12

111K 1.4K 9
                                    

Aku langsung keluar dari kamar Arga saat adiknya pergi.

Aku melihat Arga yang berdiri sambil menahan emosi. Wajahnya memerah, air mukanya sangat tegang. Aku pun mendekatinya perlahan.

Ya, tadi yang berkunjung adalah adik Arga. Rei namanya. Rei seumuran denganku. Dan juga Arga punya adik perempuan bernama Nadia, yang usianya 2 tahun dibawahku.

Tadi aku mendengar mereka berbincang.

...

"Jangan samain gue sama dia. Gue disini juga buat kalian. Jangan karena gue nggak pernah ke tempat kalian, lo jadi seenaknya samain gue sama orang itu"

"Tapi seenggaknya lo jenguk mama, bang! Mama tuh kangen sama lo!"

"Mending lo pergi deh. Masalah uang, besok gue kirim. Nggak usah khawatir"

"Ini bukan masalah uang. Tapi waktu. Sekarang waktu itu lebih penting buat mama, bang. Gue cuma mau kasih tau ini aja sama lo. Karena lo nggak tau yang sebenernya"

Sejak saat itu, tak ada lagi suara Rei ataupun Arga. Lalu terdengar pintu ditutup, tanda Rei pergi.

...

Arga menitikkan air mata. Aku khawatir. Karena walaupun ia mengeluarkan air mata, tak ada suara yang keluar, dan juga wajahnya masih menegang.

Aku menghapus air matanya.

"Arga....?"

Arga menghilangkan ketegangannya saat ia menatapku. Wajahnya sedikit lebih tenang.

Arga menarikku dalam ciumannya yang memburu. Mungkin ini caranya melepaskan emosinya.

Aku tahu bagaimana keluarganya terpisah. Aku tahu bagaimana rasa sakitnya. Aku tahu saat ini Arga pun tidak berdaya. Semuanya tersalurkan melalui ciumannya yang kini semakin terburu-buru.

Aku hampir kehilangan napas. Arga memberiku sedikit ruang untuk bernapas dan melanjutkan kegiatannya lagi.

Tangannya meraba tubuhku dan melepaskan satu persatu pakaian yang melekat.

Ia membaringkan tubuhku di meja makan. Dan terus menciumiku hingga turun dan berhadapan dengan V ku.

 Dan terus menciumiku hingga turun dan berhadapan dengan V ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arga hanya menciumnya. Tangannya meremas dadaku. Lalu ia meloloskan celananya.

Tanpa persiapan, Arga langsung memasukiku, menggoyangnya secara brutal.

"Aakkk... aarrgg... aaa... aakkh"

Emosinya kini memuncak. Aku bisa merasakannya.

Sakit. Aku bisa merasakan sakitnya.

"Ngh ngh ngh ngh ngh ngh ngh"

Arga mengangkat 1 kakiku lebih tinggi. Membuka lebih lebar aksesnya. Junior nya benar-benar tertanam disana.

Maju mundur maju mundur.

Gesekkan kedua benda dibawah benar-benar berisik.

Tangan kanannya memilin putingku. Memelintirnya dan menciptakan sengatan listrik yang amat sangat besar.

Lalu Arga mengangkatku tanpa melepas penyatuan ini. Dan masih memutar-mutar miliknya.

Arga terduduk di sofa. Aku membuka bajunya. Menciumi lehernya. Pinggulku tak bisa berhenti. Dan juga ARga membantuku agar aku naik turun dengan mudah.

Mulutnya menghisap putingku bergantian.

"Ahhhhhhhhh... Argaaahh aakkhh ngh ngh"

Arga memompanya dan terus memompanya. Tangannya beralih ke kedua pantatku. Meremasnya, memukulnya penuh nafsu.

"Aaarrgghhhhh kkkhhhh akh akh akh hhhh"

Crrrttt crrrttt crrrttttt

Aku mengeluarkannya duluan. Tapi, Arga belum menunjukkan akan keluar ataupun berhenti. Terus memompanya. Mencubit dadaku.

Plekplekplekplekplek

"Aahhhh"

"Ahhhh"

"Akkhhh"

"Aaagghhhh"

Aku kembali merasakannya. Penis Arga juga menegang di dalam.

"AAARRRGGGHHH SALSAAAAA"

Aku memeluknya dalam pangkuan. Dan Arga juga memelukku erat. V ku seperti menyedot milik Arga. Hingga terdengar suara.

Crett cretttt creett

"Mmmmhhh"

Aku memejamkan mata. Kami mendapatkan pelepasan ternikmat kami.

Milik kami masih menyatu.

Milik kami masih menyatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARGA IS MINE [20+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang