stop

21.1K 4.1K 350
                                    

lama ga update eaaa




"Maaf."

"Rena dan Pak Kyuhyun tidak bisa kami temukan."

"Mereka pergi."

"Sekali lagi maaf."

Kuteguk soju di depanku kasar. Beribu kalimat dari Pak Junghan, Om Taeil dan Pak Seungyeon terus berkumpul di otakku. Bahkan lima botol minuman keras belum bisa membuatku lupa tentang segalanya.

Satu minggu. Apa kamu belum puas melihatku tersiksa selama seminggu ini, Na? Ke mana lagi aku harus cari kamu? Ke mana?

Cahaya lampu memasuki mataku begitu seseorang membuka pintu kamarku lancang. Mataku menyipit, kepalaku pening.

"Om Taeil tutup pintunya! Aku mau sendiㅡ"

"Presdir Kim Heechul ingin bertemu."

Kesadaranku mulai kembali saat Om Taeil menyebut nama orang itu. Begitu lampu kamar menyala...tentu saja. Aku bisa melihat Kim Heechul dengan sangat jelas, tengah memandangku dengan tatapan meremehkan.

Aku bangkit meski tubuhku sedikit linglung. Om Taeil dengan sigap membantuku, namun dengan cepat pula kuhempaskan tangannya yang hampir memegang bahuku.

"Ke mana saja kamu, Doyoung? Seminggu bolos kantor," tanyanya sambil berjalan santai ke arahku. Matanya menelusuri tiap jengkal kamarku.

"Bukan urusan Anda."

Presdir Kim terdiam sebelum akhirnya tertawa keras-keras. "Bukan urusanku? Hei, perusahaan yang sedang kau pimpin adalah perusahaanku! Berani-beraninya kau bilang kalau ini bukan urusanku?!"

Dia bertanya dengan nada meninggi, tatapan super tajam. Persetan.

"Kenapa kau pergi dari Jepang?"

"Ada hal penting yang harus aku urusㅡ"

"Apa? Wanita yang sudah merusak hubunganmu dengan Joy? Si jalang yang sudahㅡ"

"Dia bukan jalang!"

Napasku memburu. Demi Tuhan, kalau aku benar-benar mabuk, mungkin tinjuan keras sudah aku layangkan ke wajah menyebalkannya. Persetan kalau aku dicap anak durhaka. Pria ini memang menyebalkan!

Presdir Kim melipat tangannya di depan dada dengan pandangan datarnya. "Aku sudah membuang dua berdebah itu, jadi hiduplah normal dengan Joy, oke? Urus perusahaan sebaik mungkin. Jangan buat aku marah."

"Aku tidakㅡ"

Tunggu. Dia bilang apa? Membuang? Dua berdebah? Aku menatapnya tajam sedangkan dia hanya mengangkat sebelah alisnya dengan seringai tipis.

"Sialan!"

Kutarik kerah baju pria itu. Kali ini dua bodyguard Presdir Kim mendorong tubuhku agak kasar hingga badan ini hampir limbung. Untung ada Om Taeil yabg dengan sigap berusaha menahannya.

"Sadar, Kim Doyoung! Kau pewaris tunggal Kim Grup! Kalau kau menjebloskan Joy ke penjara, mau jadi apa perusahaan kitaㅡ"

"Di mana mereka?" potongku sambil bangkit. "Persetan jika Joy memang tidak masuk penjara. Aku tidak peduli. Sekarang katakan, di mana mereka? Di mana Rena dan Pak Kyuhyun?!"

Presdir Kim terbahak puas di atas kemarahanku. Aku hampir menarik kerahnya untuk yang kedua kali kalau saja Om Taeil nggak buru-buru menahan tanganku.

"Kumohon, Doyoung. Tahan," bisiknya. Aku memejamkan mataku rapat-rapat, berusaha meredam amarahku yang siap meledak detik ini juga.

"Mereka? Tentu saja, pergi ke tempat yang bahkan tidak pernah terlintas di otak pintarmuㅡ"

"Aku berhenti." Kubuka mataku lalu kutatap mata Presdir Kim cukup lama. "Aku berhenti dari posisiku."

Dia terdiam. Kakinya maju beberapa langkah mendekatiku, laluㅡ

PLAK!

"Brengsek! Apa yang kau bicarakan, ha?!"

Tamparan keras Presdir Kim membuatku sadar sesadar-sadarnya. Kalau apa yang aku pilih memang benar. Ini...benar.

"Kalau posisiku membuat orang yang aku sayang menderita, maka aku akan berhenti."

"Kim Doyoung!"

Aku menatap Presdir Kim dengan mata merahku. Berat. Basah. "Aku lelah, Ayah."

"Jangan lemah, sialan! Kauㅡ"

"Om Taeil," panggilku sambil menatap Om Taeil, berusaha mengabaikan cicitan Presdir Kim yang makin lama membuatku makin sakit kepala. "Buatkan surat pengunduran diriku."

"Doyoungㅡ"

"Om. Tolong."

Aku bisa mendengar umpatan demi umpatan keluar dari mulut Presdir Kim di belakangku. Persetan, aku nggak peduli.

Om Taeil menghela napas panjang sebelum mengangguk. "Baik."

Sekali lagi. Ini benar. Yang aku butuhkan bukan kursi CEO sialan itu.

Tapi Rena.

ㅡendㅡ




abis ini eaaa

Om Doyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang