⏪⏸⏩
Jeni terus memandangi note book di genggamannya. Dia memikirkan apa yang akan terjadi kalau dirinya melakukan hal yang tertulis di note book tersebut. Semakin ke sini, Jeni semakin ragu akan melaksanakan challenge atau tidak, mengingat Radit yang menjadi targetnya.
Gadis bersurai coklat itu sudah beberapa kali mengatakan kepada tiga temannya, bahwa Radit sangat menyebalkan. Namun, mereka tidak percaya dan menganggap bahwa Jeni sedang beralasan. Tentu saja Jeni kesal. Di sisi lain, dia harus melaksanakannya walaupun terpaksa. Nanti kalau sudah berpacaran dengan Radit, dia akan berusaha sabar menghadapi sikap Radit yang menyebalkan.
Benar-benar konyol. Selama menjadi youtuber, Jeni tidak pernah melakukan challenge konyol seperti ini. Kalau tantangan ini berhasil, entah apa tanggapan penggemarnya atau bahkan netijen lain yang mengetahuinya. Mereka bisa saja menganggap Jeni gila, karena bermain dengan perasaan. Jeni sudah memikirkan hal itu sebelumnya. Dan perkataan Jihan kemarin membuatnya semakin yakin, bahwa dia tidak boleh melibatkan hati ketika sedang bermain.
Memang dasarnya seperti itu. Manusia hanya bisa menerka kemungkinan yang terjadi, tanpa memikirkan bahwa kemungkinannya pasti meleset. Entah itu kepada hal yang lebih baik, atau hal yang tidak diinginkan.
"Gue bacain sekali lagi, ya." Jihan merebut note book di tangan Jeni.
"Peraturan pertama, tidak boleh memberitahu siapa pun kalau kalian dating atau sedang melakukan tantangan. Kedua, tidak boleh terlalu kentara. Ketiga, kalau mau nge-date, harus bilang sama kita bertiga. Keempat, gak boleh bawa perasaan. Dan yang kelima, gak boleh jatuh cinta beneran." Jihan meletakkan note book tersebut setelah membacanya, kemudian menatap Jeni yang tampak memikirkan sesuatu.
Hening. Mereka menunggu respon Jeni atas peraturan yang sengaja dibuat. Melihat Jeni yang hanya diam saja sejak setelah membaca peraturan itu, membuat Shafira was-was kalau Jeni membatalkan tantangannya. Sejujurnya, gadis berponi itu juga memikirkan hal buruk yang bisa saja terjadi ketika Jeni melakukan tantangannya. Namun, demi kelancaran konten yang dibuat si youtuber cantik, Shafira tidak mengatakan hal tersebut kepada Jeni maupun Jihan dan Oci.
"Jangan bilang lo mau batalin semuanya?" Oci bertanya kepada Jeni yang kini beralih menatapnya.
Jeni berusaha mengontrol raut wajahnya agar tidak terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Ya enggaklah! Cuma tiga minggu, kan? Gampang itu!" tukasnya.
"Jadi, lo setuju?" tanya Shafira.
"Oke, gue setuju. Tapi, gue yang nentuin kapan tantangannya dimulai. Lo semua harus siap kalo dibutuhin," ujar Jeni lebih santuy dari sebelumnya.
"Jir, kok gue ngerasa jadi Pudel," keluh Shafira sambil bercanda.
"Ya emang lo itu Pudel, gue majikannya." Jeni tertawa puas meledek tiga orang di depannya.
Jihan melempar bantal karakter yang berada di kasur Oci ke arah Jeni. "Sialan! Mau lo gak gue bantuin?" ancamnya.
"Gak gitu, Ji." Jeni nyengir sambil mendekap bantal karakter yang dilempar Jihan. "Apa gue pdkt-an dulu aja kali, ya? Masa iya langsung dijedor?" tanyanya.
Shafira menjentikan jarinya. "Ide bagus tuh, Jen, biar si Radit gak curiga gitu," ucapnya.
"Terus lo rencana mulai pdkt-nya kapan?" tanya Jihan yang sudah mengabaikan kegiatan bercandanya. Lebih cepat lebih baik, katanya.
Jeni berpikir sejenak setelah mendengar pertanyaan Jihan. Dia mencari waktu luang agar bisa mengajak target ke suatu tempat. Sesaat kemudian, Jeni tersenyum seperti menemukan harta karun. Dirinya baru ingat akan hal itu. Siapa tahu bisa dijadikan peluang untuk menjalankan misi pendekatannya.
"Gue, kan, disuruh beli map sama guru Fisika. Nah, nanti gue ajak Radit buat jadi alesan. Terus gue ajak ke cafe gitu. Rencananya sih, lusa. Itu awal dari sebuah pendekatan dari gue," jelas Jeni.
Tiga orang yang mendengar penjelasan Jeni, terdiam memikirkan hal tersebut. Tidak berlangsung lama, Oci yang memang cerewet langsung menyetujuinya.
"Oke! Nanti gue yang bawa kamera dari jarak jauh," ujar Oci semangat.
Berbeda dengan Jihan yang hanya menganggukan kepalanya. Mau menolak, tapi sudah tanggung akan dilaksanakan. Ada rasa menyesal ketika Jeni setuju untuk melaksanakan tantangan itu. Apalagi dia pernah membalas salah satu komentar dari fans Jeni meskipun postingan tersebut sudah dihapus. Jihan merasa lega, karena ada kemungkinan Jeni tidak melaksanakan tantangan konyol itu.
Namun, kelegaannya sirna saat Jeni kembali memposting hal serupa. Sejak saat itu, yang dia lakukan hanya menyetujui apa yang direncanakan Jeni. Seperti yang sudah dikatakan Jihan sebelumnya, bahwa dia siap menjadi curhatan kalau Jeni menerima komentar negatif dari netijen. Jihan hanya memperhatikan seberapa kuat seorang Jeni menghadapi dunia maya.
⏪▶⏩
Jangan lupa vote dan komennya, teman-teman.
10 September 2019
YOU ARE READING
Not Only Challenge
Teen FictionBerawal dari challenge konyol yang membuat Jelita mengerti bahwa tidak selamanya menjadi youtuber itu selalu enak. 2019
5. Setuju pt.2
Start from the beginning
