6. Boikot Mantan Bian

81.7K 1K 62
                                    

"Lo jadi jumpa sama pak mawardi, mut?"

Aku mengangguk. Membiarkan Gita dan Amel berjalan bersisihan di sebelah ku menyusuri koridor fakultas Ekonomi siang ini.

"Ada perlu apa lo sama sekjur?" Gita menimpali, mengerutkan kening sambil menggaruk kepala menatap ku penuh curiga. Aku tau apa yang Gita fikirkan. Sudah jelas itu sesuatu yang mesum. "Lo.. jangan bilang main belakang sama pak Mawar?!"

Memutar bola mata jengah, aku mengulurkan tangan mendorong kepala Gita hingga terlontar ke belakang. "Lo di apain aja sih sama kak Rian? Perasaan sebelum pacaran sama dia otak lo masih baik-baik aja deh."

"Tau tuh," Amel mencebik ikut mendorong kepala Gita. "Bukan lo aja mut, gue juga sering di tuduh main belakang sama si Awan cuma karena sering duduk sebelahan."

"Sebelahan, sambil lirik-lirikan." Sambung Gita ikut mencebik. Aku kontan menoleh ke sisi kanan tepat dimana Amel berjalan.

"Serius Mel? Kalian gak lagi pdkt, kan?"

"Gila lo!" Amel nyolot. "Gue masih setia kali nunggu kak Ari."

Aku mendengus. "Katanya pengen ngelupain kak Ari. Lo ngomong gini bukan karena di tipu fadli kan?"

"Ya gak lah."

"Gini Mel.." Aku terdiam sejenak. Menggigit bibir sambil menelan ludah. Bingung haruskah aku mengatakannya atau tidak. "Maaf nih, bukannya gue mau nasehatin elo atau gimana. Tapi, cuma karena Fadli jahatin elo, bukan berarti lo bisa jadiin kak Ari sebagai pelarian. Jadiin dia alesan buat ngelupain apa yang Fadli buat ke elo. Lo bisa cerita ke kita apa yang lo rasain. Gak musti di pendem dan bohongin diri sendiri." Aku mendesah, merangkul bahu Amel lalu menepuknya pelan. "..kita itu, pendengar yang baik."

"Lo gak sendiri Mel." Gita menambahkan. "Si Fadli anak haram sekali-kali perlu di kasih pelajaran."

"Bikinnya gak pakai bismillah kali, makanya bejad gitu."

Kami bertiga tergelak. Amel terlihat sedikit lebih baik dari kemarin. Baguslah.

Aku tersenyum lebar, mengamit lengan Gita dan Amel bersamaan membimbing mereka menuju ruang ketua jurusan.

Sepanjang perjalanan Gita terus saja berceloteh tentang dia dan kak Rian yang sering mantengin film semi di kosan hingga mempraktekkannya dengan berbagai macam gaya. Aku hanya bisa tergelak, sementara Amel terus-terusan menoyor kepala Gita memaki kebodohan gadis itu.

Pantas saja sekarang tingkat kemesuman Gita berada di puncak tertinggi. Ternyata kak Rian sering mencekoki Gita dengan film porno.

Kami terus saja bergurau tanpa memedulikan sekeliling, hingga tanpa sadar aku sudah berdiri di ambang pintu ruang kajur. Gita dan Amel memilih menunggu di luar.

Aku mengulurkan sebelah tangan meraih handle pintu. Sesaat hendak mendorong pintu tersebut, seseorang tiba-tiba berujar sinis menghentikan gerakan tangan ku.

"Eew, gak tau malu banget deh ketahuan mesum di kosan."

Aku sontak menoleh. Di sana, Rini/(sang mantan yang belum move on) bersandar tenang pada sebuah pilar depan ruang ketua jurusan akuntansi yang sialnya bersebelahan dengan ruang kajur ku.

"Si Bian gak sanggup sewa hotel ya?" Rini melanjutkan. Dua teman di sebelahnya ikut tergelak. Aku hanya menatap mereka santai tidak terpancing. Berbeda dengan Amel dan Gita yang kini telah berdiri di belakang ku menyorot Rini and the geng geram.

Aku menahan tangan Amel ketika dia tersulut, tersenyum menenangkan dan kembali menghadap Rini. "Yah mau gimana lagi, mantan pacar Bian terdahulu keseringan minjem duit tapi gak pernah di kembaliin sih."

I Give My First Love To You || 21+Where stories live. Discover now