D-Day

567 94 7
                                    

BAN(D)UT6

Maaf ya aku sakit nih. Skip latihan boleh ?

SJ
Ya sudah. GWS

Bri
Nekat sih kamu

Dowoon
*Sent sticker*

Setiap mendekati hari H, aku pasti sakit. Entah badanku yang tidak siap atau aku memang gampang sakit. Padahal aku sedang semangat-semangatnya mau merubah image Wonpil ini.

Sudah berapa lembar tisu aku habiskan hanya untuk menyeka hidungku. Kadang mampet kadang meles kadang juga bersin-bersin tidak jelas. Air pun terasa dingin kalau kena kulit.

"Wonpil ? Aku berangkat ya. Nanti aku izin pulang duluan"

"Halah bilang aja kamu mau bolos"

"Ehe. Dah"

Mentang-mentang sudah besar, sakit maupun sehat pasti selalu ditinggal sendiri. Apa aku ini anak pungut ? Dulu kalau Yuna sakit ibu sampai izin dan diam di rumah untuk merawat Yuna. Aku dulu memang seperti itu. Tapi entah mengapa, aku merasa adikku lebih di istimewakan.

Ibu juga sudah menyiapkan bubur di atas meja namun aku tak selera. Buburnya hambar karena aku tidak bisa merasakan makanan sekarang. Obat juga yang besarnya agak seram. Aku takutnya obat ini tidak tertelan dan malah larut di ujung lidah.

Akhir-akhir ini cuaca juga sedang tidak bersahabat. Di luar sana juga pasti sedang banyak yang jatuh sakit.

"Tidur aja lah"

'Wonpil...'

'Wonpil...'

Suara kecil dan sedikit guncangan perlahan membangunkanku yang sedang tertidur pulas.

"Wonpil !"

"APA !?" 

"Om botak sama kak Jae dateng"

"Oh... Usir mereka"

"Kak disuruh pergi sama Wonpil" Aku dapat mendengar suara Seungmin yang mengusir mereka.

"ORANG INI UDAH DEKET HARI H KOK SAKIT !?"

Suara Sungjin mendorong pintu kamarku langsung membuatku melek karena kaget. Datang-datang kaya menciduk orang sedang pesta aneh-aneh.

"Ya maaf" Ucapku sambil batuk-batuk.

"Nih jajan" Jae memberikanku jajan dan roti. Dari sini aku dapat melihat Seungmin yang sedang mengintip. Pasti dia mengincar jajan ini.

"Pakai ini" Sungjin mengeluarkan patch fever dan menempelkannya dengan kasar di jidatku.

"Aduh sakit ! Apa ini ? Ini kan buat bayi !"

"Itu aja yang ada tadi. Ya sudahlah ya kita mau langsung pergi nih. Cepet sembuh oke ?"

"Iya. Seungmin tolong anter dong"

"Gak mau"

"Ada jajan kesukaanmu" Aku sengaja memancingnya menggunakan jajan ini.

"Mari kakak-kakak saya antar"

Ah... Aku ingin cepat sembuh dan berkumpul bersama mereka.

2 HARI KEMUDIAN

"Udah enakan ?" Tanya ibu. Sepertinya ibu masih agak khawatir dengan kondisiku. Aku memang sudah sehat, hanya saja batukku belum hilang.

"Iya lumayan. Udah ya"

Dua hari izin sakit rasanya badanku berat untuk pergi ke kampus. Aku ingin rebahan terus tapi aku tak mau dalam keadaan sakit.

"Nah ini dia" Baru sampai kelas aku disambut oleh Dowoon yang sedang mengobrol dengan Jae.

"Kalian gibahin aku ya ?"

"Iya. Seneng kan pahala kita pindah ke kamu ?" Canda Jae.

"Halah"

"Bisa nyanyi gak kamu ? Masih batuk gitu kamu"

"Bisa kok"

D-DAY

Hari H. Hari di mana aku akan tampil untuk menggantikan Wonpil yang lain.

'Kenapa harus aku sih sialan'

Meskipun ini hanya acara kecil, namun ini adalah event besar bagiku. Namun bagi Wonpil yang lain, ini bukan apa-apa. Ini pertama kalinya dalam sekian lama aku maju dan tampil di depan kerumunan. Aku jadi merasa takut dan ingin pulang saja.

"Mari kita sambut penampilan berikutnya !" MC mempersilahkan kami maju ke atas panggung. Aku tidak yakin apakah aku bisa tenang.

Para penonton menyambut kedatangan kami dengan memberikan tepuk tangan terpaksa dan wajah yang flat. Bahkan beberapa dari mereka diam saja. Tatapan mereka kosong dan terlihat membosankan. Padahal mereka sedang menunggu kami perform. 

Member lain nampak biasa saja karena mereka juga sudah sering tampil seperti ini. Hanya aku saja yang terlihat gugup. Berdiri di depan keramaian dan menjadi pusat perhatian membuatku sedikit tidak nyaman.

Lampu sorot menerangi panggung. Keramaian berubah menjadi keheningan. Pandangan mereka yang menatapku biasa saja membuatku gugup. Aku merasa aku sudah melakukan hal yang salah.

'Ayo kamu pasti bisa. Anggap aja kaya latihan di rumah.  Nggak usah perhatiin penonton. Demi kebaikannya'

Member lain melihat satu sama lain sebagai pertanda mulai. Aku yang menjadi pembuka lagu dan Jae yang menyanyi pertama.

Jari-jariku bergetar setiap menekan tuts piano ini saking gugupnya. Bahkan belum apa-apa,  keringat mulai bercucuran dari kepala. Ku tahan batukku sekuat yang aku bisa.

'Sial gatel nih tenggorokan'

Meski terlihat biasa saja dari luar, di dalam diriku, aku ingin turun dari panggung. Potongan lirik pun ada beberapa yang hilang di otakku.

'Anggap aja lagi latihan di rumah'

Satu nada lagi dan penampilan selesai.

Suasana menjadi hening seperti seorang pelawak yang lawakannya garing. Penonton tak langsung memberi tepuk tangan. Tepuk tangan paksaan pun tidak ada. Malah mereka terus melihat kami dengan tatapan heran. 

'Sudah woy' Ingin berteriak namun ini bukan momen yang pas untuk berteriak.

Dari pojok kiri, ada seorang wanita yang memberi tepuk tangan dan sorakan paling meriah. Perlahan menyebar dan semua penonton pun memberikan sambutan meriah.

Aku yang tadinya gugup merasa agak tenang. Wajah murung pun berubah menjadi senyuman lebar.

"Yeay selesai" Di backstage semua member terlihat senang begitu pun aku.

Menjadi terkenal tak buruk juga. Bentuk pujian mereka membuatku menjadi besar kepala.

"Kan udah selesai nih, makan yuk" Tawar Brian.

"Ayo lah" Semua member juga setuju.  Aku sih ya ngikut aja.

"Halo permisi"

Journey to Parallel World ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang