13. Feeling Different

1.3K 176 41
                                    

Sudah beberapa hari Elois terbaring di atas tempat tidur dan selama itu juga, Thalia dengan telaten merawatnya. Mulai dari memesan bubur dari hotel, membersihkan tubuh lelaki itu dengan kain lap basah, bahkan mengganti pakaian.

Ah, apa yang kalian pikirkan tentang pakaian? Pakaian dalam? Tidak. Elois menggantinya sendiri dengan susah payah karena rasa pening di kepala yang membuat tubuh tingginya limbung. 

Meski sekarang perasaan lega melingkupinya karena keadaan Christina yang terus membaik, namun semua itu belum cukup untuk mengusir rasa bersalah yang bersarang dalam dada. Ia ingin menebusnya, namun entah dengan cara apa.

Semua cara yang ditawarkan hatinya terlihat sangat tidak masuk akal. Terlebih selama ini ia menekan mati-matian, memperjelas bagaimana hubungan mereka yang hanya sekadar kakak-adik sepupu. 

"Waktunya sarapan," sapa suara lembut itu pagi ini.

Sudah pasti milik Thalia, satu-satunya wanita yang tinggal dengannya dan dengan terpaksa harus direpotkan. Kondisi Elois setidaknya mulai membaik, sekarang lelaki itu bisa duduk bersandar pada kepala tempat tidur dan demamnya juga berangsur-angsur turun.

"Apa kau sudah sarapan?" tanya Elois sebagai bentuk perhatian juga rasa terima kasih. Bagaimana pun ia bersyukur karena sama sekali belum mendengar wanita muda itu mengeluh. Entahlah kalau di belakangnya, Elois tidak terlalu peduli dan dia bukan tipe yang akan mempermasalahkan hal-hal semacam itu.

Selama semua pekerjaan selesai dan lancar, maka ia tidak akan ada masalah dengan hal lain.

Thalia mengangguk dan tersenyum, lalu mengulurkan tangan untuk mengecek suhu tubuh Elois melalui temperatur di dahinya.

"Anda akan segera sembuh," ucapnya dengan sebuah senyuman menawan.

Jika saja Elois mau membuka mata, maka Thalia adalah sosok cantik khas wanita Yunani yang memukau. Bahkan Ed mengatakan bahwa ia ingin menjadikan wanita itu sebagai kekasihnya meski ia telah mendapat tolakan secara halus beberapa kali.

"Terima kasih, kau sangat membantu ku. Maafkan aku yang membuatmu kesulitan," ucap Elois sambil meraih sendok stainlessnya.

Thalia duduk di pinggir tempat tidur, menanti Elois sampai selesai dengan sarapannya. Seperti biasa yang ia lakukan beberapa hari ini. Untuk mengambil perlengkapan makan dan membawanya ke depan. Membiarkan bertumpuk dalam sebuah wadah sebelum meminta pihak hotel datang dan membersihkannya.

Lambat laun, Thalia menjadi terbiasa dengan pola hidup mewah keluarga Lynford. Terima kasih untuk Elois tentang hal tersebut.

"Apa ada kendala selama kau menggantikan ku dan berurusan dengan Ed?" tanya Elois, membuka percakapan daripada harus diam dalam sunyi dengan seorang wanita muda yang memandanginya makan dengan khidmat.

Tentu Elois memiliki perasaan dan bisa salah tingkah karenanya. Siapa juga yang tidak malu dan canggung jika ada seseorang yang memperhatikan apa yang sedang kau lakukan dengan lekat.

Thalia menghela napas sambil tampak berpikir, "Untuk pekerjaan, tidak ada. Aku memahami semua yang pernah anda jelaskan saat penerbangan."

Melihat bagaimana cara Thalia menjawab, Elois bisa menebak bahwa masalahnya bukanlah pada pekerjaan tapi dengan seseorang. Membayangkan bagaimana cara Ed mengeluh ketika menghampirinya di rumah sakit membuat Elois ingin tertawa geli.

"Biar kutebak, Ed mengganggumu?"

Mendengar nama itu langsung membuat Thalia mendengus, "Yang benar saja! Dia bahkan mengekoriku. Oh ya Tuhan! Ck! Rekan kerja anda sungguh sesuatu!"

Benar kan?

Thalia langsung mengeluh tanpa berpikir panjang dan mengundang sebuah senyum simpul di wajah Elois. Kemudian ia terus mendengarkan bagaimana Thalia mengeluh mengenai sikap Ed yang berlebihan seperti membukakan pintu untuknya, sengaja mengisi ulang gelas minumannya tanpa diminta, dan hal-hal lainnya tanpa menyadari bahwa bubur dalam mangkuk Elois sudah habis dari dua menit yang lalu.

Masqeurade (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang