eps. 2

20.8K 1.4K 99
                                    

Kalian baca Aleena itu 'Alena' apa 'Alina'?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalian baca Aleena itu 'Alena' apa 'Alina'?

***

Acha dan Aiden menoleh bersamaan ke arah pintu kamar. Mereka mendapati si kecil dengan rambut acak-acakan berdiri di sana sambil menggendong boneka Annabelle.

Spontan Aiden mengakhiri kegiatannya. Dia duduk di ranjang sambil menatap putrinya yang berjalan masuk ke kamar.

'Duh, ada aja halangan.'

'Syukurlah, kamu penyelamat Mamah nak.'

"Ayah? Ayah ngapain sama Mamah?" Tanya Aleena polos sambil sesekali mengucek matanya.

"Loh, Aleen jam segini kenapa bangun? Kamu mimpi buruk?" Aiden dengan lembut mengambil tubuh Aleena lalu menempatkan di pangkuannya.

"Aku tadi pipis bentar. Terus pengen tidur sama Ayah." Aleena memeluk erat Aiden.

Jangan heran. Aleena memang lebih dekat dengan sang ayah. Kata Aleena, ayahnya itu wangi, tampan, dan sangat tinggi. Alasan lain mengapa Aleena lebih suka dengan Aiden adalah Acha yang terlalu cantik.

Sampai-sampai Aleena sempat pernah bilang, 'Aku males ah jalan sama Mamah. Kak Eddo jadi sering ngobrol sama Mamah daripada aku.'

Anak sekecil itu sudah bisa merasakan apa itu cemburu. Entah kenapa putri kecilnya itu sangat mewarisi sifat pencemburu dari Acha. Bukan hanya itu, centil juga sudah mendarah daging dalam diri Aleena.

"Sekarang udah jam 11 malam. Aleen tidur ya? Besok kan sekolah."

"Tidur sama Ayah."

"Iya." Aiden berdiri dengan menggendong Aleena di depan. Membawanya keluar kamar bermaksud untuk menina-bobokan.

Tapi, sebelum benar-benar keluar, Aleena berkata sesuatu yang mengejutkan.

"Bentar, Yah. Aku mau bilang sesuatu sama Mamah." Aiden lalu membalikkan badannya agar Aleena bisa menatap sang Mamah.

Di pikiran Aiden, mungkin hanya akan keluar kata 'good night, nice dream' atau semacamnya. Tapi...

"Aku peringatkan Mamah ya. Don't touch my daddy! Enggak usah peluk-peluk Ayah. He's mine!"

Acha sedikit melotot karena terkejut mendengar penuturan Aleena. Begitu juga Aiden. Dia sama terkejutnya.

"He's mine-he's mine nenek kau! Orang ayahmu duluan yang pegang-pegang Mamah."

Alis Aleena bertaut. Dia mengalihkan tatapanya ke Aiden.

"Bener, Yah?"

Aiden bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin kan dia menjelaskan sesuatu yang harusnya tidak dimengerti oleh anak kecil?

"Eh Aleen inget kan besok harus berangkat awal? Kalau nggak tidur sekarang besok bisa kesiangan."

"Oh iya, Yah! Aku hampir lupa!" Aleena menepuk dahinya.

Perhatian anak kecil memang mudah teralihkan. Aiden juga sudah terbiasa menghadapi hal semacam ini. Dalam rumah tangganya, yang kebanyakan adu argumen adalah anak dan istrinya. Dia berperan menjadi pelerai di antaranya.

Aiden berjalan keluar kamar, menuju kamar Aleena. Dia menutup pintu perlahan lalu menempatkan Aleena di ranjang. "Aleen mau cerita apa malam ini?"

"Conjuring?"

Aiden terpaku sesaat. Dia merasa kagum pada Aleena karena anak sekecil itu tak merasa takut pada hal-hal berbau horor. Bahkan mungkin Aleena lebih pemberani daripada dirinya.

"Kita nggak punya bukunya, Sayang. Ayah dongengin Rapunzel aja ya?"

"Ya udah iya."

Untungnya, Aleena menurut di saat Aiden menawarinya dongeng Rapunzel. Hingga tidak lama kemudian, Aleena sudah mendengkur halus sambil memeluk bonekanya.

Aiden menutup buku, mencium dahi Aleena lalu keluar kamar. Jam hampir  menunjukkan pukul 12 dini hari. Sebelum benar-benar ke kamar, Aiden memilih ke dapur terlebih dahulu. Ternggorokannya terasa sedikit kering.

Sementara itu, Acha sedang mencoba sekuat tenaga untuk tidur agar bisa lolos dari tawaran Aiden tadi. Tapi, bukannya tidur, Acha malah bergerak gelisah dan jantungnya berdegup kencang. Bagaimana jika Aiden meminta melanjutkan malam ini? Acha belum siap.

Pintu kamar terbuka, Acha lebih erat memejamkan matanya. Berharap bahwa suaminya itu akan mengira bahwa dia sudah tidur.

"Jangan pura-pura, kamu belum tidur kan?"

Acha mengehela napas. Lalu membuka mata, menatap Aiden yang naik ke ranjang.

"Enggak malam ini. Tadi cuma pemanasan aja."

Pipi Acha seketika memanas. Ada rasa malu dan lega bercampur jadi satu.

"Biasanya, orang-orang kalau 'ituan' nggak pernah takut dan biasanya malah ada yang nonstop karena saking enaknya. Kenapa kamu malah takut?"

'Justru itu astaga. Kalo kamu tiba-tiba minta nonstop ya bisa mati aku.'

"Cha? Malah bengong. Mikirin 'itu' ya?"

"Ih apaan sih?" Acha salah tingkah. Memukul dada Aiden agar rasa malunya bisa sedikit tersamarkan.

Acha kembali merebahkan badannya, menarik selimut sampai menutupi hampir sebagian tubuhnya. "Tidur, besok kamu rapat jam setengah 8."

"Iya-iya aku tahu Sayangku Cintaku Manisku Kecilku Babyku."

Acha seperti terbang ke angkasa di kala mendengar panggilan lebay yang selalu Aiden lakukan ketika dirinya sedang gemas.

Aiden memposisikan diri untuk tidur. Merapat ke tubuh istrinya kemudian memeluk erat seolah tidak mau kehilangan Acha.

"Nice dream, Baby."

"You too, Daddy."

____________

Purworejo, 31 Agustus 2019

Scroll ke bawah coba.


































































































































Pencet bintangnya tolong. Heheh.

Halo, Mahmud!Where stories live. Discover now