eight [end]

51K 5.6K 2.2K
                                    

Jaemin telah memastikan Johnny tidak akan berbicara apapun mengenai pernikahan walaupun ia terpaksa harus menceritakan kegelisahannya pada Johnny. Padahal dulu ia adalah anak bengal dan pecinta tawuran! Tapi kini ia gundah gulana karena cinta? Itu kan sangat tidak Na Jaemin sekali!

"Pokoknya tidak boleh sampai ada yang tahu tentang ini! Jika sampai hal ini menyebar maka kupastikan aku akan membuat jari telunjukmu patah dan harus diamputasi!"

Johnny tertawa. "Oke, oke aku mengerti tuan putri, mulutku sudah kusegel,"

Setelah itu Johnny pun mendorong kursi roda Jaemin menuju rumahnya –rumah Jeno. Karena keterbatasan yang ia alami sekarang Jeno pun memindahkan kamar Jaemin ke kamar di lantai satu, tepat di sebelah kamar sang tuan rumah. Ia tersenyum kecil saat melihat Jeno kini tengah duduk di ruang TV dengan sebuah buku di tangannya.

"Sudah pulang?" tanyanya tanpa menoleh.

"Ya pikir saja, kalau aku belum pulang aku tidak akan disini,"

Jeno tertawa. Ia kemudian menutup bukunya dan berjalan menuju Jaemin lalu dengan uhuk-romantisnya-uhuk ia berjongkok dihadapan Jaemin.

"Selamat datang baby," Punggung tangan Jaemin dikecup setelah ia mengatakan itu. Rona merah kini sudah menjalar di pipi Jaemin dan membuat remaja bengal itu terlihat lebih manis.

"Sudah makan?" tanya Jeno.

"Kau kan yang menyuruh Kyungsoo-Hyung menyiapkan bekal tadi pagi,"

Jeno tertawa lagi. Entah kenapa ia selalu tertawa dengan ucapan Jaemin padahal Jaemin kan sedang tidak melucu!

"Bagaimana dengan makan malam? Apa yang kau inginkan?" tanyanya.

Jaemin berpikir sebentar. "Hm, sushi?"

"Apapun yang kau inginkan baby,"

"Umm aku juga ingin blueberry cheecake..." pinta Jaemin dengan wajah memelas.

Jeno mengusak puncak kepalanya pelan. "Tentu saja, itu bisa diatur. Sekarang ganti bajulah, Ten sudah menyiapkan pakaian gantimu,"

"Ah Jeno, bisakah kau mengatakan pada Ten untuk berhenti memanggilku Tuan Jaemin?"

"Semua orang disini memanggilmu Tuan Jaemin," sahut Johnny.

Jaemin merengut. "Ya maksudku statusku tidak setinggi itu untuk dipanggil tuan," Kali ini Johnny yang tertawa dan tentu saja disusul dengan Jeno. "Tuan putri, tentu saja statusmu di rumah ini sangat memenuhi kualifikasi untuk dipanggil tuan, Jeno saja dipanggil Tuan Jeno atau Bos,"

"Itu kan karena Jeno tuan rumah, dia juga bos kalian kan? Memangnya aku siapanya kalian sampai harus dipanggil tuan?"

"Baby, aku yang membawamu kemari secara langsung dengan keinginanku sendiri, tentu saja itu yang membuatmu pantas dipanggil tuan,"

Jaemin menatap Jeno tidak karuan. Entah mengapa ia sedikit kecewa dan sedih? Ia diam-diam berharap Jeno mengatakan hal yang lain. Jeno sebagai mafia yang berpengalaman tentu saja menangkap ekspresi Jaemin walau beberapa detik sesudahnya anak itu dengan segera mengganti ekspresinya.

"Baby, lebih baik kau istirahat, akan kupanggil jika sushi dan cheesecake mu sudah siap," Ucapan Jeno itu membuat Jaemin menghela napas pendek kemudian menggerakkan kursi rodanya sendiri ke kamar.

"Bos, Tuan–"

"Aku tahu, jangan bertingkah seolah kau lebih mahir dalam urusan ini karena kau akan memiliki anak Johnny,"

Johnny tertawa. "Saya pikir saya pantas untuk sombong Bos," dan Jeno hanya menendang tulang kering Johnny lalu berjalan menuju dapur.

.

captivated ✈ nominWhere stories live. Discover now