10. What Are We?

1.6K 233 18
                                    

BLOOD BOUND

What Are We?

"Apa dia mati?" Jisoo menatap takut-takut pada siluet Seungcheol yang ada dibawah lampu penerang jalan. Ia dan Taeyong langsung berlari menghampiri Seungcheol yang terkapar.

Harusnya malam ini adalah malam yang menyenangkan, bermain Bowling dengan teman-teman. Sebaliknya, Carlisle muncul dan menimbulkan kekacauan. Carlisle menawarkan Taeyong pertukaran hadiah. Carlisle menginginkan Jisoo, sebagai gantinya Taeyong mendapatkan Seungcheol kembali.

"Seungcheol. Seungcheol. Are you okay?!" Tanya Taeyong dengan panik.

Seungcheol tidak bergerak, dan lehernya terpotong dari telinga ke telinga. Darahnya ada dimana-mana.

"...Tolong aku." Gumam Seungcheol. Ia terengah-engah untuk terakhir kalinya dan menundukkan kepalanya ke samping.

Jisoo berlutut dan tangannya menutupi luka Seungcheol di lehernya yang menganga.

"Kita harus menghentikan pendarahan ini. Periksa apakah dia masih hidup." Ujar Jisoo pada Taeyong.

Taeyong tidak merespon. Jisoo bahkan tidak yakin apakah pria itu mendengarnya.

"Taeyong! Jika kita tak melakukan apapun, dia akan mati!" Jisoo membentak Taeyong, berusaha menyadarkan pria itu dari kepanikannya.

"Ini!" Taeyong memberikan seikat handuk pada Jisoo sembari berlutut di sisi Seungcheol untuk merasakan denyut nadi.

"Ada disini. Tapi terasa lemah. Dia tidak akan bertahan ketika Kento sampai disini." Kata Taeyong ketika ia menemukan denyut nadi Seungcheol di pergelangan tangannya yang penuh darah.

"Ada sesuatu yang bisa kita lakukan. Darahku." Suara Jisoo terdengar suram sama seperti wajah gadis itu.

"Tidak! Inilah yang Carlisle mau. Dia ingin bukti kalau kau adalah darah biru." Sahut Taeyong, ia menggeleng cepat.

"Taeyong, kita harus menyelamatkannya! Jika aku tidak melakukan ini, Seungcheol akan mati. Kau mau dia mati?"

"Tidak! Astaga, tidak. Jika Carlisle sedang melihat kita entah dari manapun saat ini, dia akan tahu apa yang kau lakukan. Kau akan berada dalam bahaya yang lebih besar."

"Taeyong, aku harus melakukan ini. Aku tidak bisa membiarkan Seungcheol mati karena Carlisle menyentakkan kita." Jisoo bersikukuh dan menatap Taeyong dengan tajam. "Jika Carlisle sedang melihat kita, biarkan saja. Karena aku akan menyelamatkan hidup pria ini." Sambung Jisoo dengan geraman.

"Fine. Tapi tolong, berhati-hatilah. Kau tidak bisa memberinya darah terlalu banyak." Sahut Taeyong, ia mengangkat tangannya dari Seungcheol.

Dengan gemetar, Jisoo menurunkan pergelangan tangannya ke mulut Seungcheol. Jisoo berdoa dalam hati agar Seungcheol segera sembuh sebelum ia pingsan.

"Dia tidak mengigitku." Jisoo mengerutkan kening, walaupun pergelangan tangannya sudah menempel di mulut Seungcheol, tapi pria itu tidak mengigit sama sekali.

"Dia mungkin sudah terlalu lemah." Taeyong menggeram.

"Aku tak tahu apa yang harus dilakukan jika dia tidak segera mengigitku." Ujar Jisoo.

Taeyong memberikan tatapan meminta maaf dan penyesalan pada Jisoo, sebelum ia meraih pergelangan tangan gadis itu dan dan mengiris kulit Jisoo dengan giginya.

"Fuuuuuu-!" Jisoo terkejut.

"Maaf. Jika aku memperingatkanmu, itu akan lebih menyakitkan. Ini, tahan saja ini di mulutnya." Kata Taeyong, ia menjauhkan pergelangan tangan Jisoo yang berdarah karena gigitannya.

Blood Bound ☞Taesoo☜ {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang