Lets call this a coincidence

Mulai dari awal
                                    

Shane mendelik, memukul bahu Darren. "Kalau berantem, dia yang mama suruh tidur di luar!"

"Oh, kalau gak ada masalah apa-apa, aku tidur aja. Besok pagi ada meeting."

Shane memukul Darren sekali lagi. "Kamu tuh emang paling susah kalau diajak ngomong!"

Senyum terukir di wajah Darren, dia mengecup puncak kepala mamanya. "Ada yang bisa aku bantu, Ma?" tanyanya sopan.

"Kamu kapan nikah?"

"Errrr, kalau nanyanya begitu, saat ini aku gak bisa bantu apa-apa."

Mata Shane menyipit menatap tajam anaknya. Dari sikapnya dia terlihat hendak melontarkan suatu tuduhan.

"I'm straight," ucap Darren cepat sebelum mamanya membuka suara.

"Oh .... Kirainnnn," balas Shane yang kemudian mengenyakkan diri di tumpukan bantal.

Darren memutar bola mata, tak menyangka dia harus memproklamirkan orientasi seksualnya hanya untuk membuat mamanya tenang.

"Kamu sama Arabelle gimana?" tanya Shane ringan.

"Gak gimana-gimana."

"Gak ada rasa menggelitik di dada, hangat-hangat di perut gitu?" cecar Shane lagi.

"Ini sebetulnya Mama lagi mendeskripsikan rasa setelah minum alkohol atau setelah minum bandrek?" Darren balas bertanya. Wajahnya terlihat serius.

Shane tergelak, tangannya mengacak rambut Darren, gemas. "Kamu tuhhhh.... Adik kamu mau nikah, dia pacaran lama, sementara kamu ngenalin cewek ke rumah aja gak pernah! Gimana mama sama papa gak khawatir coba?"

"Kekhawatiran kalian gak beralasan. Aku baru 30, Ma. Gak harus diburu-buru untuk menikah juga. Kalau Andrew siap menikah duluan, good for him."

"Mama gak minta kamu besok nikah, seenggaknya ada gitu calon yang kamu bawa, D. Jangan terlalu sibuk kerja sampai lupa cari teman hidup."

"Temanku hidup semua, Mom, don't worry too much."

"Pulang sana ke apartemen!!!" hardik Shane, kesal.

"Ma, mama tau kalau apartemenku lagi direnov, kan?"

"Bodo amat! Pulang sana!!"

-----------

Ara mendapat pesanan kue lain 100 gluten free carrot cup cake dan juga satu chocolate cake besar yang harus gluten free juga. Semua siap dengan mudah walau mood Ara sedang jelek-jeleknya.

Mencoba mencari suasana baru, Ara menawarkan diri untuk pergi membawa kue-kue tersebut ke tempat acara yang untungnya disetujui oleh kakaknya karena acaranya berlangsung di sore hari mendekati jam pulang Ara.

Susah payah Ara menjaga dus-dus kue agar tidak terguncang dan akhirnya dia sampai juga di Hope Medical center. Ara dan Pak Cecep, kurir kue Moi's cafe, bergegas ke lantai tiga, sesuai petunjuk yang diberikan. Lalu dia menata kue di tempat yang sudah disediakan sendiri saja karena Pak Cecep masih harus mengantar pesanan kue lain.

Ara sibuk bekerja sampai tak menyadari ada yang melangkah mendekatinya.

"I have no idea my secretary will contact you to make all of this cake for our event today."

Ara mematung sesaat sebelum dia memutar badan dan menemukan pria yang selalu tampil rapi dalam setiap suasana berdiri tepat di hadapannya.

"Selamat sore, Pak, terima kasih sudah memilih Moi's cafe untuk acara ini. Errrr, ini event apa ya? Aku cuma dikasih tau bikin kue aja gak pakai tema khusus."

Darren tersenyum tipis. "Acara untuk anak-anak yang mendapat perawatan lama di sini. Semoga bisa sedikit menghibur mereka."

Ara manggut-manggut. Pantas saja minta kue gluten free dan harus terlihat ceria. Wajar kalau ternyata untuk acara anak-anak. Kakaknya tidak banyak memberi informasi, untuk hiasan frosting saja chef lain yang mengerjakan karena Ara bertugas membuat kue tema lain yang juga dikirim hari ini.

"Kalau gak ganggu, boleh lihat acaranya?" tanya Ara tiba-tiba. Dia penasaran apa anak-anak akan suka.

"Sure. Acaranya dimulai 15 menit lagi," jawab Darren yang tak lama kemudian undur diri.

Ara senang, dia mencoba membantu sebisanya. Bertepuk girang bersama yang lain saat menonton pertujukan sulap. Dia bahkan tetap tinggal untuk membantu membereskan peralatan setelahnya.

"You're still here," sapa Darren saat dia meninjau acara yang telah selesai 20 menit lalu demi memastikan ruangan sudah kembali bersih.

"You missed the best part, Pak Darren," balas Ara ramah.

"Magic part? Too bad, aku tadi harus meeting di luar."

"Yah, aku yakin kamu bisa sewa tukang sulap yang tadi lagi. Lucu loh...." Ara berpromosi.

"Bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk acara ulang tahun saya nanti. Terima kasih sarannya, Miss. Ara."

"Kalau boleh menambahkan, tolong nanti di acara ulang tahun Anda pakai balon yang ramah lingkungan. Boleh juga pesan kue di Moi's cafe lagi. Saat pemesanan ke 10 akan saya beri diskon khusus karyawan," balas Ara meniru nada datar Darren.

Tak dia sangka, Darren malah tertawa lepas.

"Khusus pemesanan kue saja? Kalau pelanggan cafe bagaimana? Ada diskon khusus?" Darren balik bertanya.

"Belum ada kartu diskon, sih. Eh, wait ... Aku gak tahu kalau kamu pelanggan Moi's."

"Not yet. But I think I will be .... Aku suka kopi dan kuenya. Lagipula minggu ini aku pindah ke apartemen sana untuk sementara karena tempatku sedang direnovasi.

"Oh ...." gumam Ara.

Percakapan mereka terputus saat Darren menerima telepon yang sepertinya penting karena pria itu bergegas pergi setelah mengangguk sopan ke arah Ara.

Ara mengambil kantong berisi tier cake stand lalu berbalik arah untuk pulang.

Sepertinya dia tak perlu memberitahu Darren kalau mereka akan tinggal di apartemen yang sama.

----------

Luv,
NengUtie



Miss AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang