Respon Pertama

376 16 0
                                    

Hari berganti hari, karena mengidolakan dirinya, pada akhir Agustus aku mulai menggoreskan pensil ke sebuah kertas putih berukuran A3. Menggambar setiap detail lekuk wajah maupun tubuhnya. Tak sampai berhari-hari, semua usaha membuahkan hasil yang memuaskan.

Dengan sebuah harapan kecil, aku berharap dia yang aku lukis, dapat mengetahui hasil goresan pensilku itu. Berharap ia melihatnya. Meresponnya. Aku mengambil angle yang bagus dari lukisanku. Menatanya lalu menjepretnya. Memperlihatkannya pada dunia melalui Instagram. Menandai Brandon Salim di dalam post ku itu.

Minggu berganti minggu, dengan berbaring malas, aku membuka ponselku yang berdering tanda masuknya sebuah notifikasi. Syok bukan main, aku mendapati sebaris komentar dari akun Instagram yang bercentang biru di kiriman lukisanku yang berbulan bulan sudah aku upload.

"Hi @elvinaamel1a (note: akun ini sekarang sudah di banned oleh Instagram) ini hasil karya kamu sendiri? Bagus sekali! Tq yaaaa," ujar Ferry Salim yang merupakan papa dari Brandon Salim. Senang bukan main. Pertama kalinya mendapat notifikasi dari artis, aku berteriak girang hingga berguling-guling di lantai. Bahkan tanpa aku sadari, pipiku basah. Pandanganku memburam, bulir-bulir air mata menetes dari biji mataku. Di situ aku bergumam. Tuhan, ini gila. Gila. Gila. Gila. Ga masuk akal. Luar biasa. Aku sangat bersyukur. Benar benar bersyukur. Tidak hanya komentar, aktor senior yang sudah berumur dan juga tampan itu menyukai kirimanku.

Selain itu, rupanya Ferry Salim mengunggah cuitan Twitter pada tanggal 17 Maret 2018 yang bertuliskan "#Repost @elvinaamel1a with get_repost. Do u like it? brandonnicholas. *Sorry kalo ga..." Disitu papa Brandon juga menyertakan link dari kiriman Instagramku yang berisi lukisan wajah Brandon.

Tetapi bagaimanapun sebagai manusia yang tidak pernah merasa puas, di dalam lubuk hati aku merasa ada yang kurang. Tujuan utamaku sesungguhnya adalah anak pertama dari Ferry Salim. Brandon Salim. Aku mengharapkan ia melihat dan membubuhkan komentar pula. Aku pun membalas komentar Ferry Salim bahwa aku ingin ia memberitau anaknya itu tentang gambarku ini karena aku sangat ingin Brandon memposting ulang dan memberi like pada kirimanku.

Detik demi detik berlalu. Berganti menit, bahkan jam. Menunggu akan ada kejadian yang sama tetapi dari sosok yang berbeda. Tetapi nihil. Tidak ada respon apa-apa. Bahkan hari sudah menjadi esok.

Tapi Tuhan memang pandai membuat anak Nya bahagia. Mimpiku nyata. Ko Brandon menyukai dan juga mengomentari kirimanku. "Bagus banget aku save!!!!", tulisnya. Senang bukan main. Gila bukan waras. Hari itu, Tuhan membawaku terbang tinggi ke surga.

Lagi-lagi manusia. Tidak ada puasnya. Aku merasa, aku ingin kirimanku dibagikan oleh Brandon ke story Instagramnya. Agar dunia tau. Dan dipikir-pikir, lumayan untuk menambah followers gratis.

Kenangan luar biasa yang tak terlupakan itu menghasilkan candu untukku. Ingin mengalaminya lagi, lagi, dan lagi. Ku ulangi pun apa yang dulu pernah aku lakukan. Melukisnya lagi. Kali ini menggunakan kuas dengan berbagai liquid dalam berbagai warna yang biasa kita ketahui dengan nama, cat air.

Memotret dan mengunggah lukisanku lagi di Instagram, aku menandai Brandon Salim lagi. Dan sesuai harapanku, dengan kejadian yang sama, setelah hari berganti hari, aku merasakan dejavu. Kejadian yang sama persis di masa lalu berulang lagi di masa kini. Tertera disitu dua komentar dari idolaku itu. "Omg saved!!!!!! Meicha.", tulis Brandon di komentar. Meicha, kawan. Bukan micin ya.
"Arigatogozaimasu." Mungkin dia terkena virus Jepang karena memang ia baru saja shooting film yang berlatar belakang di Tokyo, Jepang. Winter In Tokyo. Makanya ia mengomentari kirimanku menggunakan bahasa Jepang. Aku sudah menonton filmnya. Bagus. Membuat aku yang termasuk spesies sensitif x baperan ini menangis.

Me, and Brandon Salim!Kde žijí příběhy. Začni objevovat