sequel [part one]

39.9K 4.8K 449
                                    

Setelah dianggurin berbulan-bulan dan writer block yang menimpa akhirnya saya berhasil nulis walau cuma 1000words

Ada yang nunggu gak ya? Wkwk

Happy reading!

.

.

Empat tahun kemudian.

Sinar matahari yang masuk melewati gorden kamarnya membuat Jaemin mau tak mau harus terbangun. Dengan sangat enggan ia membuka matanya dan langsung terkejut ketika melihat Jeno tengah memandangnya dengan jarinya yang mengelus lembut rambut Jaemin.

"Good morning, kitten,"

Jaemin mendengus pelan. "Sudah berapa lama kau menatapku seperti itu, creep,"

"Bagaimana bisa aku tidak menatapmu yang begitu indah? You're so fucking beautiful babe,"

"Berhenti menggombal dasar payah," gerutu Jaemin namun tentu saja ia tak bisa menyembunyikan rona merah yang kini sudah menyebar di pipinya.

Cup.

Sebuah kecupan kecil mendarat di kening Jaemin dan membuat pria kecilnya semakin merona.

"A-aku harus pergi ke kampus!" serunya dan dengan cepat berlari ke kamar mandi.

"God, he's so fucking cute,"

.

.

Sudah lebih dari empat tahun sejak kejadian mengerikan itu. Kini Jaemin sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Ia bahkan sudah bisa berlari selama apapun tanpa harus merasakan sakit. Ah ya, ia juga sudah bisa menendang tulang kering Jeno sepuasnya! Haha!

Sejak saat itu Jeno juga mengajarinya banyak hal. Mulai dari berbagai macam bela diri hingga cara menggunakan senjata. Mark juga mengajari Jaemin cara menggunakan pisau lipat –walaupun sebenarnya Jeno lebih mahir tapi Mark juga ahlinya. Selain itu ia juga kini dekat dengan Renjun –si sniper ulung. Renjun ternyata orang yang menyenangkan walaupun kata-kata yang sering muncul dari mulutnya adalah makian dan umpatan. Renjun adalah anak buah yang paling sering mengumpat dan memaki Jeno tanpa rasa takut.

"For God's sake, tolong gunakan otakmu yang bodoh itu untuk berpikir! Kau cemburu padaku?! Ya Tuhan tolong kembalikan otak Jeno agar dapat berfungsi kembali dengan normal!"

Itu adalah kalimatnya ketika Jeno dengan kekanakannya cemburu karena Jaemin lebih sering menghabiskan waktu bersama dirinya dibandingkan Jeno. Memang benar-benar bodoh.

Redferre memang kelompok mafia yang kejam. Jaemin memang tidak pernah melihatnya secara langsung namun ia tahu mereka beberapa kali menyiksa orang lain untuk mendapat informasi. Jeno memang membloknya dari semua kegiatan mafia namun bukan berarti ia tidak akan tahu apa-apa soal itu.

Sebenarnya dalam lubuk hatinya ia ingin Jeno menyudahi bisnisnya ini tapi ia tahu bahwa tidak akan mudah bagi Jeno untuk berhenti, walaupun ia ingin.

"....by, baby,"

"A-ah iya?"

Jaemin kini tersadar dari lamunannya. "Apa Jeno?"

"Apa yang kau pikirkan? Kau sampai melamun selama lima menit penuh,"

Jaemin tersenyum kecil. "Aku hanya memikirkan tugas kuliahku saja," jawabnya. Namun Jeno terlihat tidak percaya.

"Aku anggap kau akan menceritakannya padaku nanti," timpalnya. "Oh iya, maaf aku baru memberitahumu hari ini tapi putri dari klienku akan tinggal di rumah ini selama tiga hari, klienku akan pergi keluar negeri dan ia memintaku untuk menjaganya dan aku tidak bisa menolaknya karena ia seseorang yang cukup aku hormati,"

captivated ✈ nominDove le storie prendono vita. Scoprilo ora