14

3.7K 488 46
                                    

Setelah berlari masuk ke dalam hutan yang ia tidak tahu ada makhluk aneh lain apa saja di dalam sana. Jeno melepaskan jubahnya dan membiarkan Jaemin berbaring di sana. Saat ia berniat untuk berdiri Jaemin menarik dasinya hingga kedua bibir mereka menempel Jaemin melumatnya kasar. Menyalurkan gairah panas yang sudah ada di puncak ubun-ubunnya.

Jeno membalas, tentu saja. Ia tahu hal ini akan terjadi pada seekor Hybrid tapi ia tidak tahu jika Jaemin adalah salah satu di antaranya.

Jeno melepaskan ciuman mereka dan bertanya.

"Berapa lama kira-kira kau akan mengalami ini?" Jeno masih sempat-sempatnya bertanya akan hal itu. Karena Jujur saja, waktu mereka tersisa duapulu empat jam lagi jika Jaemin harus melewati masa Heatnya selama yang ada di buku.

Maksudnya seminggu.

"Satuhh."

"Satu minggu?"

"Satu ronde......k-kumohon Jeno-ya." Jaemin merengek karena pertanyaan buang-buang waktu itu.

Jarak mereka kembali menipis, jari jemari Jeno meulai melepaskan satu persatu kancing kemeja Jaemin dengan tergesa, bibir mereka terus bertautan hingga satu di antaranya kehabisan oksigen.

Tanpa bicara apapun ia melucuti pakaiannya juga pakaian Jaemin. Untuk beberapa saat Jeno terkesima melihat ukiran tinta hitam membentuk gambar burung merak di dada Jaemin, sesaat tato itu berpijar membuat Jeno sangat ingin mengecupnya dan ia melakukannya. Sentuhan lembut dan hati-hati membuat Jaemin terus merengek karena tersiksa dengan semua itu.

Hingga akhirnya Jeno masuk memenuhi tubuhnya dan geraman-geraman keras mendominasi suara di sekitar mereka.

"Jaemin tidak sedang menyiksa Jeno kan?" Lagi-lagi pertanyaan polos itu keluar dari mulut Mark, ia benar-benar khawatir sahabatnya mati terbunuh.

"Tidak lah bodoh, kau pikir sahabatku itu apa." Haechan memukul belakang kepala bocah itu, berani-beraninya ia mengatai Jaemin.

"Aku kan hanya tanya, lagi pula memangnya kau tidak dengar suara geraman itu?" Mereka berdua akhirnya berdiri setelah duduk saling berdampingan sejak tadi.

"Waaah, Mark Lee kau mau ku lempar sampai lubang hitam atau bagaimana hah?" beberapa di antara mereka yang masih beristirahat hanya menggeleng bosan. Mark dan Haechan memang tidak punya hari libur untuk bertengkar.

Di samping itu...

"Kenapa lukamu tidak mau mengering?" Guanlin menggeleng, ia sendiri tidak tahu, ini pertama kalinya ia melampaui batas seperti ini. Yoongi melepaskan tangannya, sejak tadi hanya beberapa garis yang berhasil ia pulihkan, belum lagi luka bakar hitam di punggung tangan Guanlin yang entah bagaimana bisa muncul.

"Anu....Sunbae." Jihoon muncul di bekangnya.

"Ada apa Jihoon-ah?"

"Bolehkah aku melihat lukanya?"

"Kau tahu caranya?"

"Entahlah, tapi kupikir mungkin ini berhasil." Guanlin menatap sangsi setiap pergerakan bocah berpipi penuh itu yang meraih tangannya, membalikkanya dan mengendalikan air dalam botol minum menuju punggung tangannya. Lalu sinar biru berpendar dari gumpalan air itu.

Ketika Guanlin mendongak memperhatikan Jihoon yang tengah mengucapkan mantra entah apa, luka bakar di punggung tangannya menyusut dan menghilang dengan cepat.

Jihoon tersenyum dengan hasil perbuatannya dan Guanlin bersumpah ia tidak pernah merasa terkesima hanya dengan sebuah senyuman.

"Sudah Sunbae."

"Aku tidak tahu water bander  bisa melakukan itu, terima kasih Jihoon-ah" Anak laki-laki itu hanya tersenyum lalu menatap Guanlin seakan menginginkannya mengatakan hal yang sama.

"Sama-sama Sunbae."

"Yak, berterima kasihlah padanya karena sudah mengobatimu." Guanlin malah membuang pandangannya saat tersadar dari apa yang baru saja ia lakukan.

"Haissssh anak ini." Jihoon menatapnya beberapa saat sebelum kembali pergi menuju kelompoknya.

Sejak mereka mulai beristirahat dan terlalu fokus pada pertarungan Doyoung dan manusia serigala yang datang entah dari mana itu sampai melupakan tujuan awal mereka.

"Huh genangan airnya kemana?" Haechan terus mengedarkan pandangannya, ia lupa letak pedang yang tadi hampir ia dapatkan.

"Kau sudah bisa melakukannya?" Guanlin bertanya pada Hendery karena risih melihat Haechan terus mondar-mandir mencari pedang itu.

"Mungkin..." Hendery menggantungkan kalimatnya, menarik nafas dalam, memejamkan matanya sebelum membukanya lebar yang seketika membuat urat-urat di sekitar matanya menyembul dan mengubah irisnya menjadi violet terang.

"Pedang kelompok kita tertancap di batang pohon bersama tubuh monyet yang menggantung, dan... satu lagi di pegang oleh pengiring kelompok kita."

"DOYOUNG!!!" 





TBC

Guys how if aku bikin ff Produce x 101?

tapi bingung mau genre apa

bikin yang fluffy kayak Sketsa ama Bestfriend

atau fantasy kayak gini

atau oneshoot series 

saran doong

btw thanks for reading

hope you guys like it

CORVIN ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang