39. Pergi dan tak akan kembali

1K 20 2
                                    

Brak!

Refleks semua orang yang berada di dalam ruangan itu tersentak dengan dobrakan pintu yang dilakukan oleh Cakka itu. Bahkan Gabriel dan Rio yang mengekornya dari belakang saja juga ikut terkejut karenanya.

"Apaan sih lo?! " Rio menatap tajam Cakka yang cuman nyengir tanpa dosa. Si rambut merah itu bergegas menyeret langkahnya mendekat ke arah Alvin. Cengiran di wajahnya hilang berganti dengan sebuah tatapan sendu darinya.

"Al, bilang sama gue kalo elo enggak akan nyerah sekarang?! Semua yang Iyel bilang bohong kan, Al? " Alvin diam tak bergeming, semua terlalu abu-abu baginya.

"Kka? Maksud lo apaan sih?! " tanya Agni terhenyak. Gadis itu tidak paham apa saja yang sudah dikatakan Gabriel pada cowok berambut merah mencolok itu.

"Kka! Berhenti! " seru Rio memperingati, tapi Cakka tak peduli lagi. Ia ingin jawaban keluar dari mulut Alvin. Ia ingin semuanya menjadi jelas.

Alvin menarik napas sebelum memutuskan sesuatu. "Gue mau bikin one day with you all tapi janji ya? Setelah ini enggak usah nangis nangis lagi. "

"Al .... " Tubuh Agni serasa berat. Air matanya kembali mengalir tanpa dapat dia cegah, tapi kali ini lebih deras dari sebelumnya. Alvin tidak akan menyerah hari ini kan? Semua hari yang Agni lalui akan tetap bersama Alvin kan?

"Alvin! Jangan ngomong seolah lo mau nyerah hari ini! Please jangan gitu. " Suara Agni memelan di akhir, gadis tomboi itu terisak di dalam pelukan Cakka. Sivia memeluk Gabriel sedangkan Ify memeluk Rio.

Alvin nampak berusaha mengukir senyum terbaiknya. "Gue sayang sama lo, Ni, makasih buat hari-hari yang lo laluin bareng gue, " jeda sesaat. "Makasih Yel, Yo, Kka, Fy, dan Via lo semua udah selalu ada buat gue selama ini makasih. "

"Alvin! "

"Gue gak akan pernah lupa sama apa yang pernah terjadi di antara kita bertujuh. " Perlahan mata indah itu tertutup rapat disertai bunyi keras dari monitor.

Layar monitor tersebut menunjukan garis lurus. Tanda bahwa jantung yang bersemayam di dalam dadanya telah selesai menjalankan tugasnya, peran Alvin di dunia ini sudah selesai.

"Alvin! Jangan bercanda, Bro! "

Terima kasih tuhan, untuk waktu yang kau berikan padaku.

Saatnya beristirahat

Saatnya pergi

Saatnya melepaskan

Dan terakhir, saatnya hidup damai di alam lain

****

Cuaca hari ini nampak buruk sekali. Tapi tak bisa menjadi penghalang bagi Alvin untuk kembali ke pelukan tuhan.

Di sisi makam, Agni tak mampu berpura-pura tegar seperti teman-temannya. Gadis tomboi itu terisak keras dengan Cakka yang ikut berjongkok di sampingnya.

Tangannya bergetar hebat saat menyentuh nisan bertuliskan nama kekasih yang masih sangat ia cintai itu.

Alvin Jonathan Sindunata

"Ni, udah lo jangan gini. " Cakka tahu Agni juga seperti dirinya. Mereka rapuh tanpa Alvin, tapi Alvin juga tidak akan suka di tangisi terus menerus oleh orang orang yang dicintainya.

Gabriel, Rio, Ify, dan Sivia berdiri agak jauh dari makam Alvin berada. Keempatnya menyaksikan bagaimana sulitnya perjuangan Alvin dalam melawan penyakitnya. Apakah mereka egois jika masih ingin Alvin berada di sisi mereka lagi?

"Good luck Al, makasih atas semua hal yang lo lakuin buat gue dan juga yang lain, selamat jalan brother. "

END

DAN dengan ini aku selaku penulis cerita Alvin dkk mengucapkan selamat berpisah dengan Alvin dkk.

Eit jangan hapus cerita ini dulu dari library kalian karena masih banyak pengumuman yang bakal aku post di sini okay zheyeng?

Jangan lupa mampir di work aku yang lainnya.

Maafkan ending yang tidak sesuai harapan kalian semua. Btw masih ada satu part lagi di draft dan akan aku post besok! See you again readers!

Salam

Luna

Alvin (COMPLETED✔) Where stories live. Discover now