Bagian XVI

3.3K 218 7
                                    

"Kamu pengalami pendarahan lagi," perkataan ibu dokter membuat Gulita begitu menyesal. Pikirannya kalut setelah melontarkan semua yang ia pendam selama bertahun-tahun ini. Dan ia berakhir di kamar rawat rumah sakit lagi, setelah pingsan dengan aliran darah dikedua kakinya.

"Kamu gak kenapa-kenapa kan?" Suara itu entah mengapa begitu Gulita rindukan hingga ia langsung menoleh pada pria yang menjulang tinggi disampingnya.

"Hmm..." jawabnya singkat. Matanya menatap mata gelap itu begitu dalam.

"Kenapa disini?" Tanya Gulita tanpa memutus pandangan mereka.

"A..aku gak sengaja ikut Lintang kesini." Jawaban terbata itu diangguki Gulita.

"Kamu hamil?" Lanjutnya menatap mata Gulita lebih dalam. "Ya..." lagi-lagi jawaban singkat yang Gulita keluarkan.

"Anak siapa?" Genta benar-benar tak dapat memungkiri rasa penasarannya. Hingga ia tak bisa mengontrol bibirnya untuk bertanya. Gulita memutus pandangan mereka. Ia tolehkan kepalanya pada kaca jendela yang berada dibelakang Genta.

"Aku gak tau." Cukup lama terdiam akhirnya Gulita menjawab juga. Jawaban Gulita membuat raut wajah itu semakin meredup.

"O..oke." Hanya sahutan lemah itu yang dapat Gulita dengar dari remaja disampingnya yang masih setia berdiri.

"Kamu gak berpikir ini anak kamu kan?" Tanya Gulita mencoba menguatkan diri.

"Tadinya iya. Tapi aku sadar, bukan aku satu-satunya pria yang menghabiskan malam sama kamu." Dan jawaban Genta membuat Gulita tertampar kenyataan. Lihatlah Gulita, kau terlihat bagai wanita murahan dihadapan pria yang mulai kau jatuhi hatinya.

"Ya! Bukan kamu satu-satunya pria yang tidur denganku." Tegas Gulita menyembunyikan rasa remuk yang begitu menusuk hingga terasa sesak menghimpit dada. Sekali lagi. Rasanya Gulita jatuh pada rasa yang sama. Sakit hati dan merasa dijatuhkan. Ini yang ia benci pada dirinya sendiri! Ia begitu mudah menambatkan hati pada pria yang membuatnya merasa nyaman. Padahal ia tau, hatinya mudah rapuh terjatuh untuk kesekian kalinya.

"Aku mau istirahat. Bisa kamu pergi." Gulita mengucapkannya dengan nada biasa tapi Genta merasa itu menjawab pemikirannya, bahwa Gulita memang tak ada rasa apapun padanya.
.
.
.
.
"Lo beneran suka sama Lita?" Genta hanya menatap kosong wanita yang duduk dihadapannya.

"Ck! Genta kok lo bego sih! Masa perasaan sendiri gak tau!" Marahnya. Shera mengacak rambutnya asal melihat wajah Genta yang mendung dengan pandangan kosong.

"Aku masih gak paham! Kenapa bisa Genta, yang kata kamu adik kamu ini. Bisa sama kak Lita?" Tanya Lintang dengan kekakuan wajahnya.

Suasana meja makan dikantin rumah sakit yang mereka duduki jadi terasa begitu kaku dan canggung akibat pertanyaan lintang.

"Em, jadi gini," mulai Shera begitu ragu-ragu. Pasalnya wajah sang suami yang baru ia nikahi kemarin itu begitu dingin dan kaku.

"Bahkan wajah kalian gak ada mirip-miripnya!" Sekali lagi suara Lintang begitu tegas terdengar membuat Genta menunduk membuang nafasnya kasar.

"Saya memang bukan adik kandung Shera. Situasi yang membuat kami mengganggap diri kami bersaudara," jawab Genta mantap sambil menatap mata tajam Lintang.

"Biar gue aja, Gen, yang jelasin." Potong Shera ketika Genta hendak berbicara lagi.

"Jadi, Gulita itu teman sekampus aku dulu, sampai dia kontak aku di Instagram. Dia minta ketemu, dan akhirnya Gulita bilang, dia mau aku cariin dia gigolo yang bisa buat dia hamil. Dia tau profesiku dulu, begitupun semua anak kampus waktu itu. Karena itu juga, Gulita hubungin aku, karena dia pikir aku pasti punya kenalan gigolo. Dan yeah, aku kenal Genta. Dia anak rantauan, yang nyasar mengambil profesi itu." Cerita Shera membuat Lintang menatap Genta tajam.

"Saya terpaksa mengambil pekerjaan ini. Keluarga saya berantakan. Bapak sudah lama pergi, Ibu saya hanya penjual gorengan dan Mas saya terjerat kasus narkoba. Saya ingin Mas saya sembuh, karena itu saya merantau untuk mencari pekerjaan. Tapi, mencari pekerjaan tak semudah itu. Sedangkan Mas saya sudah mulai direhabilitasi dan kami harus mempunyai uang untuk itu. Hingga saya bertemu Shera diklub waktu itu. Saya tau apa pekerjaan Shera, dan saya meminta untuk dikenalkan pada para wanita yang sekiranya bisa memberikan saya penghasilan." Suara Genta begitu lirih saat menceritakannya. Pandangannya terus tertunduk kebawah, merasa malu pada Lintang yang sedari tadi menatapnya tajam.

Lintang menghembuskan nafasnya kasar. Ia mengusap wajahnya dengan menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi.

"Sekarang kak Gulita hamil anak kamu?" Tanya Lintang dengan frustasi.

"Tidak tau." Jawaban Genta membuat Lintang langsung menegakkan tubuhnya.

"Saya memang orang pertama bagi Gulita. Tapi, bukan saya satu-satunya yang bersama dengan dia." Perkataan Genta membuat tubuh Lintang langsung merosot lelah.

"Kenapa jadi begini?" Tanyanya begitu lirih dengan tangan memijat pelipisnya pelan. Diujung matanya keluar setetes air mata yang langsung membuat Shera mengelus tangan suaminya itu pelan. Ia tau, Lintang begitu terpukul akan keputusan dan tindakan Gulita.



Assalamu'alaikum👐🏻
Dimohon untuk tidak mencontoh apa yang buruk dari kisah ini🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Jadi, draft ku dah abis. Habis ini gak bisa up tiap hari lagi deh kaya kemarin-kemarin wkwkwk

Terima kasih untuk yang sudah mampir, vote dan komen🙏🏻👍🏻

Be my friends on
Instagram: Ibugenius
Line: genusthenu
🤗

Wassalamu'alaikum🤗

Gulita Yang Menerang (TAMAT)Where stories live. Discover now