Prolog

90.5K 4.7K 115
                                    

(Perhatian! Cerita ini saya republish masih dalam format asal, ketika saya belum paham tatanan kepenulisan yg baik dan benar. Jadi harap dimaklumi jika ada yg bikin sakit mata. InsyaAllah versi cetak jauh lebih baik lagi ^^)
...............................

Aku duduk gelisah di pinggir tempat tidur sambil memerhatikan dia—pria yang kini telah sah menjadi suamiku—yang sedang sibuk dengan ponselnya. Entah menulis pesan atau apa, tapi itulah yang ia lakukan sejak beberapa saat lalu. Mengabaikan aku yang kebingungan harus berbuat apa di sini setelah seharian tadi merasa cukup lelah saat resepsi pernikahan kami.

Dia ingat tidak sih jika ini adalah malam pengantin kami? Kenapa istrinya ini malah dianggurin?

Nah, aku mulai terdengar centil sekarang. Ya ampun. Ini pasti karena para tetua yang tiada henti mengingatkanku mengenai momen ini sejak kemarin. Katanya kalau sudah suami istri tidak usah malu-malu. Astaga...

Saat aku sedang berdebar-debar mengamatinya yang tengah menunduk menatap ponsel, tiba-tiba saja ia mengangkat kepala. Membuat tatapan kami seketika bertemu dan tubuhku tiba-tiba membeku. Ia tersenyum tipis, meletakkan ponselnya yang kutebak telah dinonaktifkan, kemudian melangkah ke arahku.

Jantungku mulai melompat tak terkendali.

Ditatap seperti itu dengan senyum yang begitu menawan membuat kepalaku mendadak terasa kosong. Aku hanya bisa diam tanpa tahu harus berbuat apa selain membalas senyumnya dengan malu-malu.

Ia mendekat... mendekat... dan semakin mendekat. Masih dengan senyum itu, senyum yang begitu ingin kulihat dan kunikmati seorang diri sejak dulu, dia kemudian membungkukkan badan lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku. Embusan napasnya yang hangat terasa di kulit wajahku, yang kemudian membuat mataku perlahan-lahan mulai menutup.

Pernah mendengar kalimat "It started with a kiss"? Ya, malam ini tentu juga akan dimulai dengan sebuah ciuman. Tapi, lama aku menunggu, tak ada apa pun yang menyentuh bibirku. Apa butuh waktu begitu lama untuk menyentuhkan bibirnya ke bibirku yang hanya berjarak kurang dari lima belas centi meter ini?

Akhirnya, perlahan aku kembali membuka mata. Kudapati wajahnya masih berada persis di depanku, sama seperti sebelum aku memejamkan mata tadi. Tapi kenapa? Kenapa dia hanya diam saja dan terus menatapku sambil tersenyum seperti itu?

Dengan penuh tanda tanya aku akhirnya membuka mulut, siap untuk mengutarakan rasa penasaranku. Akan tetapi, tepat saat aku akan bersuara, dia malah berbicara lebih dulu.

"Jadi, kamu sudah naksir aku sejak SMA ya?" Dia menyeringai senang, seakan mengejek dengan binar geli yang berkilat-kilat di matanya.

APA?! Kenapa dia bisa tahu? Siapa yang memberitahunya?

Tidak banyak yang tahu jika aku menyukai manusia langka satu ini sejak dulu. Bukan. Malahan tidak ada yang tahu selain satu orang sahabatku. Dan aku berani bertaruh sahabaku itu tidak akan tega membocorkan rahasia besar ini pada siapa pun.

Jadi, dari mana dia tahu tentang ini?

"Senang rasanya punya seorang penggemar sejak SMA." Ia menyeringai bangga. "Ternyata aku punya pesona yang begitu kuat juga ya."

Aku melongo seperti orang bodoh. Masih dipenuhi pikiran mengapa dia bisa tahu hal ini. Sungguh memalukan. Lihat sendiri reaksinya, kan?

Ia terkekeh melihat ekspresi bingungku. "Sudah, nggak usah terlalu dipikirkan. Kamu juga nggak perlu malu karena hal ini." Dia tersenyum sambil mengangkat tangan dan mengusap pipiku lembut.

Dadaku seketika berdesir. Berdesir akibat sentuhannya. Rasa malu itu pun mendadak mulai memudar. Mengapa bisa menimbulkan reaksi yang begitu hebat? Hanya karena sebuah usapan lembut saja rasanya bisa sedahsyat ini. Bagaimana bila... Oke aku tidak perlu memikirkannya. Itu tugas lelaki untuk memegang kendali.

Aku hendak bersuara untuk membalas ucapannya, saat suamiku itu tiba-tiba saja langsung mengarahkan wajahnya ke atas kepalaku. Mengecup ubun-ubunku, dan kudengar ia membisikan doa di sana. Rasa menenangkan seketika melingkupiku. Ada getaran yang mengalir turun ke seluruh tubuh. Membawa suatu energi baru yang terasa begitu magis.

Kecupan dalamnya itu pun kemudian turun ke dahi, kelopak mata, hidung, kedua pipi, dan... akhirnya berakhir di bibir. Perlahan, tangannya yang entah sejak kapan menyentuh pundakku, mendorong tubuhku dengan begitu lembut dan penuh kehati-hatian untuk berbaring ke atas kasur.

∞∞∞

(Dipublish pertama kali tanggal 18 Agustus 2014)

Halo... Makasih ya udah mau baca ^^

Ini cerita absurd saya lainnya.

Ehm... ini saya tulis bukan bermaksud untuk kabur dari update cerita lainnya ya. Hanya saja kepala saya sedang tidak bisa diajak merangkai kata-kata dengan baik. Ini hanyalah sebagai wujud relaksasi dari saya, jadi harap dimaklumi.

Cerita ini berbeda dengan cerita lainnya yang pernah saya tulis. Juga, ini cerita terinspirasi dari beberapa hal yang ada di kehidupan nyata saya. Maaf jika nanti tidak terlalu heboh atau bagaimana, karena ini mungkin akan terlihat hanya sebagai cerita yang... Duh saya nggak tahu mau nyebutnya apa. Hahaha... xD

Ya sudahlah. Jika baik silahkan ambil hikmahnya. Jika buruk silahkan balik kanan dan tinggalkan saja. Sekali lagi terimakasih karena telah bersedia membaca, meskipun ini baru aja prolog yang... ah sudahlah. Hahaha...

Sampai bertemu pada bab berikutnya ^^

Love y'all, muah muah....

-Kyurara 


Jodoh Gak Kemana [Re-publish]Where stories live. Discover now