Chapter 5 - On Pins and Needles

640 115 31
                                    

Survival Tips No.5 :

  Pilihlah transportasi yang paling kompitibel untuk menyintas. Jangan asal memilih, karena kendaraan yang aman akan membawa nyawamu ke tempat yang aman pula.

Aku punya ingatan yang buram jika membayangkan memori masa kecil, seperti benar-benar kelam jika mengingatnya kembali, tetapi tidak begitu buruk sewaktu menjalaninya dulu

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Aku punya ingatan yang buram jika membayangkan memori masa kecil, seperti benar-benar kelam jika mengingatnya kembali, tetapi tidak begitu buruk sewaktu menjalaninya dulu. 

Teman semasa kecilku pernah menceritakan satu dongeng yang ia dengar dari ibunya tatkala menjelang tidur, tentang seorang pria dengan bahteranya yang ia bangun seorang diri lalu ia jejalkan dengan puluhan atau mungkin ratusan pasang hewan karena tak ada manusia yang percaya padanya saat pria itu bilang : akan ada air bah yang merundung muka bumi. 

Kira-kira tujuh hingga delapan tahun lalu, aku pernah mengendap-endap dan mengintip ke balik kaca laboraturium yang tebal. Samar-samar, aku melihat mahkluk aneh setinggi beruang dengan permukaan kulit hitam semengkilap baja. Mahkluk itu menggeram sambil berusaha melepaskan lapisan lengket menjijikkan yang menutupi sebagian tubuhnya dengan kuku-kuku panjang bagai pisau. 

Di tengah ruangan yang redup itulah, aku ingat betul bagaimana matanya yang menyala bagai api tiba-tiba melayang ke arahku. 

Aku yang masih berumur 10 tahun saat itu cuma takjub tetapi membeku di kursi rodaku sambil berpikir, jika aku mengatakan pada orang-orang dewasa di luar sana bahwa ada hewan berbahaya yang terkurung di salah satu bilik balai riset—apakah ada satu saja yang percaya padaku? Seperti cerita Nuh dan kapal bahteranya?

"Kau yakin dia masih hidup? Badannya kaku seperti bangkai kucing."

Pertanyaan ketus itu bagai air mendidih yang merembes masuk ke dalam mimpi. Aku sontak membuka mata dan menghabiskan lima detik untuk menyadari cowok yang bersedekap menatapku tajam adalah Yoon Dowoon. Benar-benar hanya si bocah Yoon Dowoon yang sedang cemberut dan alisnya sibuk naik-turun.

"Hyung! Ternyata Chaeron masih hidup!" Suara bass-nya yang keras bergema mengisi ruang-ruang kosong. Suara mengerikan itulah yang baru saja menyelinap masuk memporak-porandakan mimpi burukku.

"Aku tidak pernah bilang padamu kalau Chaeron sudah mati!" Balas Wonpil berteriak tapi sosoknya tak dapat kutemukan dimanapun.

Dowoon mendengus cukup keras dan yeah, aku tahu mengapa. Bocah ini menyimpan rasa ketidaksukaannya padaku atau yang lebih parah, dia mungkin membenciku. Aku dapat merasakan itu dari tatapannya yang dingin dan raut wajahnya yang selalu saja ketus, "Kenapa cemberut setiap melihatku? Rahangmu bermasalah?!" Tanyaku berusaha terdengar garang.

Kelewat dramatis, Dowoon mencengkram dada dengan kedua tangannya, "Jadi semenyakitkan ini rasanya menerima komentar Body Shamming?"

"Huh, apa?" Aku mendudukan diri perlahan di tempat aku terbaring sebelumnya—sofa panjang beludru berwarna coral (ternyata berwarna merah tetapi ber-mimikri menjadi warna coral) yang diselimuti debu.

EUCATASTROPHE | Day6حيث تعيش القصص. اكتشف الآن