Bagian VI

3.7K 229 0
                                    

DIRGAHAYU INDONESIA KE-74 UNTUK KITA SEMUA🎉🇲🇨


Tubuhnya tersentak kuat karena tarikan ditangannya. "Lo tuh bikin malu tau gak! Jelek! Gendut! Gak tau diri lagi! Awas aja kalau sampe kak Firda mutusin gue karena lo. Lo tunggu akibatnya." Teriakan dan makian gadis itu ia terima. Apa yang salah dengan menjatuh kan perasaannya pada pria itu.

Ia tak memintanya, ia hanya menuruti kata hatinya yang telah jatuh pada pesona pria itu. Dan bukan salahnya juga kan! jika pacar pria itu tau dan marah. Salahkan saja teman sekelas mereka yang terus membahasnya. Tak peduli disana ada Firda kakak kelas satu tingkat mereka sekaligus pacar pria itu, atau tak ada dia.

Salahkan juga temannya yang menyebarkan tentang perasaannya. Ia hanya suka diam-diam, menatap pujaannya dalam diam sambil berkhayal suatu saat ia bisa bersanding dengan pria itu.

Tapi semua tak berlaku, teman sebangkunya mengatakan itu pada teman Adit. Hidupnya mulai tak nyaman, masa sekolahnya terasa mencekam dan kejam karena hinaan dan makian. Tawa hinaan mereka mengiringi masa putih birunya yang membuatnya tak percaya akan siapapun lagi.
.
.
.
.
Siapa sangka, ia berniat menjauh dari pria itu. Ia berniat mengakhiri bibir pedas pria itu setelah mereka lulus dan memasuki putih abu-abu. Namun takdir, kembali mempertemukan mereka. Jurusan yang sama namun berada dikelas yang berbeda tak menyulutkan hinaan Adit yang merasa Gulita masih memendam rasa padanya, hingga gadis tambun itu memasuki sekolah yang sama dengan jurusan yang sama pula.

Sungguh, Gulita ingin berteriak pada pria itu jika mereka bertemu kembali hanya kebetulan. Apa ia pikir hatinya terbuat dari baja hingga semua yang ia alami membuatnya masih memendam rasa yang sama pada pria bermulut pedas itu. Tidak! Rasanya telah mati bersama makian dan hinaan yang telah ia alami!

Tapi pria itu sama sekali tak mendengarkan ucapannya. Ia sibuk mencaci dan memaki yang membuat Gulita memendam dalam.
.
.
.
.
Entah ada apa pagi ini, hingga Gulita yang tak pernah keluar untuk lari pagi. Justru mengelilingi taman apartementnya yang lumayan luas.

Genta, pria itu masih tertidur di apartementnya namun ia justru memilih berlari. Ia seorang freelancer yang tak seperti orang-orang lain yang bekerja di hari kamis pagi ini.

Merasa lelah, Gulita berhenti berlari. Padahal ia baru berlari satu kali putaran namun rasanya jantungnya memompa dengan begitu cepat. Olahraga yang paling mengasikkan memang hanya bersama Genta bukan lari begini, pikir Gulita.

Ia duduk dibangku taman sambil meminum air mineral yang dibawanya. Merasa cukup, Gulita pun melakukan pendingin 15 menit sebelum memasuki gedung apartementnya.

Memasuki lift, Gulita bersandar pada dinding lift. Menengok penampilannya pada kaca lift, Gulita pun menggerai rambutnya lalu menguncirnya kembali dengan lebih rapih. Mengelap peluh pada keningnya dengan lengan jaket yang ia kenakan.

Astaga! dan kenapa ia memakai trening pendek ini. Lemak pahanya sungguh terlihat bergelayut yang membuatnya sedikit menunduk malu.

Melihat sekeliling lift, ia sadar bukan hanya ia yang berada didalamnya. Ada seorang wanita tua di dekat pintu lift dan pria yang berada di sisi kiri.

"Gulita, kan?" Sapanya saat tatapan mereka bertemu. Kenapa harus bertemu dengannya! Kesal Gulita.

"Hm." Jawab Gulita acuh dan memutus tatapan mereka. Ia memilih memandang pintu lift yang baru saja terbuka di lantai tiga.

