Lucas tidak langsung meneruskan. Cowok itu mengambil jeda untuk menundukkan kepala pirangnya dan menggeleng-geleng seraya terkekeh pelan, seolah takjub.

"Menyadari bahwa bertemu dengannya adalah bagian dari kisahku di tempat ini benar-benar terasa seperti kepingan puzzle yang vital, ngerti maksudku?"

Angin dingin berhembus di sekitar pepohonan. Lucas mendongak menatap puncak Cedrus yang bergoyang-goyang lembut. Cowok itu menghela napas panjang, terdengar lega.

"Seperti bertemu seseorang yang membuatku merasa bahwa hal-hal aneh dan berlainan yang menyusun diriku menjadi... masuk akal. Seseorang yang membuatku akhirnya merasa masuk akal."

Perlahan dan berusaha tak membuat suara sekecil apapun, Andrea berbalik dan beranjak dari tempat itu.

Andrea melangkah menjauh seraya menggigit bibirnya. Perasaannya campur aduk. Jantungnya bertalu-talu.

Dia tersanjung akan kesan Lucas terhadapnya.

Di lain pihak, dia panik.

Dia panik karena rasanya... dia paham maksud Lucas soal seseorang yang membuatnya akhirnya merasa masuk akal.

🌳

Lucas menelengkan kepala ke satu sisi.

"Apa sesuatu terjadi?"

Pertanyaan itu dilontarkan Lucas dengan kasual dari seberang kitchen island di penginapan tak lama setelahnya. Andrea mendongak dari monitor kameranya dan mengerjap.

"Apanya?"

Lucas mengangkat bahu, "Itu yang sedang coba kutanyakan padamu."

Andrea tidak menjawab. Sejujurnya, perkataan Lucas yang dicuri dengar Andrea di hadapan Cedrus terus membayanginya. Membuatnya agak kikuk saat bersama dengan cowok pirang itu. Mata biru pucatnya seolah menembus ke dalam isi kepala Andrea, membuatnya bertanya-tanya apakah Sully kini memiliki saingan dalam predikat 'cowok paling peka'.

Ataukah wajahku segitu mudahnya dibaca?

Andrea memutuskan mengabaikan pertanyaan dari cowok itu dan mengamati Lucas. Sampai barusan saja, mereka berdua sedang memilah dan merevisi hasil foto yang sudah diambil Andrea untuk website mereka, sekaligus mengedit beberapa foto yang telah terpilih. Lucas juga sudah menelepon Georgia barusan, meminta maaf karena tidak hadir rapat kemarin, dan kini dia bersikeras menyelesaikan tugasnya demi membayar ketidakhadirannya.

Tanpa sadar, Andrea tersenyum kecil.

"Kenapa sih?" Lucas lagi-lagi bertanya, memandangi Andrea penasaran.

"Rasanya tidak biasa melihatmu bekerja dengan laptop." komentar Andrea, berusaha mengalihkan topik darinya. Kemudian saat melihat tampang Lucas yang agak tak terima, dia menambahkan, "Oke-oke, aku tahu kau yang membantuku berkutat dengan penyedot debu waktu itu. Tapi tetap saja, setelah melihatmu ngobrol dengan Cedrus..."

"Berhenti menganggapku sejenis manusia gua." kekeh Lucas.

"Hanya saja... kau bahkan nggak punya Instagram."

"Lantas kenapa?"

Joe--yang masuk sebentar untuk mengambil kopi di konter dan tak sengaja mendengarkan percakapan keduanya--menertawai mereka.

"Kadang-kadang aku juga ngobrol dengan wisteria-ku, Andy." komentarnya sambil menyeruput kopi.

Andrea sungguh meragukan level obrolan yang dimaksud Joe sama dengan yang dilakukan Lucas. Masalahnya, pria itu tidak tahu menahu soal 'terapi pohon' Lucas.

The Boy Who Talked To The TreesWhere stories live. Discover now