10

3.4K 495 17
                                    

"Sunbae, ini seharusnya peta kan? Kenapa hanya tulisan di sini." Jeongin membolah-balik selembar perkamen ditangannya. Sejak tadi mereka hanya mengikuti insting Lucas yang menyuruh mereka kesana kemari tapi tidak menemukan pedang yang mereka cari.

"Aku tidak hidup tapi kalian bergantung padaku, dan saat ini kelangsungan perjalanan kalian ada di tanganku." Daehwi kembali menyebutkan isi perkamen itu yang sudah ia hapal di luar kepala sejak tiga jam yang lalu.

"Jaemin kau tak apa?" Taeil yang berjalan paling belakang bertanya ketika anak itu terus saja membuat gesture aneh dan wajahnya semakin memerah.

"Yah, aku baik-baik saja Sunbae." Jaemin menelan ludahnya susah payah setelah menjawab.

"Dan sekarang kita ada di mana?" Yeonjun merentangkan tangannya dan menghirup udara lepas itu dalam-dalam melihat pedang rumput bak hamparan savanna di depan mereka tapi tidak ada satupun makhluk selain mereka.

"Kau yakin petunjuk yang kau ingat itu benar Sunbae?" Dejun mulai tidak percaya dengan senior bongsornya ini.

"Bagaimana jika kita istirahat dulu? Kakiku rasanya bisa lepas jika berjalan lagi." Tanpa menunggu persetujuan siapapun Haechan mendudukkan bokongnya. Dan yang lain mengikutinya.

Dejun mengeluarkan api biru dari jari telunjuknya, lalu memutar telapak tangannya menciptakan pusaran angin, lalu mengantukknya tumitnya pada tanah hingga sebongkah bagiannya melayang di hadapannya.

"Kau tidak perlu pamer, kami semua sudah tahu apa kekuatanmu." Haechan melirik tak suka pada apa yang Dejun lakukan.

"Ssssshht, tunggu!" Dejun menatap serius pada sebuah danau kecil sekitar duapuluh meter di hadapan mereka yang baru saja ia ombang-ambing isinya menciptakan gerakan seperti ombak.

"Sepertinya aku tahu. Air, yang peta itu maksud adalah air." Semua orang merengut bingung kecuali Taeil yang memang sudah tahu maksudnya sejak awal.

"Maksudmu?"

"Coba angkat semua air di genangan itu." Dejun membuat semua orang mengikuti arah pandangnya. Jihoon mengulurkan tangannya mencoba mengangkat apa yang di minta Dejun.

"Ck, kenapa kita harus bertemu mereka lagi?" Jihoon kembali menurunkan tangannya dan mengikuti arah pandang yang lain. Juga sebenarnya ia menoleh karena suara sungutan orang yang sangat ia kenal.

Lai Guanlin

Anak-anak kelompok tujuh itu keluar dari arah timur tempat mereka beristirahat. Haechan mengigit pipi dalamnya saat melihat Mark. Lalu menoleh pada Jaemin saat melihat Jeno yang terus menatap sahabatnya.

Ini tidak bagus, seekor Hybrid harus memiliki mate sebelum heatnya datang. Atau mereka membutuhkan ramuan penawar agar efeknya tidak terlalu membahayakan saat hari itu datang.

Tapi Jaemin belum memiliki keduanya, anak manis itu terlalu sibuk mempersiapkan ujian ini hingga ia melupakan kebutuhannya sendiri. Jaemin beringsut ke belakang Haechan menghindari tatapan Jeno yang mecoba membaca pikirannya.

"Your boyfie looks weird." Mark berbisik pada Jeno di sampingnya saat melihat pergerakan Jaemin.

"I know." Jeno terus menatap Jaemin yang sialnya menghindari matanya. Seluruh anggota kelompok tujuh mendekat.

"Mau apa kalian?" Dejun berdiri dan menepuk sisa rumput di celananya.

"Mencari pedang tentu saja." Hendery menaikkan sebelah alisnya, memasang tampang menyebalkan di hadapan Dejun. Mereka musuh sekarang ini, bukan?

Seobin menunjukkan peta mereka yang berisikan gambar kompas. Gambar itu terus bergerak kemana arah pedang mereka berada.

Jeongin mengernyit bingung, namanya peta tapi isi perkamen setiap kelompok tidak menggambarkan tata letak dan modelnya pun berbeda beda. "Sunbae—"

"Memang seperti itu, hanya beberapa kelompok yang beruntung mendapatkan wujud peta langsung dalam lembar perkamennya."

"Jadi kelompok kita tidak beruntung?—"

"Sangat." Guanlin menimpali perkataan Jihoon, yang membuat bocah berpipi chubby itu melirik jengah dengan degup jantung tak karuan.

"Silahkan cari pedang kalian karena kami sudah selesai." Haechan mengangguk pada Jihoon untuk melanjutkan keinginan awalnya.

Jihoon mengombang-ambing genangan air itu hingga terlihat kilauan cahaya berasal dari pedang itu yang terpantul sinar matahari, saat Haechan menggunkan kekuatannya untuk membawa benda itu pada mereka tangannya berhenti berayun saat meresakan langkah kaki.

Oh bukan

Ribuan langkah kaki dari arah utara, dan tak lama setelahnya mereka semua mendengar pekikan-pekikan nyaring khas monyet bersamaan dengan langkah kaki itu. Dan ribuan monyet itu berlari menuju mereka dan melompat saat jaraknya kurang dari empat meter.

"I know it's not gonna be that easy." Haechan melepaskan konsentrasinya pada pedang mereka saat danau itu tertutup sekumpulan monyet.













TBC

hayi hayi

Maaf ya pendek lagi, aku berniat bikin duapuluhan Chapter buat book ini jadi yah.

oh iya, Maafin aku kalau banyak kesalahan selama menulis entah itu dari tulisanku yang bikin kalian gak nyaman atau sering banget lama update.

oh ya

Hope you guys like it

Love you guys muach

CORVIN ACADEMYWhere stories live. Discover now