(11) Saya masih punya hati

Mulai dari awal
                                    

Kembali ke rumah, gadis itu tidak menolak ajakan mandi bersama. Mandi yang lebih lama dari seharusnya dan buat Pandji lemas. Mereka sudah sangat pas, ia hanya perlu segera membenamkan diri dalam kehangatan gadis itu dan mengakhirinya. Pandji resah memikirkan tangis kecewa Airin nanti, antara tidak ingin itu terjadi tapi juga ingin itu segera terlewati agar kehidupannya yang membosankan kembali.

Menikmati rebusan jahe sebelum makan malam tiba ditemani gadis cantik dan wangi di sisinya buat Pandji merasa hidupnya sangat berkecukupan, seakan tidak peduli lagi ambisi memperkaya diri.

"Kamu lagi browsing apa?" Airin langsung menjauhkan ponselnya saat Pandji mendekat.

"Nggak, Mas!" Airin menggeleng panik lalu menyembunyikan benda itu.

"Saya mau lihat." Pandji mengulurkan tangan tapi gadis itu hanya menggeleng seperti anak kecil. Pandji menerjang, menggunakan bobot tubuhnya untuk menindih gadis itu hingga mereka terkikik sendiri karena geli. Ia berhasil mendapatkan ponsel Airin dan memeriksanya.

"Mas, aku marah lho!" Airin memperingatkan tapi Pandji seolah tidak peduli.

'Tips dan Trik Sukses Malam Pertama'
'Apa yang disukai pria saat bercinta?'
'Step by step pecah perawan paling nikmat'
'Ini cara ampuh puaskan suami di ranjang!'

Seringai Pandji sangatlah menyebalkan bagi Airin, ia segera merebut kembali ponselnya saat Pandji sudah selesai. Ia ingin melarikan diri ke dalam kamar saking malunya.

"Mau ke mana?" Pandji menangkap tangannya dan Airin menggeliat hebat. Ia menarik Airin duduk di antara pahanya lalu melingkarkan lengan dengan posesif di sekeliling pinggang gadis itu, "sini, kita ngobrol dulu biar nggak salah paham."

Airin hanya mengedikkan bahu saat Pandji menopang dagu di pundaknya.

Pria itu terkekeh, kebersamaan mereka belakangan ini membuat Pandji hampir melupakan rentang usia di antara mereka. "Nggak perlu malu, Sayang."

"Mas Pandji nggak boleh gitu," gumam Airin pelan, "itu kan privasiku, Mas."

"Kamu nggak perlu malu. Saya bukan anak kemarin sore yang akan menghakimi hanya karena rasa penasaran kamu. Saya pernah ada di usia kamu jadi saya tahu."

"Tapi aku cewek, Mas. Kamu cowok. Beda."

Pandji mendengus, "memangnya kalau cewek nggak berhak belajar seks? Terus saya yang cowok ngelakuinnya sama siapa dong?"

Airin mencoba mempercayai Pandji, ia memutar tubuh berhadap - hadapan, lalu mengaitkan jemarinya di belakang leher Pandji. "Aku kelihatan murahan, nggak?"

Pandji mengamati keseluruhan wajah lugu itu dan membayangkannya ketika Si Cantik ini tidak lugu lagi karena perbuatannya. Seketika terlintas di benaknya lirik lagu Elang-nya Dewa 19.

~~Aku adalah mimpi-mimpi sedang melintasi
Sang perawan yang bermain dengan perasaan
Ini tanganku untuk kau genggam
Ini tubuhku untuk kau peluk
Ini bibirku untuk kau cium
Tapi tak bisa kau miliki aku~~

"Stereotipnya memang masih seperti itu, Rin. Cowok bebas 'tancap' sana sini malah dianggap keren, sedangkan cewek langsung dianggap murahan. Padahal seks kebutuhan yang manusiawi asal disalurkan dengan cara yang benar."

"Kalau menurut Mas Pandji, aku harus gimana, Mas?"

"Jangan tanya saya dong. Kalau cowok jelas egois, maunya tidur sama semua cewek tapi berharap cewek - cewek itu cuma tidur dengan saya. Tapi itu bullshit kan, Rin. Suatu saat mereka juga bakal move on dan make love dengan cowok lain, sah - sah aja sih."

Romantic RhapsodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang