Part 22

2.9K 371 102
                                    

Mak Comblang


Alya sudah kembali lagi bekerja setelah kemarin ia mengambil cuti selama dua hari. Hari ini ia disibukkan dengan tumpukan laporan yang ada di atas mejanya.

Alya merenggangkan otot tangan dan lehernya. Jam masih menunjukkan pukul sebelas siang dan masih ada tiga laporan lagi yang belum ia selesaikan.

"Al, tolong ke ruangan saya sekarang. Bawa sekalian laporan hasil meeting kita dengan PT Angkasa Jaya dua hari yang lalu." Ucap Dewa melalui interkom.

Alya segera menyimpan file yang baru saja ia ketik di komputernya, lalu ia mengambil map plastik warna biru yang berisi laporan yang diminta Dewa tadi.

Alya bergegas menuju pintu ruangan Dewa. Alya mengetuk pintunya terlebih dahulu, setelah mendengar sahutan dari dalam ia pun membuka perlahan pintu kayu bercat cokelat tersebut.

"Duduk Al." Alya duduk di salah satu kursi yang ada di depan meja kerja Dewa.

"Ini Pak, laporan yang Bapak minta tadi." Alya menyerahkan map palstik warna biru yang dipegangnya ke Dewa.

Dewa menghentikan aktifitasnya lalu mengalihkan pandangannya dari layar laptop dihadapannya ke Alya.

Dewa mengambil laporan tersebut lalu membukanya.

"Setelah lulus S1 mau lanjut S2 atau fokus kerja Al?" Tanya Dewa sambil membolak-balikkan kertas laporan yang dipegangnya.

"Mau fokus kerja aja Pak." Balas Alya.

"Kenapa nggak mau melanjutkan ke S2?"

"Capek Pak, mesti mikir ini mikir itu. Belum lagi mikirin kerjaan dari Pak Dewa dan Pak Zacky."

"Oh, kirain mau langsung nikah. Mumpung Mas Mantan udah balik."

"Nikah apanya. Kita aja nggak ada hubungan apa-apa, Pak."

"Yakin nih, nggak ada hubungan apa-apa?" Dewa menatap Alya. Alya mengangguk mantap menanggapinya.

"Kalau rasa masih ada kan?" Dewa menutup kembali filenya lalu menyimpannya di atas meja kemudian beralih menatap Alya lagi.

"Udah deh Pak Dewa, kenapa malah jadi interogasi saya sih? Lebih baik Pak Dewa aja yang nikah dulu."

"Belum ada calon." Balas Dewa sembari mengangkat kedua bahunya acuh.

"Masa sih? Nggak percaya saya Pak."

"Ya terserah kamu, memang kenyataannya begitu." Ucap Dewa santai.

"Nih ya Pak, asal Pak Boss tahu aja. Di Deza Group ini semua karyawan Bapak yang berjenis kelamin perempuan dari yang jabatannya tinggi sampai yang office girl, semua pada terpesona dan kagum sama Bapak loh. Masa iya sih nggak ada satu pun yang nyantol di hati Bapak?"

"Termasuk kamu?" Sebelah alis Dewa terangkat sambil menatap Alya.

"Eh saya? Ya nggak lah Pak. Pak Boss itu bukan tipe saya." Balas Alya cepat. Dewa mengangguk mengerti.

"Tanpa kamu jelaskan, saya sudah tahu gimana tipe kamu."

Dewa kembali berkutat dengan layar laptopnya.

"Pak Dewa," panggil Alya.

"Hem, kenapa Al?" Balas Dewa tanpa menatap Alya.

"Bapak? Ehm.... Masih suka sama perempuan kan?" Tanya Alya ragu.

"Astaghfirullah al-'Adhim." Ucap Dewa lalu menatap Alya.

"Sembarangan aja kamu kalau ngomong, Al. Saya ini laki-laki straight. Saya normal dan saya masih tertarik dengan lawan jenis. Paham?" Ucap Dewa tegas.

Mas MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang