18. New Me

295 51 9
                                    


Ada satu aturan tak tertulis dalam kehidupan nyata. Siapa pun yang memiliki kesempurnaan di permukaan maka akan dipuja oleh yang lainnya. Terkadang paras menawan selalu sukses menjadi daya tarik yang mampu membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

Jika dengan paras menawan saja sudah membuat banyak orang tertarik, apalagi ditambah sikap sopan juga ramah, otak yang cerdas, dan harta melimpah. Nyaris sempurna seperti tokoh-tokoh dalam karya fiksi.

Seperti hari ini, ketika Elois berdiri di atas panggung untuk mengisi sebuah acara seminar di sebuah universitas. Gaya semi-formalnya mampu mencuri perhatian banyak mahasiswi dan membuat mahasiswa mendesis iri bahkan beberapa menjadikannya role model. Keluarga Lynford begitu terpandang dan terkenal, mungkin nyaris sama dengan keluarga kerajaan. Jadi, begitu satu-satunya penerus kekaisaran bisnis Lynford berdiri di depan sana sudah jelas menjadi hal yang paling menarik yang ada di aula.

"...Jadi, jangan pernah menyerah atau berpikir bahwa kalian tidak mampu karena..."

Ceramahnya yang panjang lebar nyaris seperti angin lalu. Beberapa sibuk mengabadikan momen dengan ponsel mereka, tak terkecuali Karina yang berdiri di baris ke lima dari depan.

Mulutnya setengah terbuka, tidak percaya bahwa pria baik hati yang dia temui semalam adalah seseorang yang sangat luar biasa. 

"Oh My God, Karina! D-dia pria semalam?" tanya seorang teman, gadis berambut ikal dengan warna karamel yang duduk di sampingnya. Tidak jauh dari mereka ada Celeb dan teman-teman perkumpulannya yang menatap kesal ke arah podium. Sayangnya, jelas sekali seorang Elois Lynford bukanlah lawan yang bisa mereka balas dengan sekali tepukan.

"Yah, dan... apa aku sedang jatuh cinta pada pandangan pertama dan kembali jatuh pada pandangan kedua?" tanya Karina dengan tidak masuk akal.

"Kau gila kalau mengejar orang seperti itu. Mana mungkin dia lajang."

"Apa kau pernah mendengar sesuatu seperti kekasih Tuan Muda Lynford atau semacamnya?" tanya Karina.

"Tidak," jawab temannya cepat.

"Kita harus temui dia selepas seminar!"

Karina memandang ke depan dengan tatapan berbinar.

Butuh waktu enam puluh menit sebelum acara seminar berakhir dan semua orang meninggalkan aula satu per satu. Karina langsung menarik tangan temannya, Jessica, dengan cepat untuk pergi ke belakang panggung. Berharap masih bisa bertemu dengan Elois.

Benar saja, Elois berdiri di depan pintu dan berjabat tangan dengan beberapa petinggi universitas. Ketika Karina dan Jessica hendak menyapa, sosok lain yang begitu cantik luar biasa muncul dan berdiri di samping Elois dengan mudahnya.

"Siapa dia? Kekasihnya?"

"Aku tidak pernah dengar."

"Lalu bagaimana?"

"Dekati saja. Minta tanda tangannya atau foto bersama?"

Karina dan Jessica mendekati kerumunan dan berdalih dengan ide Jessica. Mengatakan bahwa mereka adalah penggemar. Ketika berada dalam jarak yang lumayan dekat, terdengar beberapa percakapan yang tidak mereka mengerti.

"Sekretaris ku akan mengurusnya, jadi pihak universitas bisa menghubungi Thalia."

Gila, sekretarisnya pun seperti itu! Keluh Karina dalam hati sambil bertukar tatapan dengan Jessica. Ketika keduanya sedang mematung, Elois menoleh dan menatap sejenak ke arah mereka. Beberapa orang yang ada di sana juga menatap ke arah yang sama, membuat Karina dan Jessica menjadi sedikit salah tingkah.

"Oh? Karina, right?"

Mendengar namanya keluar dari mulut seorang Elois membuat Karina merasakan lututnya melemas, seolah berubah menjadi jeli. Jessica yang berdiri di sampingnya menutup mulut dengan tidak percaya.

"Oh, i-iya. Soal yang kemarin, terima kasih," ucap Karina cepat. Otaknya bahkan tidak mampu untuk memikirkan topik pembicaraan yang lebih baik dari sekadar menyampaikan terima kasih.

