengar di kedua gendang telingaku yang sudah aku bawa sejak lahir ini. "Brandon foto-foto terus," ujar seseorang yang berada di belakang karena Brandon meminta untuk memotretku berkali-kali.

Seusai memotret, Brandon mengulurkan tangannya kepadaku. Mengajak ku bersalaman. Kita pun bersalaman dan aku mengembalikan lukisan yang aku bawa kepadanya. Akan sungguh bodoh jika aku membawanya pulang lagi.

Basa basi pemain yang lain sudah selesai. Para artis pun berbondong-bondong keluar. Ditengah jalannya, aku dan temanku menghampiri Ko Brandon dan meminta tanda tangan di bagian belakang ponsel temanku, ponselku, dan ponsel mama. Lagi-lagi Brandon mau menandatangani ponsel kami dan ia tidak merespon orang lain. Senang di prioritaskan olehnya.

Film telah usai. Kami menunggu Brandon di bawah eskalator. Beberapa lama, sosok yang dinanti pun turun dari lantai atas. Aku menghampirinya. Meminta foto bersama karena tahu bahwa tadi di bioskop tidak ada waktu untuk foto bersama.

"Ko, minta foto.", ujarku kepada Brandon yang sedang jalan dikawal banyak orang. Ia pun melambaikan tangannya yang menandakan ia meminta ku mendekat kearahnya. Ia merangkul pundakku ketika aku sudah berada disampingnya. Sentuhannya pada pundakku berasa seperti ia menyentuh hatiku. Jantungku. Ususku. Tenggorokanku. Kerongkonganku.

"Foto sambil jalan ya." katanya. Dia yang dikawal oleh sedikit pengawal memang sedang jalan menuju ke sebuah tempat makan di dalam mall. Yang tadinya merangkul pundak, sekarang tangannya turun berpindah ke pinggangku. Ia merangkulku. Kita berdua jalan beriringan. Mama memotret kami dalam beberapa jepretan. Harum. Satu kata yang terbesit di pikiranku ketika berjarak nol milimeter dengan pujaan hatiku yang satu ini.

Berpuluh-puluh menit berlalu. Para artis harus berpulang ke habitatnya masing-masing. Terparkir mobil mereka di halaman luar. Aku dan temanku menunggu mereka disana. Setelah lama menunggu, mereka pun muncul. Brandon melihatku. Menyapa, "Haiii." Dengan tangan yang melambai-lambai. Disitu aku senang. Ia mengingatku meski hari belum berganti. Brandon juga menyapa duluan.

Di situ aku dengan harapan besarpun memberanikan diri dengan iseng berujar, "Follback, ya." Disitu Brandon pura-pura tidak dengar. Tetapi dengan pelan menjawab iya. Yang pasti tidak mungkin dia menjawab tidak. 'Minta follback ya.' 'Gak.' 'Ga mau.' Kan lucu nanti jadinya. Jadi ia menjawab iya meski tidak serius dan yang pasti tidak mungkin dilakukan. Tidak mungkin seorang artis memfollback fans nya apa lagi dia baru bertemu denganku satu kali.

Me, and Brandon Salim!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora