5. Bahaya

169 15 0
                                    

***
Author's POV.

Sevanya menggigit kukunya selagi menunggu Leon datang. Ia terus saja duduk di dalam kelas dan tidak berani keluar dari kelas. Bahkan ia rela datang sekolah dengan begitu cepat hanya untuk menunggu Leon. Ia terlihat sibuk dengan ponsel yang sedang dipegangnya berharap ada balasan dari seseorang.

Ia menundukkan kepalanya berharap langkah kaki seseorang yang sedang ia tunggu itu mendekati dirinya. Bahkan air matanya sekarang memaksa ingin keluar tetapi ia tetap menahannya.

Tidak lama langkah kaki seseorang mengarah ke arahnya menandakan seseorang masuk ke dalam kelasnya. Ia menengadahkan kepalanya berharap kalau itu adalah Leon, seseorang yang sedang ia tunggu. Senyum di wajah Sevanya pun merekah seraya melihat wajah yang sangat ingin ia lihat itu mendekati dirinya. "Kok lama banget si!!" Omelnya seraya memukul bahu Leon saat Leon hendak duduk di sampingnya.

Leon meringis karena pukulan yang cukup keras dari Sevanya, "Aw! Sakit tau!" Omelnya balik. Sevanya hanya membuang muka sambil mencoba mengelap air matanya agar Leon tidak melihat dirinya yang hampir menangis.

"Lagian kayak penjaga sekolahan aja dateng sepagi ini," dengus Leon. Mata Sevanya melotot mendengar ucapan Leon. "Heh! Gue sampe gak bisa tidur karena mikirin hal ini! Makanya gue cepet-cepet dateng ke sekolah biar ketemu ama lo! Kalo gak penting mah gue juga ogah kali!" Cerocos Sevanya.

Leon melipat kedua tangannya di dada dan menatap mata Sevanya dengan begitu serius yang membuat Sevanya terdiam karena melihat ekspresi serius yang diberikan sahabat sekaligus musuhnya itu. "Mana nih Sevanya yang kemarin? Ini yang di depan gue siapa si? Perasaan gue kemaren ketemu Sevanya yang kalem dan baik hati. Apa lo semacam bunglon yang berubah sikapnya di tempat tertentu?" Sindir Leon.

Sevanya menatap sinis Leon, "Enak aja! Gue bukan bunglon ya!"

Leon menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tuhkan makin galak," ucap Leon sambil bergidik ngeri. Sevanya makin memberi tatapan sinis kepada Leon lalu mengedikkan bahunya. "Lagian kok lama banget si!!" Omel Sevanya lagi dan lagi. "Ya Allah, Sevanya Keli guk guk guk!! Masih ngomel aja!!" Omel balik Leon.

Mata Sevanya melotot mendengar ucapan Leon yang memain-mainkan namanya, "SUMPAH YA HOBBY  BANGET LO BIKIN KESEL ORANG!!" Teriak Sevanya lalu memukul Leon kembali. "AW! Udah kek mukulnya!" ucap Leon meringis kesakitan. Sevanya melipat kedua tangannya di dada lalu membuang muka. Leon tersenyum kecil melihat tingkah Sevanya yang kesal kepadanya. Manis pikirnya.

Leon pun membujuk Sevanya untuk sementara waktu berhenti beradu mulut dan tetap fokus terhadap tujuan awal mereka. Terhadap rencana  rahasia mereka. Sevanya mengangguk menyetujui perkataan Leon lalu menghela napas yang panjang, Leon menaruh kepala Sevanya ke pundaknya untuk menengkannya. Sevanya pun menangis sejadi-jadinya.

*
Sevanya sekarang menuju ke toilet sekolahnya untuk mencuci mukanya karna tadinya ia menangis saat bersama Leon. "Aduh cengeng banget sih gue," ucapnya sambil membasuh mukanya dengan air. Tidak lama terdengar seseorang yang keluar dari salah satu bilik di kamar mandi sekolahannya. Perempuan tersebut berjalan menuju wastafel di mana Sevanya berada. Sevanya dapat melihat perempuan tersebut dari kaca wastafel ini, ia menghentikan tangannya saat melihat perempuan tersebut. Mood Sevanya makin buruk karna bertemu dengan perempuan yang sangat ia tidak sukai itu.

Nara.

Dia adalah Nara Pandhita.

Sevanya pun mempercepat aktivitasnya dan melangkah pergi keluar dari toilet. Sevanya menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Nara. "Lagaknya seperti primadona. Merasa hebat?" Sevanya tersenyum sinis mendengarnya. "Dia nyindir aku?" Sevanya berusaha menahan diri untuk tidak membalas perkataan dari Nara. "Dikelilingi para cowok-cowok bikin lupa diri kali ya."

Cotton Candy GirlWhere stories live. Discover now