Elois mengangguk sekali dan tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan urusannya. Meninggalkan dua remaja yang menahan teriakan di ujung tenggorokkan masing-masing.

***

Satu minggu telah berlalu lagi. Dan hari ini keadaan Christina sudah semakin membaik. Rona di wajahnya sudah kembali, seolah sebelumnya dia tidak pernah menjadi seorang pesakitan.

Christina sudah bertekad bahwa dia akan menggunakan metode yang berbeda. Dan ini adalah apa yang akan dia lakukan untuk terakhir kalinya dalam upaya mendapatkan hati sepupu jauhnya itu.

Dia tidak ingin lagi menjadi agresif dan mempermalukan dirinya sendiri.

"Lakukan pendekatan yang perlahan adalah hal tepat untuk tipe orang pasif seperti El."

Itulah yang dikatakan Amber melalui telepon terakhir kali. Dan tentu saja Amber memberikan dukungannya, bahkan dengan mengatakan bahwa seharusnya kata menyerah tidak ada dalam kamus seorang Christina. Jadi, sepatutnya dia mencoba lagi dan kali ini untuk yang terakhir kalinya.

Jelas Bibi Esther tidak tahu sebenarnya apa yang ada dalam pikiran nona muda itu, tapi selama Christina bisa kembali menjadi nona mudanya yang dulu maka dia akan sangat bersyukur. Bagaimana pun, tidak hanya dirinya, orang-orang dalam keluarga Collins sadar benar perubahan yang terjadi pada Christina setelah bertemu dengan Elois.

Tapi tak seorang pun berniat untuk ikut campur dalam masalah ini. Bagaimana pun ini adalah masalah pribadinya dan Christina berhak menentukan kehidupannya sendiri.

Seperti apa yang dikatakan Evanna pada suaminya, jika memang terlalu menyakitkan dan melelahkan, putri mereka akan berhenti dengan sendirinya. Dan selama proses itu, mereka membebaskan apapun yang ingin dilakukan Christina.

Bibi Esther masuk sambil membawa beberapa amplop di tangannya. Beberapa adalah undangan pesta resmi yang memang masih dikirimkan secara offline. Selain sebagai kunci masuk pesta, juga sebagai sarana untuk memamerkan seberapa mewah desain dan tinta yang digunakan.

"Miss. Chris, tampaknya ada beberapa undangan lagi yang datang."

"Aku tidak mau menghadiri pesta mana pun," jawab Christina singkat sambil membuka mulutnya untuk memasukkan potongan roti berselai cokelat favoritnya.

Sementara itu, Bibi Esther masih memilah-milah surat dan undangan yang masuk. Namun akhirnya berhenti pada satu undangan dengan desain mencolok. Warna merah seperti darah dengan pita perak dan tinta emas. Di sana tertulis undangan sebuah acara dan beberapa nama orang paling penting yang diundang ke dalam pesta.

"Elois Lynford?"

Gerakan tangan Christina berhenti ketika mendengar Bibi Esther menyebutkan nama tersebut.

"El?" Ulang Christina sambil menatap wanita paruh baya tersebut.

"Ini."

Bibi Esther menunjukkan surat undangan tersebut. Dan benar saja, ada nama Elois di sana.

Elois Marvin Lynford

Setelah beberapa nama lain, dia juga menemukan namanya sendiri. Ini adalah pesta para pengusaha muda yang sedang berada di Eropa. Entah bagaimana caranya, penyelenggara acara selalu bisa menemukan orang-orang muda berpengaruh yang sedang menginjakkan kaki di sini.

Tentu saja, ini adalah pesta skala besar. Untuk lebih menarik perhatian, maka biasanya di surat undangan akan tertulis sepuluh sampai dua puluh nama tamu undangan paling potensial. Selain untuk berpesta pora, acara ini juga dimanfaatkan sebagai sarana kencan buta. Siapapun diizinkan untuk membawa maksimal satu orang untuk menemani tamu undangan utama.

"Aku akan hadir."

Mendengar tiga kata tersebut, Bibi Esther langsung menatap nona mudanya yang tampak begitu yakin atas apa yang akan dilakukannya. Jadi, wanita paruh baya itu tidak berbicara panjang lebar.

"Apa tidak masalah? Lagipula Anda baru sembuh." Ada kekhawatiran dalan nadanya.

"Tidak apa-apa, aku akan hadir." Untuk bertemu dengan Elois, sambung Christina dalam hati sambil menatap surat undangan yang ada di atas meja.

Masqeurade (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang