Awal

271 12 3
                                    

SUPPOSE THAT

.

.

Chapter 1

.

.

By : K

.

Happy Reading

.

.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik"

"Baik-baik disana, jangan hambur-hamburkan uang ibu"

"iya bu"

Tut Tut...

Riana menghela napas, kemudian menurunkan telepon genggamnya. Ia menatap lama telepon itu, kemudian menghela napas lagi.

"Bahkan dia tidak menyuruhku pulang" monolog Riana

Riana adalah seorang siswi sma kelas 2. Diumurnya yang sudah menginjak 17 tahun, ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan tinggal di apartemen seorang diri. Bukan tanpa alasan Riana melakukan itu.

Saat ia mengatakan akan tinggal di apertemen ke orang tua, Riana berharap ayah ibunya sedikit memaksanya untuk tinggal di rumah saja, ia ingin dibutuhkan. tapi harapan itu hilang, ibu dan ayah mengatakan iya dan menasehati Riana seolah selama ini Riana adalah anak nakal.

'jangan keluar malam'

'selalu kerjakan pr'

'jangan hamburkan uang papa, pakai seperlunya'

dan nasehat lainnya. Hati Riana terasa tercubit, dirinya merasa tak dibutuhkan disini.

"Ibu... Bagaimana kalau aku tidak jadi tinggal di apartemen saja?" Riana masih beharap

" Kenapa? bukankah itu bagus, dengan kamu tinggal di apartemen, mama bisalebih fokus ngurusin adikmu. kamu kan tau dia sering sakit"

"Iya " Riana menunduk sedih

Sejak memustuskan untuk tinggal di apartemen, Riana tidak pernah pulang kembali dan hingga detik ini ia belum bertatap muka dengan orang tuanya. Memikirkan itu semua membuat mood Riana memburuk.

Riana untuk beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke dapur. Meskipun hari ini adalah hari minggu, itu bukanlah alasan untuk bermalas-malasan.

Membuka Lemari es, kemudian mencari bahan-bahan untuk memasak.

Riana menghela napas, hanya ada 2 butir telur dan sebungkus roti tawar, ia lupa tidak ke supermarket kemarin.

'Tak apalah, daripada tidak makan' lalu mulai mengolah bahan-bahan tersebut





Tring....

Riana menoleh ke sumber suara. Teleponnya berbunyi, tanda pesan masuk.

Kau ikut wisata sekolahkan? jangan lupa suratnya ditanda tangani orang tua,besok harus dikumpulkan loh. begitulah isi pesan Elina, sahabatnya.

Riana berpikir sejenak, apa ia harus memberitahukan orang tuanya dulu. Kemudian menggeleng lemah, 'lebih baik tak usah, toh ayah dan ibu tak akan peduli'

Riana mencari surat itu, lalu mengambil pulpen dan menorehkan tanda tangan yang persis seperti punya ibunya dengan lihai seolah sudah terbiasa.

"Selesai" Lalu meninggalkan kertas itu tergeletak di meja belajarnya dan melanjutkan sarapan yang sempat tertunda




Tbc...


Suppose ThatWhere stories live. Discover now