Wanita itu keluar, menyisakan mereka berdua.

"Lama ya, gak ketemu. Lulus SMK lo langsung ilang aja." Cetus pria itu sambil menatap Gulita. Ia bersandar pada dinding lift dengan bersedekap tangan didada. Menatap Gulita dengan tatapannya yang Gulita sangat tau, begitu mencemooh.

"Lo makin gendut aja ya." Dan benarkan! Gulita tak menanggapi. Ia memilih menyandarkan tubuhnya pada dinding lift dan meminum sisa air putihnya.

"Lo berubah bisu, ya?" Ucapnya semakin tajam. Beruntunglah lift terbuka tepat dilantai sembilan. Ia pun langsung keluar tanpa menjawab bibir pedas itu.

"Lita!" Panggilnya keras saat Gulita sudah berada didepan pintu apartementnya.

Gulita tak ingin berbalik, tapi tarikan Adit pada bahunya membuatnya berbalik dengan keras. "Lo beneran bisu ya!" Gertaknya keras.

"Gak ada urusannya sama lo!" Jawab Gulita ketus. Ia pun menyentak lengan Adit keras yang menahan bahunya berbalik dan terkejut sesaat.

"Abis dari mana?" Tanya Genta saat ia membuka pintu sudah ada Gulita dihadapannya.

"Taman." Jawab Gulita seadanya. Ia tak ingin berbicara dihadapan pria menjengkelkan yang masih berada di belakangnya.

"Oh... lo sekarang mainnya sama anak ingusan!" Suara keras Adit menghentikkan langkah Gulita. Ia berbalik dan mendorong kasar pria itu hingga menubruk tembok dengan keras. Berjinjit sedikit dan melumat bibir pedas itu. Sungguh, Gulita sangat emosi dibuatnya sedari tadi.

Adit terpaku, apalagi Genta yang menyaksikannya. Matanya terus berkedip tak percaya.

Sangat rakus dan kasar namun pria itu memejamkan matanya juga, mengikuti alur yang dimainkan Gulita pada bibirnya. Baru ia akan membalas, bibir bawahnya terasa mengeluarkan cairan yang membuatnya merasa ada rasa besi dan perih sekaligus.

Mendorong kasar bahu Adit, Gulita melepasnya. Dengan nafas yang memburu keras ia berbalik dan mendorong Genta untuk masuk kembali kedalam apartementnya. Membanting pintu, Gulita berjalan cepat kesofa. Ia jatuhkan tubuh tambunnya keras disana.

Nafasnya masih memburu, kepalanya menengadah keatas. Ia emosi dan kehabisan nafas sekarang.

"Kamu gak kenapa-kenapa?" Tanya Genta dengan cicitannya. Wajah Gulita terlihat begitu keras dengan nafas yang masih memburu. "A..air." Jawabnya dengan kesusahan.

Genta pun mengerti, ia pun mengambilkan Gulita segelas air dan menyerahkannya pada wanita itu.

Dengan rakus Gulita menegaknya hingga tandas. Merasa Gulita mulai tenang dengan deru nafas yang sudah normal kembali. Genta kembali bertanya, "tadi siapa?" Membuatnya langsung mendapat tatapan tajam Gulita.

Genta terkejut dengan tatapan itu, namun ia kembali bersikap biasa. Ia menyamankan duduknya pada sofa. "Pernah sekelas dulu." Jawaban Gulita menghentikan Genta yang bergerak-gerak dalam duduknya. Ia terdiam dan mengangguk. Oke, katakanlah teman sekelas dulu. Tapi, kenapa ia menciumnya? Tanya Genta yang tak berani ia keluarkan sekarang.

Ia hanya bertanya begitu saja, Gulita sudah menatapnya segitu tajam, apalagi ia menanyakan alasan wanita itu mencium teman sekelasnya itu kan.



Assalamu'alaikum👐🏻
Dimohon untuk tidak mencontoh apa yang buruk dari kisah ini🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Terima kasih untuk yang sudah mampir, vote dan komen🙏🏻👍🏻

Be my friends on
Instagram: Ibugenius
Line: genusthenu
🤗

Wasalamu'alaikum🤗

Gulita Yang Menerang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang