Part 1

20.7K 795 35
                                    


Interview ★

Seorang gadis tersenyum menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan setelan kemeja warna baby pink terdapat rumbai di dada dipadukan dengan rok span scuba pendek warna hitam, tak lupa high heels hitam berbahan suede dengan tinggi 10 cm terpasang apik di kakinya. Rambut panjangnya yang berwarna coklat gelap ia ikat rapi jadi satu ke belakang membentuk seperti ekor kuda. Merasa penampilannya sudah rapi ia segera mengambil tas yang sudah ia persiapkan lalu segera turun bergabung dengan yang lainnya untuk sarapan bersama.

Gadis itu bernama Alya. Alya Zanitha Rahman. Anak bungsu dari pasangan Hedi Rahman dan Dahlia Rahman, serta adik dari Aryaputra Rahman.

"Pagi Pi, Mi." sapa Alya kepada Papi Hedi dan Mami Dahlia yang sudah berada di meja makan.

"Tumben Al pagi-pagi begini sudah rapi, mau ke mana kamu?" tanya Papi Hedi usai menyeruput kopi hitamnya.

" Mau interview, Pi." balas Alya sembari duduk di kursi sebelah kiri Papinya.

"Kalau kamu pengen kerja, kenapa nggak kerja di perusahaan Papi saja?"

"Al pengen mandiri, Pi. Perusahaan Papi kan udah ada Kak Arya yang bantuin. Jadi biarkan anak gadis Papi ini kerja di tempat lain ya, Alya mau mandiri Pi mau cari duit sendiri biar nggak terus bergantung sama Papi dan Mami." jawab Alya sambil mengoleskan selai cokelat ke roti tawarnya.

"Tapi ingat, jangan mentang-mentang kamu sudah kerja terus malah keasyikan dan akhirnya lupa buat nyelesaiin kuliah kamu yang tinggal sebentar lagi itu." Alya memasukkan sisa roti yang tinggal sedikit itu ke mulutnya lalu mengunyahnya. Setelah memastikan mulutnya kosong tak ada sisa makanan lagi Alya baru membalas ucapan Papinya tadi.

"Papi tenang aja, otak Al itu bisa diandelin. Al janji deh tahun depan Al udah lulus. Oke?" Alya lanjut meminum susunya.

"Bisa diandelin apanya? Kalau bisa diandelin itu, harusnya kamu tuh sekarang sudah lanjut S2. Ini saja S1 belum kelar." cibir Papi Hedi.

"Ya sabar dong, Pi. Otak Al itu encernya kan turunan dari Mami, kalau turunan dari Papi itu ya kayak Kak Arya encer banget. Ngibulin cewek juga encer banget tuh orang." Papi Hedi dan Mami Dahlia hanya geleng-geleng kepala mendengar ocehan anak bungsunya itu.

"Al," panggil Mami Dahlia. Ia menatap anak bungsunya yang sedang mengelap sisa susu di bibir atasnya dengan tisu.

"Kenapa, Mi?"

"Mami kok tiba-tiba kangen ya, sama Dika."

"Dika siapa, Mi?" Alya mengerutkan dahinya memandang Maminya bingung.

"Halah belagak lupa lagi nih bocah. Siapa lagi kalau bukan Mas mantan terindah kamu itu, Dek?" sahut laki-laki berpenampilan rapi lengkap dengan setelan kerja dan jas yang melekat pada tubuh tegapnya yang baru memasuki ruang makan sambil menenteng paper bag. Ia adalah anak sulung dari Papi Hedi dan Mami Dahlia, Aryaputra Rahman.

"Udah ke laut orangnya." balas Alya ketus yang disambut dengan kekehan dari Kakaknya yang sudah mengambil duduk di sebelah Maminya.

"Kakak doian semoga sepulangnya Dika dari Jerman nanti, dia udah bawa calon istri untuk dinikahin biar nih bocah satu nangis kejer karena ditinggal nikah sama Mas mantan tersayangnya. Aamiin."

"Ih, Kak Arya kok doanya gitu banget sih? Seneng banget ya, kalau lihat adiknya menderita?" sembur Alya sambil melotot ke Kakaknya.

"Kakak itu cuma mau menyadarkan adik Kakak kalau masih cinta ya bilang aja cinta, jangan bilang benci di mulut tapi di hati bilang rindu. Iya nggak, Mi?" ledek Arya lalu menoleh ke Maminya meminta persetujuan. Mami Dahlia hanya tersenyum menanggapinya.

Mas MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang