Bagian II

5.4K 322 4
                                    

Tapak sepatu tertinggal di keramik yang ia lewati. Malam ini keputusannya sudah bulat. Ia akan menemui teman semasa kuliahnya untuk meminta bantuan.

"Gue pikir lo gak jadi, Lit." Seruan itu menyambut Gulita yang baru sampai dihadapan wanita yang sedang duduk di sofa tempat itu.

"Jadi... gue udah pikirin ini beberapa hari. Dan gue ambil pilihan lo." Ucapnya sambil terduduk dihadapan teman kuliahnya itu.

Pandangannya tertuju pada puluhan manusia yang sedang asik menggila dibawah sana. Suara musik berdentum keras itu tak terlalu terasa di lantai dua ini. Apalagi lantai ini terlindungi lapisan kaca transparan.

"Namanya Genta remaja 19 tahun pengangguran yang beranggapan mencari kerja itu susah. Karena itu juga dia ambil profesi ini." Ucap wanita itu lagi menyadarkan Gulita dari pandangannya.

"Remaja?! Lo gila! Gua gak mau! Gak ada yang lain apa?" Ucapnya keras dengan gurat amarah.

Yang benar saja! Ia tak suka pria yang berusia dibawahnya! Sifat mereka terlalu kekanakan dan merepotkan.

"Udah lah sama Genta aja. Dia oke, servicenya mantap, dan pasti Genta ini lebih pengalaman dari pada lo! Lagi juga, kapan lagi kan lo ngerasain daun muda. Sp**ma remaja katanya lebih produktif bikin anak lhoo!" Wanita itu mengatakannya dengan sedikit bisikan agar percakapan mereka tak terdengar orang lain.

"Tapi gue gak mau sampai dia tau rencana gue!" Tegas Gulita yang diangguki wanita itu. "Sip. Dia gak akan tau kok sama rencana lo. Gue bisa jamin itu."

"Oke. Kalo gitu suruh dia dateng malam ini juga ke apartement gue. Gue tunggu." Setelah mengatakan itu Gulita pun beranjak dari duduknya. Ia tinggalkan tempat itu yang semakin menggila di setiap detiknya.
.
.
.
.
Cemas, gelisah, takut, dan lain sebagainya yang ia rasakan sekarang. Ia takut! Ya, iya takut! Gulita takut namun ia ingin melakukannya.

Ia akan mendapatkan malaikat kecil itu segera jika ia melakukannya bersama remaja yang telah dipilihkan temannya itu. Bukan teman juga sebenarnya. Gulita hanya mengenal Shera karena mereka satu jurusan semasa kuliah. Ia mengenal Shera karena wanita itu terkenal akan pekerjaannya yang seorang wanita panggilan. Ya, mereka semua tau itu. Dan Gulita yakin, wanita itu pasti mengenal juga pria yang rela memberinya rasa itu. Tanpa harus ada rasa cinta dan sebagainya.

"Em.. maaf, kamu Gulita?" Sapaan lemah lembut itu menghentak Gulita yang sedari tadi memandang keluar dinding kaca. Ia sangat menikmati hamparan kerlap-kerlip dibawah sana.

Gulita berbalik, menatap pria yang berdiri tak jauh dari dirinya. Tenyata remaja itu tampan dengan postur tubuh tinggi dan kekar. Ah, tampangnya memang laku dipasaran. Ia sangat yakin itu. "Ya, saya Gulita. Bisa kita mulai sekarang?" Tanyanya tanpa basa-basi. Ia hanya ingin merasakannya sekali dan mendapatkan malaikat kecilnya tanpa sosok pria yang akan mengusik dan mematahkan hatinya.

Gulita berjalan mendekati meja bar, ia tegak habis gelas beirisi air itu dalam sekali tegukan.

"Apa... tidak ingin..." ucap pria itu belum selesai namun Gulita sudah kembali berjalan, kali ini perempuan itu mendekatinya. Mengikis jarak mereka.

"Saya tak suka basa-basi. Cepat lakukan dan pergi setelah itu." Tegasnya. Dan tanpa banyak bicara Gulita menerkam bibir pria itu dengan buas.

"Sttt... cepat Genta! Tubuh saya panas." Desisnya keras saat pagutan mereka terputus.

"Apa yang kamu minum?" Tanya Genta kebingungan. Pasalnya perempuan itu berlagak sangat agresif.

"Obat perangsang." Jawab Gulita sambil memejamkan matanya. Tanpa menunggu Genta ia lepas satu persatu pakaiannya. Ia lempar asal kaos basket yang ia pakai, lalu menyentak cepat celana pendeknya.

"Kenapa kamu minum itu?" Tanya Genta semakin penasaran. Ia teliti setiap inci tubuh perempuan yang ada dihadapannya. Tubuhnya tambun dengan gurat dermatik tercetak jelas pada lengan, perut, dan pahanya. Ia bukan tepinya sama sekali. Namun demi pekerjaannya, Genta harus mau memberikan apa yang dipinta perempuan yang ada dihadapannya ini.

"Karena saya tak bisa melakukannya dalam keadaan sadar." Ucap Gulita berat dengan mata tertuju pada pria itu.

Alkohol dan obat perangsang itu benar-benar membakar tubuhya. Ia tak kuat lagi, ia lepas penutup dadanya dan meleparnya asal. Ia terjang Genta kuat hingga remaja ia terjatuh disofa. Dan malam itu, Gulita mendapatkan apa yang ia mau. Ia melakukannya bersama dengan Genta dengan bayaran yang cukup mahal.

Namun, untuk mendapatkan malaikat kecil yang selalu ia impikan, Gulita tak perduli seberapa banyak ia menghabiskan tabungan hasil jerih payahnya. Ia akan mendapatkan hadiahnya setelah ini. Pasti!



Assalamu'alaikum👐🏻
Dimohon untuk tidak mencontoh apa yang buruk dari kisah ini🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Terima kasih untuk yang sudah mampir, vote dan komen🙏🏻👍🏻

Be my friends on
Instagram: Ibugenius
Line: genusthenu
🤗

Wasalamu'alaikum🤗

Gulita Yang Menerang (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora