(Ina) Sp. Part 1 ❌❌❌

3.7K 171 19
                                    

Buat kalian #TeamSemeKongpob , minggir kelean semua! Hujat aja aku sepuasnya!

Buat #TeamSemeArthit , jangan baca di tempat umum ya (:

Rasanya aku ingin menyumput di balik semak labirin saja ):

.
.
.
.
.

Kejadian mengharukan di taman bermain tadi ditutup dengan kepulangan Kongpob dan Arthit ke asrama kampus. Arthit memarkir asal motornya di pekarangan gedung, berpikir setelah mengantar Kongpob sampai depan kamarnya, ia akan kembali ke kamarnya sendiri, dan tentu saja memarkir si merah gagah perkasa itu dengan rapi di tempat seharusnya.

Kongpob menunggu Arthit yang sedang mengunci motornya. Memeluk helm yang sudah lama juga tak ia pakai sejak keduanya berpisah di jembatan Rama. Ia memerhatikan sekelilingnya yang sudah tampak sepi. Jelas saja, sudah hampir pukul 10 saat ia melirik perlenganan tangannya.

Selesai berurusan dengan si merah, Arthit beralih menggenggam tangan Kongpob, menuntunnya masuk ke gedung dorm. Keadaan sunyi membantu keduanya menenangkan detak jantung masing-masing juga. Arthit melepas tautannya sesampainya mereka di depan pintu kamar Kongpob. Pacarnya itu merogoh tas, kemungkinan mencari kunci kamarnya, kemudian membuka pintu di depan mereka setelah dapat.

Kongpob masuk satu langkah, menaruh tas dan helm yang sedari tadi dipegangnya asal. Arthit melirik kiri-kanannya, kembali menggenggam tangan Kongpob yang hampir hilang ke balik pintu, memanggil namanya, "terimakasih sudah menerimaku kembali." Senyumnya mengembang, lesung tercetak jelas pada pipinya, ibu jarinya mengusap-usap punggung tangan kekasihnya. "Aku tidak ingin berjanji lagi, aku takut mengingkarinya. Jadi, biarlah kita menjalani setiap harinya, dimana aku menjaga kamu sebaik yang aku bisa." Senyum Kongpob mengembang juga, "aku juga! Aku juga mau menjaga p'Arthit setiap harinya sebisaku! Boleh kan?" Arthit terkekeh, kemudian mengangguk.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Besok pagi aku akan membawa sarapan kesini, oke? Jadi jangan makan duluan tanpa aku." Ia mengusap pucuk kepala Kongpob dengan gemas. Tapi lelaki didepannya ini justru memasang raut wajah kelam, bibirnya mengerucut, maju lima centi. "Ada apa, hm?" Arthit menyadari perubahannya, bahkan genggaman ditangannya tak dilepas.

"P'Arthit... ngg.. tidak... tidak..." mata Kongpob menatap ke segala arah kecuali depan. Ia terlalu gugup untuk meminta, tetapi terlalu tak rela melepaskan. "...itu..."

"Hm? Katakanlah dengan jelas, sayang.." Arthit berkata lembut, Kongpob-nya yang pemalu datang lagi!

"...itu.. apa p'Arthit tidak...maumenginapdisini saja?"

"Hah? Apa? Apanya yang 'saja'?" Kali ini seorang yang lebih tua diantara mereka benar-benar tak menangkap kalimat cepat nan pelan itu. Itu jujur, tidak bermaksud menggoda.

"Ah, sudahlah, p'Arthit mau pulang kan? Sampai jumpa!" Kongpob hendak menarik tangannya, namun gagal. Arthit masih betah memegang tangannya.

"Tunggu.. goodnight kiss ku mana?" Arthit menggembungkan pipinya dengan lidah dari dalam mulutnya, menyodorkannya ke arah lelaki di depannya.

"Go—goodnight kiss apa sih?!" Pipi tan-nya terhiasi semburat merah, sungguh menggemaskan, ia berusaha lagi menarik tangannya yang sedari tadi masih setia di dalam tangan Arthit.

Arthit membalikkan lagi wajahnya, melepas tautan tangan keduanya, "ya sudah kalau tidak mau, aku pulang saja." Biasanya dengan wajah super masam yang dibuatnya akan membuat hati Kongpob luluh dan menuruti keinginannya. Benar saja, kini lelaki tan didepannya menggaruk tengkuk salah tingkah, melirik kiri-kanan koridor, kemudian dengan sangat cepat menarik tengkuknya dan mengecup bibirnya sekilas.

✔️ (INA) INNOCENT [KONGPOB x ARTHIT]Where stories live. Discover now