15. The Choice (End)

2.4K 237 62
                                    

BLOOD BOUND

The Choice

Play the music~

Beberapa hari berlalu, dan itu semua tampak seperti mimpi buruk. Kento sudah mati dan Jisoo terus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Kento. Berita tentang Carlisle dan Jace yang dicap sebagai pengkhianat Vampir menyebar, mereka dieksekusi karena membunuh Kento. Ten selamat karena Taeyong turun tangan untuk membelanya.

Lebih buruk lagi, Jisoo telah menemukan fakta bahwa ia akan mati sebentar lagi. Menurut pengetahuan, Manusia berdarah biru tidak akan bertahan hidup lewat usia delapan belas tahun.

Jisoo sekarang sedang berdiri didalam kabin yang terletak di lapangan Salvatore Manor bersama Taeyong, dan dia terus meminta Jisoo untuk memilih antara menjadi Vampir atau menjadi bagian dari kematian.

"Kamu tidak bisa menuntutku untuk memilih menyerah dengan kehidupan yang aku tahu dan menjadi Vampir, Taeyong. Itu tidak adil." Jisoo menatap Taeyong dengan tatapan kecewa.

Taeyong berdecak. "Jadi kamu rela mati? Kamu bersedia menyerah untuk hidupmu? Itu sama saja seperti memilih untuk bunuh diri daripada bertahan hidup."

Suara dehaman halus terdengar dari pintu kabin, memutuskan perdebatan Taeyong dan Jisoo.

"Aku tahu aku akan menemukan kalian disini." Ujar Elena, ia berdiri diambang pintu kabin yang terbuka lebar. Jisoo dan Taeyong menoleh padanya.

"Aku benci untuk menyela, tapi ini waktunya penguburan Kento. Jisoo, aku telah meninggalkan beberapa hal untuk kamu kenakan di kamarmu," Elena tersenyum lembut kearah Jisoo. "Kau akan datang, ya kan?"

Jisoo menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Elena. "Aku tidak tahu bagaimana kau bisa berdiri untuk melihatku. Aku membunuhnya."

Elena menggeleng, pelan. "Kau dan aku tahu itu tidak benar. Carlisle dan Jace yang membunuh anakku. Kento pasti ingin kau ada disana untuk melihatnya di tempat peristirahatan terakhirnya. Kami ingin kau ada ada disana. Karena kau adalah bagian keluarga kami sekarang."

"Tentu saja. Tentu saja, aku akan datang. Biarkan aku pergi dan berpakaian." Jisoo menganggukkan kepala dengan lemah.

Elena tersenyum tipis lalu beralih menatap ke putranya. "Taeyong, kau juga diharapkan untuk datang."

Taeyong menyusutkan bahu dengan sedih karena kehilangan saudaranya. Elena membawa Taeyong ke dalam pelukannya dan membelai lembut rambut hitam sang anak.

"Semuanya akan baik-baik saja." Bisik Elena, matanya memancarkan kesedihan. Ia seolah menenangkan dirinya sendiri.

"Tentu tidak. Kita tidak hanya kehilangan Kento. Jisoo juga akan mati." Bisik Taeyong di pelukan sang Ibu. Tangannya berada di punggung Elena dan mengusap lembut.

Elena melepas pelukannya dan beralih menatap Jisoo dengan alis yang terangkat. "Apa itu benar?"

"Ya, Yang Mulia." Jawab Jisoo, dengan anggukan kepala yang pelan.

"Ya sudah, kita hanya perlu mengubahmu."

"A—"

Elena mengangkat satu tangannya dan membuat Jisoo mengunci mulutnya lagi. "Kita akan membicarakan ini nanti. Sekarang waktunya untuk menghormati Kento."

Elena berbalik dan pergi dengan sekejap.

Jisoo mengulum bibir dengan bahu yang merosot. "Kamu dengar apa yang Ratu katakan tadi, kita diharapkan datang." Ujar Jisoo pada Taeyong.

Blood Bound ☞Taesoo☜ {COMPLETE}Where stories live. Discover now