Sixteen

1.4K 212 25
                                    

Yuri berlari tanpa menghiraukan yena yang terus memanggilnya, ia mengusap kasar air matanya sambil terus berlari sejauh mungkin menghindar dari yena.

GRAB

Langkah yuri terhenti ketika sepasang tangan mengukungnya dari arah belakang.

" Maafin aku" lirih yena

yuri menarik napas dalam sembari menutup matanya.

yena membalikkan tubuh mungil yuri agar menghadap kearahnya lalu ia tangkup kedua pipi kekasihnya itu.

" kamu mau maafin aku dan ngasih satu kesempatan lagi buat aku?" ucap yena menatap dalam kedua mata yuri

" maaf kalau kesannya aku nuntut kamu" ucap yuri pelan dengan kepala tertunduk

" engga, aku yang salah kamu ngga perlu minta maaf" yena mengangkat dagu yuri agar gadis itu menatapnya.

Yuri mengerucutkan bibirnya menatap yena dengan wajah sedihnya.

" kamu mau kan maafin aku?"

yuri mengangguk pelan dengan muka cemberutnya membuat yena gemas sendiri melihat kekasihnya itu.

" boleh peluk?" tanya yuri sambil merentangkan tangannya layaknya anak kecil yang sedang minta dipeluk

Yena tertawa kecil melihat tingkah kekasihnya itu sambil menganggukan kepalanya lalu menarik lengan yuri agar masuk dalam dekapannya.

Ternyata skinship tak seburuk yang yena bayangkan, benar kata hyewon, yena hanya butuh membiasakan diri.

Tiba tiba saja ponsel yena berdering ditengah momen manis itu. Yena diam sejenak ketika melirik nama yang tertera dilayar benda pipih tersebut.

" sebentar ya aku angkat telpon dulu?" Setelah berucap begitu yena menjauhkan dirinya dari yuri

Dari kejauhan yuri bisa melihat yena yang tampak gusar ketika sedang berbicara ditelpon, ada sedikit rasa penasaran dibenak yuri.

Setelah selesai berbincang ditelpon yena kembali menghampiri yuri.

" kamu pulang duluan gapapa?" kata yena

" kamu mau kemana?"

" aku mau ketemu hyewon bentar"

Entah kenapa yuri merasa bahwa yena sedang berbohong padanya, yuri merasa bahwa yena telah menyembunyikan sesuatu darinya.

" yaudah kamu hati hati dijalan" kata yuri

"aku pergi dulu, see you" pamit yena

sepeninggalan yena, yuri memutuskan untuk langsung pulang ke apartnya.

sementara itu ditempat lain yena sedang menunggu jemputannya datang.

Tak berapa lama sebuah mobil hitam berhenti tepat didepan yena. Tanpa berlama lama yena langsung masuk kedalam mobil tersebut yang disupiri langsung oleh kepala pelayan dirumahnya.

disepanjang jalan yena tak banyak bicara, ia sibuk dengan pikirannya sendiri sambil memandang kearah luar jendela.

Setelah memakan waktu sekitar 15 menit, mobil hitam itu akhirnya berhenti didepan sebuah gedung rumah sakit, dengan ragu yena melangkahkan kakinya memasuki gedung rumah sakit tersebut.

" bener bener nyusahin" ucapnya dengan kesal

Setelah lama berjalan, mereka akhirnya berhenti didepan sebuah ruangan. Yena menghembuskan napas kasar menatap pintu ruangan itu.

Pintu ruangan tersebut tiba tiba saja terbuka dan membuat yena sedikit kaget.

Seorang dokter baru saja keluar dari ruangan tersebut.

" papa saya kenapa dok?" tanya yena

" papa kamu mengalami serangan jantung ringan, tapi untungnya keadaannya sudah mulai cukup stabil.  Kamu tidak perlu khawatir sebaiknya untuk sementara waktu kita biarkan dia untuk istirahat" ucap sang dokter

Yena dapat bernafas lega setelah mendengarkan penjelasan sang dokter. Semarah marahnya yena dengan papanya, ia tetap tidak bisa mengabaikan orangtuanya sendiri.

" terima kasih dok"

" kalau begitu saya permisi" ucap sang dokter

" biar saya antar masuk tuan"

" pak kim tolong antar saya pulang sekarang juga"

" tapi tuanㅡ"

" pak" sela yena dengan intonasi yang terdengar dingin

" baik tuan"

Yena sama sekali tak berniat untuk mengacuhkan papanya, ia hanya malas untuk bertemu dengan ibu tirinya yang ia yakini sedang menemani papanya didalam sana. Ia tak ingin melihat perempuan yang telah mengacaukan keluarganya itu.

.

.

Sejak pulang ke apart yuri sama sekali tidak bisa berhenti memikirkan yena, ia yakin bahwa yena telah menyembunyikan sesuatu darinya.

Ada banyak pertanyaan dikepala yuri yang ingin ia tanyakan langsung pada yena, tapi yuri rasa ia tak punya cukup hak untuk terlalu masuk kedalam kehidupan yena. Bisa saja hal itu memang bersifat sangat privasi bagi yena.

" kamu sekarang dimana?" Gumam yuri

Ding dong

Setelah mendengar belnya berbunyi yuri bergegas untuk membukkan pintu, siapa tau aja itu yena.

Benar saja ketika pintu terbuka yuri mendapati yena tengah berdiri didepan pintu apartnya sambil menenteng 2 kantung plastik yang berisi makanan.

" Ayo makan" kata yena sambil menggoyangkan kantung plastik tadi

Mereka berdua sedang berada dimeja makan menyantap makan malamnya dengan suasana yang cukup tenang.

Sesekali yuri melirik yena yang duduk dihadapannya, ia masih penasaran kemana perginya yena sepulang sekolah tadi.

seusai makan malam yena berbaring disofa milik yuri sambil menonton tv sementara menunggu yuri yang sedang beberes didapur.

Tak berapa lama yuri datang dan ikut bergabung dengan yena.

" sini" seru yena

Yuri pun ikut berbaring disofa tersebut perlahan beringsut masuk kedalam pelukan yena, yuri menyandarkan kepalanya didada bidang yena.

Rasanya yuri tak ingin waktu cepat berlalu, ia ingin terus seperti ini menghabiskan waktu berdua dengan yena.

Namun ditengah rasa bahagianya karena yena, ternyata tetap saja masih ada yang mengganggu pikiran yuri sedari tadi.

" Yena" panggil yuri sambil memainkan jemari yena

" Hm?"

Yuri mencoba memberanikan diri untuk bertanya sekali lagi pada yena.

" tadi sore kamu kemana?"

Yena menundukkan kepalanya menatap heran yuri sambil tersenyum

" kan tadi sore aku juga udah bilang ke kamu mau kerumah hyewon" jawab yena

Jawaban yena masih sama, tapi yuri masih belum sepenuhnya yakin pada yena. Mau tak mau yuri harus memastikannya sendiri dengan menemui hyewon esok harinya.



ㅡㅇㅇㅡ

Three feet apart ; yenyul Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt