Kekhawatiran

199 9 2
                                    


SUPPOSE THAT

.

.

Chapter 2

.

.

By : K

.

Happy Reading

.

.

Meski udara terasa dingin menusuk dan langit pun masih belum sepenuhnya terang, Riana telah bersiap- siap. Melakukan ritual paginya yaitu bersih-bersih, sarapan, mandi, kemudian berangkat.Waktu baru menunjukkan pukul 6 dan Riana telah bersiap pergi ke halte terdekat.

Halte cukup sepi, maklum ini masih terlalu pagi untuk berangkat.Hanya ada lelaki yang memakai seragam yang sama dengan dirinya disana. Riana memandang sejenak lelaki itu, ada perasaan aneh yang menjalar di seluruh tubuhnya, seolah memperingatkan untuk segera menjauh.

Riana berdiri mematung menghadap lelaki itu, ia seolah tak asing dengan keberadaan orang itu, tetapi tidak ada memori apapun yang muncul tentang lelaki itu.

Merasa dipehatikan si lelaki menoleh, Riana tetap pada posisinya.

"Ada apa?" si lelaki bersuara

Seolah tersadar, Riana mendudukkan dirinya di bangku halte tetapi dengan jarak yang jauh dari tempat lelaki itu.

"Tidak ada" Riana menunduk malu, tertangkap basah sudah memperhatikan lelaki itu lama.

Suasana hening, membuat Riana kembali berpikir tentang kejadian tadi dan meruntuk dirinya sendiri.

*****

"Riana, bawa suratnya kan?"Elina duduk di bangku depan Riana

Riana mengobrak-abrik tasnya, lalu memberikan surat itu.

Elina tersenyum ke arah Riana, "Sekalian antarin ke ruang guru ya? teman-teman malah ngumpulin ke aku semua"

Riana tersenyum kecil "ok"




Lorong sekolah saat ini tengah sepi, tak ada seorang pun yang ada disana. Pelajaran pertama telah dimulai, semua murid telah berada di kelas masing-masing.

Riana dan Elina berjalan menyusuri lorong sekolah.

"Kenapa tidak saat waktu istirahat saja?"

"Bukankah ini bagus, kita bisa melewati pelajaran pertama" Riana geleng-geleng kepala

"Emang udah niat mau bolos ya?"

Elina tersenyum lebar "Yup"

Suasana hening, mereka berjalan beriringan tanpa suara.

Tiba-tiba Riana mencium bau kayu cendana. Riana menautkan alis bingung, entah kenapa perasaan cemas menyerangnya.

Dari arah berlawanan terlihat sosok lelaki yang di halte tadi berjalan mendekat kearah dirinya. Semakin dekat, membuat Riana keringat dingin. Ia tak tahu apa yang terjadi, semakin lelaki itu mendekat, semakin membuatnya ingin segera lari menjauh.

Mereka semakin mendekat, Riana tetap berjalan sambil menundukkan kepala.

Lelaki itu berjalan melewati Riana, tanpa Riana sadari lelaki itu menyeringai.

Riana bernapas lega, seolah semua bebannya telah terangkat

"Ada apa Ri?" Tanya Elina bingung

"El, kamu tau lelaki tadi?"

"Setauku dia murid kelas 1. Aku pernah beberapa kali bertemu dengannya saat eskul bulu tangkis. Kenapa?" Elina memasang pose berpikir.

"Tidak" Riana berbalik menatap lorong yang tadi dilalui lelaki itu

"El, nama dia siapa?"

"Entahlah", kemudian Elina melanjutkan "Apa jangan-jangan.... kau jatuh cinta pada pandangan pertama!" Elina melotot tak percaya

"Gak lah!" Riana reflek menoleh ke Elina, 'Gak mungkin aku jatuh cinta padanya, mana ada orang jatuh cinta rasanya kesiksa gini' batin Ria





Tbc...

Suppose ThatWhere stories live. Discover now