Bab 4

56.5K 3.7K 102
                                    

Didedikasikan untuk mbak @sautsautan yang tidak bosan menanyakan Ata setiap kali beliau berkomentar di status saya. Hehehe :D :D

Happy reading ya teman-teman semuaaaa :)

----------------------------------------------------------------

"Afifah...."

Eh, barusan ada yang manggil ya?

Aah... pasti aku salah denger. Lanjut baca ah...

"AFIFAH FITIYA PUTRI AFTAN! Kamu nggak dengar saya panggil?!"

Seketika aku mengangkat kepala dan menyimpan komikku di laci meja. Di sana—tepatnya di depan kelas—sudah berdiri sang nyonya besar dengan wajah galaknya, siap mengutukku dengan kutukan avadacadavra-nya.

"I-iya Bu," jawabku tergagap. Ella, yang sedang berdiri di depan papan tulis sambil memegang spidol menggeleng-geleng prihatin.

"Kamu maju ke sini, kerjakan soal nomor lima." Bu Nia mengangkat sebuah spidol, memberi aba-aba agar aku segera maju dan mengerjakan perintahnya.

Hmm... nomor lima ya. Sudah kok, untung tadi aku sempat nyontek tugasnya Ella. Hehehe

Dengan setengah hati, kumundurkan kursi lalu segera berdiri dan berjalan menuju bu Nia. Ketika menerima uluran spidol dari tangannya, mata bu Nia melotot penuh kutukan padaku.

Expecto patronum....!!! Kurapalkan mantra patronus dalam hati untuk mengusir sang penghisap kebahagiaan dan segera bergerak menuju papan tulis.

Rasakan kau dementor, jangan berharap bisa meraup kebahagiaan dariku. Huh!

Dengan malas kugoreskan ujung spidol ke papan tulis, disebelah Irvan yang berdiri di sebelah Ella. Kami bertiga menuliskan jawaban masing-masing, dengan Ella yang mengerjakan nomor tiga, Irvan nomor empat, dan aku nomor lima.

Bunyi tak tik tok dari heels sepatu bu Nia menggema di belakangku, pertanda bahwa beliau sedang berjalan ke arahku.

"Dari mana kamu dapat jawaban seperti itu?" Suara menggelegarnya menyambar gendang telingaku.

Heh? Ada yang salah sama jawabanku?

Kutolehkan kepala ke arahnya dengan dahi berkerut,

"Saya nggak ngerti sama jawaban yang kamu tulis, sana keluar minta bantuan sama temanmu dari kelas lain untuk menjawabnya. Saya tidak terima jawaban seperti ini."

"Tapi, Bu, kan memang begini jawabannya," ujarku membela diri.

"Iya, tapi saya bingung sama yang kamu tulis. Gih sana keluar, minta bantuan temanmu yang lain untuk menemukan jawaban yang benar seperti yang pernah saya ajarkan."

"Kalau sama teman di kelas ini gimana, Bu?" tanyaku penuh harap. Aku tidak mau keluar kelas.

"Mereka nanti akan dapat giliran juga untuk maju, kamu bisa mengganggu mereka. Sana keluar, hitung-hitung sebagai hukuman karena kamu sudah bandel membaca komik di kelas saya. Nanti kalau sudah berhasil menemukan jawabannya segera kembali ke sini secepatnya."

Heh? Bilang aja Ibu ngusir aku kan? Pasrah, aku hanya mengomel di dalam hati tanpa bisa membantah sedikut pun.

Jodoh Gak Kemana [Re-publish]Where stories live. Discover now