Bab 6

57.8K 3.4K 100
                                    

"Gimana honeymoon-nya?" tanya Ella penuh semangat.

Saat ini aku, Ella, Rara dan Dino sedang berkumpul di rumahnya Ella. Kumpul-kumpul sekaligus membagikan oleh-oleh untuk mereka. Dino sengaja ingin ikut bergabung bersama kami karena dia bilang tidak sabar lagi ingin menerima bagiannya. Padahal aku tahu sekali apa yang dia inginkan sebenarnya. Pengin bertemu dengan Rara, sang pujaan hati sejak SMA.

"Pasti service-nya bagus," tukas Dino yang langsung dihadiahi lemparan kulit jeruk oleh Rara.

"Emangnya badminton," sungut Rara sebal.

Well, suasana ruang duduk yang hangat ini terasa semakin panas saja berkat kehadiran dua anak manusia ini. Terkadang aku heran dengan mereka berdua, pernah sempat terjalin kisah asmara, putus, dan kini kerjaannya berantem melulu.

"Lha, memang begitu toh. Ya kan, Fa?" Dino menoleh padaku dengan cengiran jailnya. "Kalau nggak, mana mungkin Althaf mau bermalam di London setelah mereka selesai dengan segala urusannya di Oxford. Apa coba alasan yang paling tepat kalau bukan karena mereka mau menikmati lagi malam panas yang...."

Pukk!!!

Sebuah bantalan sofa menghantam wajah Dino. Tapi kali ini berasal dari Ella.

"Ada anak kecil di sini, mulut lo," tegurnya dan Dino langsung refleks membekap sendiri mulutnya.

"Tapi kan baby Kai masih kecil. Dia pasti belum ngerti sama apa yang kita bahas," bisik Dino pelan sambil mengamati Kai kecil yang sedang mencoba mengunyah buah-buahan yang diberikan Rara untuknya.

"Memang, tapi alam bawah sadarnya mendengar. Gue nggak mau ya anak gue nanti gedenya mesum kayak lo," balas Ella lalu mengunyah jeruk yang tadi ada di tangannya.

Dino mendengus pelan lalu mengalihkan pandangan ke arahku serius. "Jadi gimana, Fa? Althaf maennya kasar atau penuh dengan kelembutan?"

Pertanyaan Dino benar-benar bikin mukaku terasa panas.

"Lo kalau penasaran kawin sana," tukas Rara sambil meraih tisu yang ada di atas meja di hadapannya.

Ini tadi perasaan suasana masih adem-adem saja, kenapa sejak Dino muncul Rara malah jadi semakin jutek?

"Belum ketemu sama yang pas, Beb," jawab Dino sambil mengedipkan mata.

Rara bergidik geli menatap Dino yang duduk di hadapannya, kemudian kembali bersandar pada punggung sofa.

"Ini kalau dilihat Ares bisa babak belur si Dino," bisik Ella padaku yang langsung kuamini dengan anggukan setuju.

"Beb, bebek maksudnya? Wah nggak sopan kamu, Ay." Rara menatap Dino dengan senyum sinis. Tapi pria itu malah menyambutnya dengan senyum lebar di bibir karena mendengar panggilan 'Ay' untuknya.

"Babe, bukan bebek, Nyonya. Mana mungkin aku bisa tega manggil kamu bebek."

Rara mencibir jijik mendengar penjelasan mantan pacarnya itu.

"Lagipula kan kamu masih panggil aku Ay," goda Dino.

"Lo jangan senang dulu, Din, Ay itu kan singkatan dari Ayam. Lo lupa sama nama lain lo itu?" ujarku yang langsung membuat senyum di wajah Dino memudar tapi berhasil membuat Rara terkekeh puas.

"Rambut gue kan nggak kayak pial ayam lagi sekarang, kenapa masih dipanggil begitu sih? Kan udah nggak jaman lagi rambut dipakein gel terus diberdiriin ala Mohawk," ujarnya dengan wajah ditekuk lucu.

Muka cemberut Dino membuat kami bertiga tertawa senang. Rasanya baru kemarin melihat Dino yang berjalan masuk melewati pintu kelas dengan rambut yang ditata sedemikian rupa dan mengeras kaku, tapi kini dia sudah berubah menjadi dokter yang tampan.

Jodoh Gak Kemana [Re-publish]Where stories live. Discover now