12

3.6K 492 30
                                    

Empat orang anggota mereka tetap berada di dalam kungkungan perisai Mark, karena mereka cukup tidak berguna jika tanpa tongkat sihir.

Sekumpulan lebih dari para monyet itu sudah mati, tanpa luka sedikitpun tapu hancur di bagian dalamnya berkat Jeno yang terus mencoba memperluas tingkat seranganya hingga matanya berubah warna menjadi ice blue cenderung memutih karena sejak tadi dua ratus hingga sekitar lima ratus ekor monyet tewas karena otaknya meledak di dalam kepala mereka.

Mark juga tidak bisa bersantai sedikitpun walau kekuatannya mampu melindngi teman-temannya tapi cukup banyak monyet-monyet yang mencakar dinding perisainya hingga hampir menembusnya, jika ia lengah maka para sahabatnya akan tamat.

"Aaaaarrrgh." Jeno terjatuh dan tebatuk memegangi kepalanya, darah pekat keluar dari mulut, lubang hidung juga telinganya.

"Jeno." Jaehyun menyentuh bahu bocah itu dan saat ia mendongak Mark dan Jaehyun bertatapan.

"You need to stop!" Mark menatap tajam aliran darah yang keluar dari kedua mata sahabatnya.

"T-tapi..."

"Stay still!" Jaehyun kembali berdiri tegak membiarkan sahabatnya terkapar memegangi kepalanya yang seakan siap meledak.

"Sialan." Hyunjin mengumpat saat di tangannya muncul garis keempat, kekuatannya memang berbahaya, dalam satu kali serang siapapun lawannya akan langsung berubah menjadi abu dalam sepersekian detik walau di setiap pertrungan ia hanya menyerang beberapa titik bagian tubuh lawannya. Tapi tidak dengan monyet-monyet gila yang sangat banyak ini.

Soobin menggeram saat merasakan tulang rusuknya patah di dalam sana. Kekuatannya terkuras lebih banyak dibanding saat melawan manusia. Ia terpaksa menggunakan skill hipnotis yang baru dua bulan ia pelajari bersama Boa Ssaem, beliau bilang skill itu adalah pelajaran rahasia karena Soobin diprediksi mampu mencapai level cukup tinggi di atas rata-rata anak seusianya.

Tapi ia tidak tahu jika efeknya akan menghancurkan tiga tulang rusuknya semakin lama ia menggunakan skill itu. Skill hipnotisnya ini adalah mengatur emosi alam bawah sadar yang paling dalam musuhnya tempat dimana muncul depresi dari sana dan skill itu ia gunakan untuk membuat para monyet membunuh diri mereka sendiri dengan menarik keras kepala mereka hingga putus. Nafasnya mulai putus-putus patahan tulang itu sepertinya sudah menggores jantungnya ia bersimpuh memegangi dadanya yang seakan siap meledak dan memuntahkan banyak darah.

"MARK!" Anak itu menoleh pada Taeyong dengan Doyoung meringkuk di belakangnya ia tidak bisa melihat wajahnya tapi Mark memunculkan perisai mengukung Doyoung sebelum ia dihabisi para monyet itu.

Taeyong hanya terus melakukan apapun yang ia bisa dengan tongkatnya, namun saat menoleh ke belakang tadi ia mendapati timnya dalam keadaanya yang mengenaskan. Ia melihat Jeno, Soobin dan Doyoung terkapar di tanah. Guanlin dan Hyunjin dengan luka di hampir sekujur tubuh mereka yang terlihat, jangan lupakan sayatan Modus Virtuitis di lengan mereka. Mark? Jaehyun? Keduanya juga tidak bisa dibilang masih baik-baik saja.

Taeyong juga sempat menoleh pada kelompok di sebelahnya banyak di antara mereka yang juga sudah tumbang. Hanya satu cara yang bisa ia lakukan.

Cara serupa seperti yang ia lakukan tahun lalu, karena hanya garis keluargannya yang dapat mengucapkan mantra itu tanpa terdeteksi oleh pengadilan sihir.

"Morsmordre." Taeyong mengayunkan tongkatnya mengarah ke langit mantra itu berfungsi untuk mendeteksi sihir hitam dalam area ini. Saat mantra itu terucap, Hendery yang berada dekat dengannya menatap horor pada Taeyong karena mantra itu.

Mantra yang hanya di ucapkan oleh pelahap maut.

Lalu setelahnya sebuah portal hitam besar terlihat di belakang para monyet itu, portal yang memunculkan semua monyet ini dan membuat mereka tidak berhenti bertambah sebanyak apapun kekuatan yang mereka keluarkan.

"Guanlin, kemari." Anak itu mendekat dengan kekuatannya yang tersisa. Taeyong melirik pergelangan tangan bocah itu.

"Berapa banyak sayatan di tanganmu."

"L-lima."

"Apa kau masih bisa meledakkan poral itu?" Menunjuk ke arah lubang hitam berjarak dua puluh lima meter di depan mereka. Guanlin mengangguk.

"Sepertinya bisa." Bocah itu menarik nafasnya dalam sebelum mengarakan tangan kananya pada pusaran itu. Lalu melesakkan kilat dari telapak tangannya.

"Mark." Taeyong mendekat pada perisai itu, melemparkan tanpa melihat empat ekor monyet yan mencoba menerkamnya.

"I-iya Sunbae." Taeyong melihat keringat dingin sebesar jagung mengalir dari pelipis bocah itu.

"Pusatkan perisaimu pada semua orang di sini."

"Semuanya? Maksudmu kelompok tiga belas juga?" Taeyong mengangguk mantap. "T-tapi..."

"Lakukan saja, semuanya akan berakhir setelah itu." Ucapnya final agar anak itu tidak protes lagi. Selanjutnya Mark melakukan apa yang di perintahkan Taeyong, membuat Haechan dan Jaemin mengerut bingung karena lapisan tipis itu juga menghalangi mereka dari para monyet.

Taeyong menarik nafas dalam mengalirkan telepati pada tongkatnya untuk mengekspand kekuatannya. Lalu portal itu pecah menjadi abu yang betebaran saat ia hancur di serang petir Guanlin, dan anak itu ambruk dengan dua garis muncul di kedua pergelangan tangannya.

"Avada Kedavra." Sinar hijau muncul dari tongkat sihir Taeyong menusuk seluruh monyet yang tersisa dengan setruman sepersekian detik sebelum semuanya tumbang dan mati.

Mark melenyapkan perisainya dan terjatuh bersimpuh hampir tak sadarkan diri.

"Lucas..."

"Aku tahu." Pria bertubuh besar itu mengeluarkan perkamennya. "Accio."

Taeyong melakukan hal yang sama sebelum fokusnya teralih pada geraman Doyoung yang tubuhnya mulai berubah menjadi akar yang merabat melalui tangannya, tepat saat Winwin dan Yoongi muncul di sana.

















TBC

CORVIN ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang